2 2. We Meet Again

"Kaaaakkk!!! Sepatu aku yang warna putih mana ya?" Tanya Audy dengan teriakannya yang menggelegar di ruang tamu.

"Kakak gak tau. Kebiasaan deh kamu lupa barang." Bita berdecak kesal sambil memakan roti ditangannya.

"Ih aku beneran lupa kak, kan baru selesai libur aku lupa taruh dimana.."

"Kebiasaan deh kamu kalo gak ada mama gak bisa cari barang sendiri."

"Kak seriusan ini mana ya?" Audy terus mengobrak-abrik rak sepatunya itu dengan tidak sabaran.

"Ih kamu juga itu diberantakin kalau ada tamu gimana?" Bita juga kesal melihat adiknya membongkar rak sepatu dan berakhir berantakan. "Duh dek kakak gak bisa anter kamu ini udah buru-buru. Ada praktek sains pagi ini. Kamu dianter sama pak Oka aja ya byeeee..." sambungnya dan langsung berlari menuju mobil.

"Ih jahat banget sih ditinggalin. Ya udah deh gue pakek sepatu lain aja lah." Audy mencebikkan bibirnya kesal.

"Pak Oka, ayo berangkat ntar Audy telat." Pak Oka supir pribadi keluarga Basuki yang sedang mengelap kaca mobil itu menoleh.

"Baik non. Saya antar sekarang." Pak Oka pun membuka pintu penumpang dan Audy segera masuk.

Mobil Jazz yang dikendarinya ini sebenarnya mobil pribadi Audy, tapi dia enggan memakainya sendiri. Dia lebih suka diantar bersama supir, karena dia tidak suka terlihat mewah untuk ukuran anak SMA.

***

Audy berjalan menyusuri koridor yang menuju kelasnya. 'Kok sepi banget sih? Apa gue yang kepagian ya..' pikirnya. Tidak biasa koridor sepi di hari Senin, biasanya sudah banyak murid yang bersiap untuk upacara.

"AUDYYYY" teriak seorang gadis seumurannya sambil berlari ke arahnya dan langsung memeluk erat temannya itu.

"Buseettt aduhhh iya iya ini gue gak bisa napas kali Stef." Kata Audy yang kaget dengan serangan Steffani sahabatnya itu.

"Hehe sorry.. kangen banget gue. Gimana liburan kemana aja?" Tanya Steffani melepaskan pelukannya dan ikut berjalan menuju kelas.

"Gue setia sama kamar gue. Mama sama papa sibuk dan gak ngajakin liburan sama sekali, kak Bita aja baru pulang ke rumah itu kemarin sore."

"Oh gitu ya. Yang sabar deh ortu lo kan kerja buat lo juga.."

"Iya Stef. Eh kok senin sepi banget sih pagi ini?"

"Kebiasaan sih lo gak buka sosmed. Semalem di WA ketos bilang kalo guru-guru rapat semua hari ini." Jelas Steffani, "Eh kita kan udah kelas sebelas ya? Kita masuk Ipa berapa?"

"Masih tetep kita di Ipa II." Jawab Audy sambil masuk ke dalam kelas baru nya.

"Lah? Kita sekelas lagi?"

"Iya tadi pas lewat depan TU gue baca papan pengumuman disitu ada daftar acak kelas." Audy memilih duduk di bangku bagian tengah paling depan lurus dengan whiteboard agar lebih mudah melihat apa yang diterangkan guru.

"Gue sebangku sama lo lagi ya?" Tanya Steffani.

"Iya iya. Tapi gue milih duduk di depan lagi jangan protes." Ucap Audy dengan suara tegas yang dibuat-buat.

"Iya iya gu--" perkataan Steffani terpotong oleh suara seseorang.

"AUDYYYYY STEFFANIIII MISS YOUUU GUYSS...." teriak seorang gadis berambut pirang berdarah Jerman itu berlari menghampiri dan memeluk erat kedua sahabatnya.

"Njir. Toa' banget sih lo." Cibir Steffani sambil melepas paksa pelukan sahabatnya itu.

"Iya nih kebiasaan lo Val," Audy ikut menyahut.

"Yeee sorry gue kangen sama kalian soalnya hehe.. ya udah sih jangan bully gue bisa kali." Jawab gadis yang bernama Vallensya Nevada itu dengan mencebikkan bibirnya.

"Udah lo jangan cemberut. Lo cemberut gitu malah bikin orang pengen nge-bully lo jadinya." Ucap Steffani dengan nada mengejek.

"Ish kalian tuh kebiasaan deh, udah Val buru cari tempat duduk gih." Audy yang merasa risih segera memutuskan sesuatu.

"Sini Val, lo duduk di belakang gue aja ya bangku nomer dua. Gue sama Audy sebangku lagi soalnya." Jelas Steffani.

"Lah? Gue sendiri nih? Gue males nih sebangku sama cewek lain." Ucap Vallen sambil berjalan pasrah ke bangku yang ditunjuk temannya.

"Gimana kalo lo sebangku sama Valdi?" Usul Audy.

"Valdi? Emang dia sekelas sama kita?" Tanya Vallen.

"Iya. Gue tadi lihat daftar nama murid yang sekelas sama kita di papan pengumuman depan TU." Jawab Audy runtut.

"Hmmm.. ya deh ntar gue sama Valdi aja hehe.." jawab Vallen dengan senyuman sumringah.

Keadaan kelas sudah mulai sedikit ramai. Para murid yang baru datang juga langsung menduduki bangku pilihan mereka masing-masing.

Sedangkan Audy dan kedua sahabatnya masih berbincang ria dan bercerita tentang masa liburan mereka masing-masing.

Guru juga memutuskan bahwa hari pertama masuk ini free. Tapi SMA Mega Bangsa masih dengan ketertibannya. Tidak ada yang boleh keluar dan makan sebelum bel istirahat berbunyi, hanya boleh ramai saja di dalam kelas. Kecuali, jika ingin ke perpustakaan itu dibolehkan saja.

***

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10.00, bel istirahat pun berbunyi. Semua murid yang tadinya bercanda tawa pun menghambur keluar kelas.

"Dy kantin yuk?" Ajak Vallen sambil beranjak dari bangkunya dan langsung mendapat anggukan dari Steffani.

"Nggak deh. Gue mau ke perpus mau baca materi baru lagipula buku barunya kan belum dikasih." Jawab Audy yang sedang mencari handphone nya di tas yang tidak sempat tersentuh sejak mengobrol tadi.

"Yaudah Dy, mau titip sesuatu gak nih?" Tawar Steffani.

"Air mineral satu botol yang ukuran kecil ya.. jangan lupa yang dingin, hehe.." jawabnya sambil tersenyum telah menemukan benda yang dicari di dalam tasnya.

"Iya iya bawel banget." Jawab Vallen, kemudian mereka pergi ke kantin, sedangkan Audy keluar kelas akan menuju perpustakaan hendak menjalankan rencananya membaca materi baru.

Tepat saat ia akan berbelok ke kiri tiba-tiba....

BRUKK!!!

"Duhh kalo jalan pake mata dong.. pake nabrak lagi!" Suara laki-laki itu terdengar kesal, tubuhnya yang juga kehilangan keseimbangan itu langsung berdiri dan menepuk pantatnya.

"Aduhh maaf maaf tadi gue emang gak fokus pas jalan." Ucap Audy yang masih menunduk dengan posisi terduduk sambil mengelus pantatnya. Laki-laki itu mengulurkan tangannya.

"Ya udah sini gue bantuin." Mendengar suara itu Audy merasa tak asing dengan suara barusan. Dia menyambut uluran tangan lelaki itu dan juga mendongak.

"Al-lan?" Tanyanya terbata.

Again. Audy mengerjapkan matanya berharap ia betul-betul melihat pemilik mata berwarna cokelat terang itu, dan ternyata memang benar. Pemilik mata itu orang yang ia rindukan belakangan ini, dan ia bisa bertemu sekarang. Ya. Lagi.

Sebenarnya dalam benak Audy masih sering bertanya, mengapa Alan yang ia kenal saat kecil berbeda dengan Alan yang sekarang? Yang Audy sangat rindukan, adahal Alan yang dulu. Alan yang menolongnya saat ia kesulitan ataupun kesakitan.

***

avataravatar
Next chapter