15 15. Toilet Party

"Kesalahan lo adalah menyukai seseorang yang gue sukai. Dan lo harus terima bentuk resikonya."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Lo gak paham maksud gue?" Tanya Bianca sebal. "Kalau lo gak paham juga.. boleh lah kita bikin kue bareng di sini." Sambungnya dengan mengambil sebungkus telur ayam mentah yang isinya mungkin ada setengah kilogram.

Audy menggelengkan kepalanya dengan cepat dan berusaha ingin membebaskan diri dari cekalan tangan Belva dan Stela.

Bianca tersenyum miring dan siap mengambil satu telur kemudian dipecahkan diatas kepala Audy. "Ambil tasnya. Setidaknya gue kasihan sama isi tas dia kalau ikutan rusak." Ujarnya pada Belva.

Belva segera merebut paksa tas ransel Audy dan melemparkannya ke depan dekat pintu toilet yang tertutup.

"Lepasin!!! Lepasin.. kak jangan gini!!! Lepasin gue!!" Jerit Audy.

PLAK!!

Bianca sukses menampar pipi Audy dengan keras. "Lo itu selain gatel ternyata bawel dan berisik juga ya.. heran gue! Bisa diem gak??!!" Bentak Bianca pada Audy yang jadinya tak berani berteriak ataupun berbicara lagi.

"Masih baik loh gue kasih telurnya bukan cara dilempar. Gue pecahin gini pelan-pelan biar kuning telurnya luber ke baju lo. Ntar kalau telurnya gue lempar, kan kasihan badan lo kesakitan. Lo kan juga anak orang kaya." Ujar Bianca dengan aktivitasnya yang masih setia memcahkan telor ke badan Audy sampai habis.

Ada beberapa menit sampai telur ayam yang mereka bawa itu habis. Kini Audy penampilannya dipenuhi oleh telur ayam yang sudah leleh di baju seragamnya.

"Iyuuuuhhhh.. bau! Amis bangeeettt.." ujar Stela dan mengendurkan pegangannya pada tangan Audy. Belva juga begitu sambil menutup lubang hidungnya dan serasa ingin muntah.

"Tepung." Ujar Bianca yang sudah seperti bos. Stela dengan cepat mengambil sebungkus tepung murah itu dari dalam kresek hitam.

Syuuurrrr!!

Sebungkus tepung sukses memenuhi badan Audy yang semakin lengket dan sudah tak tahu bagaimana noda-noda itu mengotori bajunya. Kini ia hanya bisa menangis karena takut pada ketiga kakak kelas itu. Menangis dalam diam dan tak tahu apa kesalahannya.

Bianca menatap Audy dengan puas seolah Audy memang sebuah adonan kue. "Masih gak tahu kesalahan lo???!! BEGO BANGET SIH LO!!" Bentak Bianca dengan keras.

Kreeekk!! Kreeekkk!!

Bianca dengan berani langsung merobek lengan seragam Audy bagian kiri dan kanan sekaligus. Dirinya tertawa senang. "Naaahh gini. Baru cocok lo sebagai cewek gatel." Ujarnya. DUK!! Kakinya dengan cepat menendang tulang kering kaki Audy dan tentu saja Audy jadi luruh terduduk di lantai dan terisak.

Belva dan Stela hanya setia sebagai penonton saja sambil ikut menertawakan Audy dengan lantang.

Bianca ikut berjongkok dan menatap Audy dengan tatapan pura-pura iba. "Harusnya.. lo cari tahu dong masa lalu Alan itu gimana. Suka sama siapa. Lo gak pantes ada didekat Alan!! Yang ada lo cuman jadi parasitnya. Udah gampang cengeng! Manja!! Kekanak-kanakan banget tau gak sih lo itu!! Sekali lagi lo deketin Alan dan berani jalan sama dia, gue jamin hidup lo di sekolah gak akan betah!!" Ancam Bianca.

Hendak saja Audy ingin beranjak dan mendorong Bianca, malah dirinya sendiri yang jadi didorong Bianca lagi dan punggungnya membentur tembok cukup keras. Kepalanya pusing karena bagian kiri ikut terbentur.

"Lo pasti udah ditungguin Alan di parkiran sebrang ya?" Tanya Bianca. "Cari ponselnya. Kirimin pesan ke Alan kalau dia gak mau dijemput sama Alan." Perintah Bianca pada Belva dan Stela. Kedua temannya itu sudah mirip seperti pelayan yang selalu menurut saja apapun perintah dari Bianca.

Audy hendak bangun dan merebut ponselnya namun BYYUUUURRR!!!

Rasa dingin itu seperti menusuk di kulit Audy. Seember air yang dicampur dengan balok-balok es batu itu diguyurkan ke badan Audy. Membuat tepung dan telur yang sudah tercampur itu semakin lengket dan sulit dihilangkan.

"Sekali lagi lo deketin Alan. Gue gak bisa jamin hal kayak gini nggak terjadi lagi! Dan awas aja kalau lo sampai lapor hal yang nggak masuk akal tentang gue. Gue berkuasa di sekolah ini." Ujar Bianca sambil mendorong kepala Audy dan meninggalkamnya begitu saja.

"Cabut." Ucap Bianca pada kedua temannya.

"Dikunci dari depan nggak Bi pintunya?" Tanya Belva.

"Nggak usah. Nanti dia teriak. Kasihan, biarin dia bisa pulang ke Mama nya." Ujar Bianca puas sambil mencuci tangannya di wastafel. "Inget ya pesen gue!! Alan cuman milik gue seorang! Gak ada yang boleh sentuh dia kecuali gue!!" Tandasnya ada Audy kemudian segera pergi bersama dua temannya dan meninggalkan Audy begitu saja.

Audy menangis tertahan, ia paksa untuk bisa berdiri dan menatap dirinya pada cermin kaca yang luas itu. Menghilangkan campuran tepung dan cairan telur ayam yang berada memenuhi wajahnya. Langsung saja kedua tangannya mulai membersihkan wajahnya. Namun, pergerakan kedua tangannya kini gemetar hebat. Audy masih kaget dengan apa yang terjadi pada dirinya. Apa menyukai Alan sesalah ini?

Selesai membersihkan wajahnya dan bagian rambut dari semua hal itu, Audy memilih melepas kaos kaki dan sepatunya. Memilih untuk tidak beralas kaki apapun.

Semua barang yang Bianca dan temannya gunakan sudah dibersihan dengan mereka sendiri. Tadi Audy melihat mereka membawa satu kresek plastik sampah yang besar berwarna hitam. Semua cangkang telur dan wadah bekas tepung juga dimasukkan ke sana. Seolah mereka tidak ingin meninggalkan jejak.

Audy melihat tas kresek bekas yang tertinggal dan memasukkan kedua sepatunya ke dalam situ. Gadis itu terngiang bisikan Bianca saat hendak pergi. 'Gue mau lo juga nutupin apa yang udah gue lakuin ke lo. Pakek jaket jumbo itu kalau lo mau keluar dari kamar mandi. Kalau ada yang tanya lo basah atau apapun itu. Lo bisa kan jawab sendiri gimana jawaban lo. Awas aja kalau lo sampai sebut nama gue!!' Begitulah isi bisikan Bianca tadi dan meninggalkan sebuah jaket jumbo yang sebenarnya sebuah mantel berbulu yang oversize.

Audy mengenakan itu dalam diam dan mengeratkan kancing jaket itu. Tudung jaket juga ia gunakan untuk menutupi kepalanya, menutupi rambutnya yang masih dipenuhi tepung yang lengket dan sulit dihilangkan dengan air.

Sebelum meninggalkan toilet, Audy menyiram bekas tepung dan telur yang terjatuh di lantai toilet dengan menyiramkan dua ember air. Kegiatannya di dalam kamar mandi menjadi agak lama. Padahal kakinya yang ditendang Bianca tadi jadi sangat sakit ketika digerakkan.

Ada selang 15 menit Audy baru bisa keluar dari toilet dan menengok ke kanan dan ke kiri apakah ada orang atau tidak. Memasukkan kresek berisi sepasang sepatunya yang menjadi lusuh itu ke dalam tas ranselnya yang memang cukup besar kapasitasnya.

Audy berjalan dengan menunduk dan menuruni tangga dengan pelan. Tak peduli lagi dengan kondisi kedua kakinya yang kini telanjang. Kedua matanya padahal sudah memanas lagi ingin menangis. Ternyata begini ya rasanya dibully?

***

From Audy :

Alan, aku masih lama di dalam kelas. Ada kegiatan kelompok. Kamu duluan aja yah, nanti aku bareng temen aku kok.

Alan yang membaca pesan itu hanya berwajah datar tanpa reaksi. Lelaki itu sudah meninggalkan area parkiran sebrang sejak pukul 3 sore lewat 15 menit ketika pesan tersebut terkirim padanya. Pesan yang diketikkan Belva tadi.

***

avataravatar
Next chapter