11 11. She is Bianca

"Dia milikku. Jika kamu berani menyentuhnya, maka kamu bersedia terluka."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Bianca dan dua temannya kini berada di dalam mobil yang berhenti di ujung jalan blok perumahan Audy. Menatap sebuah adegan Alan yang mengantarkan Audy pulang dan menemani gadis itu hingga orang tuanya datang.

"Bi, mending lo gak usah ngejar Alan lagi deh. Lo tuh terlalu baik dan cantik buat dia. Pokoknya lo terlalu sempurna buat Alan." Ujar Belva yang duduk di belakang setir.

Bianca yang duduk di sebelah Belva itu hanya tertawa geli. Sementara Stela tidak menyahut, malah sedang asyik memoles kuku-kuku jemarinya dengan kutek berwarna merah bata.

"Gue masih suka sama Alan." Ujar Bianca dengan percaya diri.

Belva berdecak di tempat. "Masih ada yang lebih keren Bi.. contohnya Dirga ketua eskul basket. Apa yang lo kejar dari Alan sih?"

"Bokap gue nuntut gue untuk bisa deket sama Alan. Perusahaan milik nyokapnya Alan menduduki peringat nomor satu di Indonesia. Perusahaan Bisnis milik tante Sarah yang menjual pakaian-pakaian impor luar negeri. Gue harus bisa dapetin Alan, dengan begitu perusahaan bokap dan nyokap bisa kerja sama."

Belva mengernyitkan dahi tidak mengerti. "Bukannya perusahaan fashion keluarga lo udah kerjasama dengan milik keluarga Alan?" Tanyanya penasaran.

"Pengajuan aja kata bokap. Belum ada pertemuan. Kalau sudah ada pertemuan, nanti gue diajak makan malam. Dan Alan harus jadi milik gue."

"Tapi kayaknya keluarga Alan deket banget sama keluarga Audy. Apa Alan suka sama Audy ya kok Alan mau anterin Audy berangkat dan pulang sekolah? Kalian juga tahu sendiri kan, kalau Alan terkenal dingin banget di sekolah dan gak ada cewek yang berani deketin dia." Sahut Stela yang sejak tadi diam.

Bianca dengan tatapan sinisnya melalui kaca mobil itu hanya berdesis tak suka. Kalau Stela ini hewan, mungkin sudah Bianca bunuh saja saking sadisnya.

"Mending tutup mulut aja deh lo Stel, dari ada sekalu cuap langsung bikin Bianca naik darah." Ujar Belva.

"Cari tahu Audy kelas berapa dan di kelas mana. Besok pulang sekolah, pastikan dia ada di toilet lantai dua paling ujung." Ucap Bianca dengan senyuman smirknya yang mirip psikopat.

"Oke Bi.. kita adain pesta kecil-kecilan besok." Sahut Belva dan mulai menyalan mobil kembali dan memutar balik arah sembari membuka atap.

"Stela, lo bagian belanja keperluan ya."

Stela mendongak ketika mendengar namanya disebut oleh Belva. "Keperluan apa?" Tanyanya polos.

"Biasa, Bianca mau adain pesta kecil-kecilan di toilet lantai dua paling ujung besok pulang sekolah." Jawab Belva yang kini ikut mengenakan kacamata hitam seperti Bianca.

Stela terkekeh. "Okey, kalau itu gampang. Ntar gue beliin lengkap sama ember." Ucapnya sambil melanjutkan memoles cat kukunya.

Selanjutnya ketiga gadis itu resmi keluar dari area perumahan Audy. Tiga gadis itu, Bianca, Belva dan Stela memang terkenal sebagai geng perisak di sekolah elite tersebut. Banyak guru yang sudah mencoba mengatasi hal itu namun selalu dibungkam dengan uang dari para donatur yang tentu saja para donatur tersebut orang tua tiga gadis itu. Para donatur yang sangat berpengaruh dan memegang kendali perkembangan sekolah. Bianca adalah cucu dari direktur pemilik gedung sekolah elite tersebut.

Sedangkan orang tua Belva adalah pemilik salah satu rumah sakit ternama di Jakarta. Dan orang tua Stela adalah pemilik gedung salon dan spa ternama. Para orang tua mereka sebenarnya sudah muak dengan berbagai macam perilaku yang mereka lakukan sehingga banyak sekali surat panggilan orang tua. Jadi, demi mengambil aman dan tidak mau terlalu ribet mereka bekerjasama menjadi donatur sekolah agar bisa membungkam mulut para guru yang ingin melaporkan atau menindaklanjuti kerusuhan yang diciptakan tiga gadis itu.

Bianca, Belva, dan Stela satu tingkat dengan Alan. Mereka sama-sama menduduki kelas 12 atau bisa disebut kelas 3 SMA. Mereka semua sama-sama memilih jurusan IPA. Karena Alan juga anak IPA. Belva dan Stela memang dari awal sudah masuk ke kelas IPA. Namun, Bianca pindah jurusan dari IPS ke IPA saat naik ke kelas 11 di tahun lalu. Itu semua Bianca lakukan demi bisa dekat dan memikat Alan. Namun, sampai sekarang Alan masih dingin dengannya.

Bianca and the gang sejak kelas 11 tidak pernah mengikuti ekskul lagi. Sudah ditegur juga oleh guru, namun tentu saja lagi-lagi jalan ninjanya adalah mengancam kepala sekolah tentang donatur untuk perkembangan sekolah.

Dua tahun lalu, tepatnya saat masih kelas 10 saat dua bulan menuju kenaikan kelas. Bianca sempat beradu dengan gadis bernama Tamara untuk memperebutkan gelar Leader dalam ekskul Cheers. Itu saat Bianca masih berada di kelas jurusan IPS, di mana seorang gadis bernama Tamara itu juga sama-sama jurusan IPS dan satu kelas dengan Bianca.

Bianca masih ingat jelas peristiwanya dengan Tamara yang sampai kini masih membuat gejolak emosinya berapi-api kalau mengingat dan mendengar nama gadis itu. Hal utama yang membuat Bianca benar-benar membenci Tamara bukan karena hal memperebutkan posisi Leader cheers. Namun Alan yang menyukai Tamara. Dan Bianca tidak suka hal itu.

Tamara adalah anak sulung dari orang tuanya yang jabatannya lebih tinggi dari orang tua Bianca. Jika Bianca bisa menguasai sekolah elite ini, maka Tamara bisa menguasai seluruh sekolah yang ada di Jakarta ini. Ayahnya adalah donatur paling kaya nomor satu. Pemilik perusahaan minyak Amerika di Indonesia, yang tentu saja cabangnya ada di mana-mana. Bahkan di luar negeri juga ada.

Itulah alasan Bianca pindah jurusan dan memilih menjauhi Tamara. Jika ia sampai bertindak macam-macam terhadap Tamara, popularitas perusahaan Ayahnya akan siap diancam oleh Ayah Tamara. Ayah Tamara tak hanyak mempunyai perusahaan minyak, tapi juga menguasai dunia pengusaha dan influencer. Berpengaruh terhadap semua bidang berbisnisan. Apalagi, Ibu Tamara adalah seorang wanita karir yang sukses menjalankan bisnis di bidang makanan. Sudah banyak restoran dan kafe miliknya yang dibangun di berbagai provinsi, paling banyak di pulau jawa.

Tentu saja Bianca kalah telak. Dan ia tidak mau lagi dekat dengan Tamara. Alhasil sekarang ia menguasai kelas-kelas jurusan IPA. Karena gedung IPA dan IPS beda dan letaknya bersebrangan namun berhadapan.

Dan kini, Bianca tidak akan diam jika ada gadis lain yang merayu Alan. Apalagi, baginya Audy hanyalah sebagai kutu kecil yang pantas dihilangkan dan dihancurkan. Tidak boleh ada yang menyentuh Alan selain dirinya. Alan harus menjadi miliknya. Harus.

***

"Aargghh.. ssshhh.." ringis Audy kesakitan karena lidahnya tergigit sendiri saat menggigit daging steak buatan Mamanya.

Gadis itu menjulurkan lidahnya dan berkaca dengan kaca kecil yang selalu ia bawa di saku. Ujung lidahnya sampai berdarah. Tapi lukanya kecil.

"Ada yang ghibahin kamu dek." Ujar Bita yang menertawakan adiknya.

Dan Audy hanya memberikan tatapan sinis karena ia fokus dengan lidahnya yang sakit. Sementara Vera yang langsung menyodorkan segelas air dingin pada putri bungsunya itu agar membekukan darah di lidah Audy.

***

avataravatar
Next chapter