1 Chapter 00 : Prolog

< - - - - - >

Apakah kalian pernah tenggelam dalam kegelapan?

Aku sedang berada dalam kegelapan. Tidak peduli kemana aku melangkah, hanya kegelapan yang mengikuti. Seperti bayangan malaikat kematian yang tidak pernah melepaskan dirinya dariku. Seperti menapakkan kaki di jalan kematian itu sendiri. Memang seperti inilah kenyataannya, karena aku tidak seharusnya hidup di dunia ini.

Apa kalian tahu seperti apa bau dari darah?

Aku bisa menciumnya dengan jelas, sejelas aku dapat merasakannya mengalir di seluruh tubuhku. Satu-satunya hal yang mungkin bisa aku lihat di kegelapan ini hanyalah darah. Aku tidak tahu warnanya, karena terlalu gelap untuk bisa memastikan, tapi aku sangat hafal baunya. Amis, sangat amis. Sampai rasanya lidahku dapat mengecap rasa amis itu dengan baik.

Apa kalian pernah mendengar suara teriakan memilukan dari kota sebelah?

Aku mendengarnya dengan sangat jelas. Seolah-olah ia berteriak di sebelah telingaku. Aku tahu sesuatu yang mengerikan terjadi jauh di kota itu. Terlalu jauh untuk ku gapai dengan kaki atau tangan mungilku. Sekarang suaranya sangat keras, aku harus meringkuk sambil menutupi kedua telingaku yang kesakitan. Sangat sakit.

Aku tidak bisa melihatnya, kejadian mengerikan apa yang terjadi di sana. Tapi aku bisa mendengar suara getaran runtuhnya bangunan, ledakan mobil dan suara kobaran api yang membakar rumah-rumah di sana. Sesuatu yang buruk sedang terjadi. Nyawa sedang dipertaruhkan. Pertarungan antara dua orang sedang berlangsung dan aku tidak bisa memilih siapa yang harus berdiri dengan gagah di akhir nanti.

"Izu-Kun," suara lembut ibu mengalir melewati setiap kengerian di ujung kota. Aku tidak melepaskan tanganku dari telinga, tetapi berusaha mendongak untuk mencari ibu. Aku kesulitan, karena suara-suara itu sangat menggangguku.

"Kamu tidak perlu khawatir. Kemari, biar ibu peluk."

Aku merasakan tangan halus ibu merengkuh tubuhku. Gemetar ketakutan dan kesakitan yang aku tahan sejak tadi mulai surut. Aku menggenggam erat baju wol ibu. Merasakan kelembutan bahan kain itu di jari-jariku.

"Ibu percaya, Ayah akan pulang setelah ini. Karena itu, kita harus menyambutnya nanti." Aku bisa merasakan nafas hangat ibu di telingaku.

Aku tidak bisu, umurku sudah cukup untuk berbicara dengan sangat lancar. Tapi saat itu, mendengar luapan kepercayaan dan kasih sayang Ibu ketika membicarakan Ayah, aku tidak bisa mengatakannya secara terang-terangan.

[Aku tidak ingin Ayah yang pulang]

< - - - - - >

avataravatar
Next chapter