6 Penyerangan Part 2

Beberapa jam sebelumnya di tengah-tengah Kota Festival.

"Aku akan pergi ke perbatasan kota untuk menghubungi Master. Setelah kau mengurus mereka, kita bertemu kembali di penginapan." Bisik Albert kepada Fuguel sebelum berpisah.

Dua orang mengejar Albert sedangkan tiga lainnya mengejar Fuguel. Ketiga orang itu mengenakan jubah berwarna hitam dan memasang tudung. Wajahnya sama sekali tidak terlihat. Namun, berdasarkan postur, kelihatannya mereka bertiga merupakan pria dewasa.

Fuguel berlari ke area pertokoan hingga memasuki gang. Ketiga orang tersebut lantas berpencar untuk menyergapnya. Pada akhirnya pria itu menemui jalan buntu di mana tak ada sama sekali orang yang terlihat selain dia dan orang-orang tersebut. Hanya saja orang-orang yang mengejarnya bukan berhasil menyergap melainkan digiring sedari awal. Fuguel berusaha untuk menghindari keributan dan kerusakan. Ia cukup percaya diri dengan kemampuannya untuk menghabisi ketiga orang itu sekaligus.

Setiba di gang buntu, salah seorang dari pengejar dengan tinggi badan yang sejajar dengan kuping Fuguel berusaha melancarkan serangan. Di luar dugaan ia merupakan seorang penyihir. Ia melemparkan berbagai benda disekitar untuk menyerang Fuguel. Namun, Fuguel dapat menghancurkan semua benda yang tertuju kepadanya dengan sekali hempasan. Melihat kekuatan pria itu, mereka berusaha menyerang sekaligus.

Dua orang lainnya menyerang Fuguel menggunakan senjata tajam. Sementara itu, Si Penyihir berusaha menyokong temannya. Penyihir tersebut memanipulasi sebatang besi untuk mengunci pergerakan Fuguel. Tangan, kaki, dan tubuh pria itu tidak bergerak karena terlilit oleh besi. Kedua orang lainnya tidak melewatkan kesempatan tersebut dan menyerangnya.

"Arghhh …," salah seorang penyerang yang maju paling depan seketika jatuh tak berdaya.

Fuguel memukul pria tersebut hingga tulang rusuknya patah dan organ dalamnya terluka. Kedua orang lainnya terkejut karena melihat pria itu bebas dengan mudah dari lilitan besi. Beberapa saat setelahnya Fuguel menyerang satu orang lagi dengan memukul wajahnya berulang kali. Wajah bonyok orang itu hampir tidak dikenali.

Dua orang telah tumbang dan menyisakan Si Penyihir. Si Penyihir awalnya terkejut tetapi selanjutnya ia merasa geram. Ia menyerang Fuguel sekali lagi menggunakan benda-benda sekitar. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini ia membuat tumpukan besi tua itu menjadi benda tajam untuk menusuk Fuguel. Hanya saja terjadi sesuatu di luar dugaan.

"Ke-Kanapa?" Mata Penyihir tersebut terbelalak saking kagetnya. Tubuhnya sampai gemetaran. Ia merasakan sebuah ancaman datang mendekat. Demi melindungi diri, ia kemudian melancarkan serangan membabi buta. Area di sekiling Fuguel menjadi hancur dibuatnya. Satu-satunya yang tidak hancur adalah Fuguel sendiri.

Fuguel berjalan perlahan dan menghampiri penyihir tersebut. Pemandangan yang Si Penyihir lihat adalah pria dengan tatapan dingin dan tajam. Kaki Si Penyihir mulai lemas dan tidak mampu menahan bobotnya. Ia lalu terduduk kaku. Sosok dengan tubuh yang begitu besar. Mata hitam yang memancarkan jurang tak berujung. Kemudian perasaan tak gentar seperti pembunuh berdarah dingin. Sama sekali tidak ada keraguan dalam diri sosok yang di hadapan penyihir itu. Fuguel sudah siap menghabisinya.

"Kenapa tidak mempan?" Tanya penyihir tersebut dengan suara bergetar.

Ah, Si Penyihir sangat ketakutan layaknya hewan buruan di tengah sabana, persis seperti rusa dimangsa singa. Kau hanya bisa merasakan bahwa keterkaitan mereka di dunia ini tidak lebih dari implementasi rantai makanan. Seharusnya Si Penyihir menyadari itu saat menyerang Fuguel untuk kali pertama. Sialnya, dia baru sadar setelah nyawanya berada di ujung tanduk.

Darah berceceran. Begitulah nasib Si Penyihir tanpa memahami apa yang baru saja terjadi. Si Penyihir tidak mengerti bagaimana Fuguel bisa dengan mudah melepaskan diri ketika seluruh tubuhnya telah dililit besi atau bagaimana Fuguel tidak terkena serangan sama sekali. Satu-satunya yang ia pahami adalah sosok di hadapannya adalah monster. Sebetulnya, akibat dari kondisi tubuhnya, Fuguel memperoleh suatu keuntungan. Keuntungan itu ialah tubuhnya tidak mempan terhadap sihir. Ia mampu menetralkan seluruh sihir yang ia sentuh atau mengenainya. Makanya serangan fisiklah yang bisa memberinya luka.

Salju turun, awan mendung, dan tiupan angin yang cukup kencang pertanda cuaca malam ini tidak akan ramah. Fuguel meninggalkan tempat itu dan segera berlari menuju penginapan sesuai perjanjian. Namun, ketika sesampainya di sana Albert tidak ada. Semakin lama ia menunggu, semakin langit menjadi lebih gelap dan semakin lebat salju yang berjatuhan. Si pemilik penginapan juga memberitahu bahwa Albert belum pernah kembali. Melihat situasi saat ini, Fuguel memutuskan untuk mencari anak itu.

Fuguel berlari. Ia melesat dengan cepat melewati cuaca buruk itu. Saat mencapai perbatasan, ia melihat seorang pria tewas dilapisi tumpukan salju. Berdasarkan hal tersebut, ia memperkirakan bahwa kejadiannya hampir 20 menit yang lalu. Melihat jubah mayat itu, Fuguel mengasumsikan bahwa ia merupakan komplotan dari kumpulan orang tadi.

Fuguel berjalan di tengah deru angin. Ia bahkan kesulitan mendengar suara napasnya yang tersengal-sengal. Saat berjalan hanya cahaya bulan yang ia andalkan sebagai penerangan. Tetapi saat Fuguel mengamati sekeliling dan mencari-cari, tiba-tiba ia melihat cahaya dari hutan.

Hutan itu terbakar. Fuguel berlari ke arah kobaran api itu dengan sigap. Ia menyadari bahwa Albert dalam bahaya. Saat mengikuti ujung arah kobaran api itu, ia melihat seorang gadis berkuncir dua menyerang Albert yang penuh luka. Baru saja ia mencoba mendekati mereka, tiba-tiba seluruh tubuh keduanya membeku. Saat itu Fuguel melesat secepat mungkin dan membatalkan sihir tersebut. Ia menghempaskan gadis tadi dengan cukup keras hingga terbentur pohon dan tidak sadarkan diri. Albert yang kehabisan energi juga ikut kehilangan kesadarnanya.

~

avataravatar
Next chapter