4 Kebangkitan Phoenix 4

"Azuki-san!" Minami berteriak pada Azuki yang telah bersiap melawan sepasukan tentara di depannya.

"Minami-san kau masih belum ingat cara mengendalikan kekuatanmu, jadi tolong tetap berlindung di belakang tembok itu" Jawab Azuki tanpa melepaskan pandangannya pada tentara-tentara yang akan dia lawan.

Si komandan pasukan hanya bersembunyi ketakutan di kendaraan pengangkut dan mulai memberi perintah baru "Semua unit! serang gadis berambut putih itu!".

Mendengar perintah itu seorang tentara yang berdiri paling dekat dengan Azuki mulai menembaknya, namun Azuki lebih cepat dari tentara itu.

Dengan gesit Azuki menunduk sedikit untuk menghindari tembakan tentara tersebut, bergerak ke depan beberapa langkah, lalu menebas tentara tersebut dengan pedangnya tepat di dada.

Azuki lalu bergerak lagi mendorong seorang tentara lain ke depan dan menebas punggungnya yang menjadi sasaran empuk.

Dua orang tentara lain mulai mengepung di sisi kiri dan kanan Azuki dan bersiap untuk menembaknya.

Kedua tentara tersebut mulai menembak Azuki, namun Azuki dengan lincahnya menghindar ke belakang dan membuat kedua tentara tersebut tewas terkena tembakan satu sama lain.

Minami hanya terkesima melihat pertarungan Azuki, Dia bahkan tidak menuruti perkataan Azuki untuk berlindung di balik tembok pelindung yang dibuat Azuki.

Seorang tentara bersiap menembak Azuki, namun Azuki menendang kaki tentara tersebut, membuat dia terpeleset ke samping namun tanpa sadar tentara tersebut telah melepas tembakan yang mengarah pada Minami.

Azuki yang menyadarinya menusuk leher tentara yang terjatuh tersebut dan segera memperingatkan Minami "Minami-san! Awas!".

Namun peringatan Azuki terlalu lambat, peluru-peluru tersebut sudah mengenai Minami tepat di dada, Minami pun jatuh tertelungkup.

Darah segar mulai keluar dari dada Minami. Azuki langsung berlari menghampirinya dan membuat tembok pelindung baru agar tidak tertembak.

Azuki mengangkat tubuh Minami dan menahannya dengan tangan kanan sementara tangan kirinya menahan luka tembak Minami "Minami-san! Minami-san bangun!" Azuki memanggil Minami yang tidak bergerak.

Setelah mengira Minami sudah mati, tiba-tiba Minami terbatuk-batuk dan membuat Azuki terkejut "Uhuk! Uhuk!".

Azuki merasakan sesuatu di tangan kirinya, ternyata di tangan kiri Azuki terdapat empat butir peluru yang bernoda darah "Pelurunya keluar sendiri dari tubuhnya?" Azuki kebingungan.

Azuki lalu membuka blazer dan baju seragam Minami untuk melihat luka tembak Minami.

Luka itu mulai tertutup dengan sendirinya dan darah Minami pun berhenti mengalir lagi "Luar biasa, dia bisa menyembuhkan lukanya sendiri" kata Azuki.

Minami pun akhirnya tersadar "Aku sempat lupa kalau kau itu seekor phoenix, Minami-san" Azuki menatap mata Minami yang telah berubah menjadi berwarna merah "Aku sendiri juga lupa" jawab Minami sambil bercanda.

Minami pun berdiri diikuti oleh Azuki "Izinkan aku membantu, Azuki-san" Kata Minami sambil mengeluarkan api dari tangan kanannya "Baiklah" jawab Azuki.

Kedua gadis itu telah bersiap melawan sekumpulan tentara yang tersisa. Tentara-tentara itu bertanya-tanya bagaimana Minami masih bisa hidup setelah tertembak tepat di dada.

Tanpa basa-basi Azuki mulai menyerang.

Azuki berlari kencang menuju seorang tentara terdekat dan segera menebas tentara tersebut di perutnya.

Minami pun tidak mau kalah, meskipun baru menggunakan kekuatannya setelah sekian lama, dia mengulurkan tangan kanannya dan api pun menyembur keluar dari tangannya.

Api itu mengenai tiga orang tentara yang berada tepat di sebelah kiri Azuki, Membunuh mereka seketika dan membuat Azuki sedikit terkejut, Namun Azuki dengan segera menyerang seorang tentara lain di sebelah kanannya.

Minami kemudian mengeluarkan tiga buah bola api dan melemparnya pada tiga orang tentara yang bersiap menembak Azuki.

Tentara-tentara malang itu menggeliat kepanasan di tanah sebelum akhirnya tewas terpanggang.

Hanya tersisa dua orang tentara lagi, Azuki menjegal seorang tentara hingga terjatuh ke belakang dan menusuk dadanya, membuat tentara terakhir ketakutan.

Tentara tersebut mencoba berlari ke arah kendaraan pengangkut mereka, namun Azuki berlari mengejarnya dan menusuk dada tentara tersebut dari belakang.

"Hii!" Teriak si komandan tentara tersebut ketakutan sambil berlari ke kendaraan pengangkut mereka.

Komandan itu dengan segera menuju kursi supir dan segera kabur menggunakan kendaraan pengangkut.

Mata Minami kemudian berubah kembali menjadi berwarna coklat dan tato api di pipinya menghilang, Minami lalu berlari menghampiri Azuki yang menatap kendaraan itu pergi menjauh.

"Tadi itu hebat sekali Azuki-san!" Minami memuji Azuki "Tapi katamu kamu itu penyihir, kenapa kamu bisa menggunakan pedang?" Tanya Minami kebingungan.

Azuki hanya tersenyum dan pedang yang ada di tangan kanannya bercahaya lalu menghilang "Aku memang penyihir, tapi aku juga bisa bertarung menggunakan senjata. pedang yang kupakai tadi juga diisi kekuatan sihir".

Azuki kemudian mengambil smartphonenya lalu mulai menelepon sementara Minami mengancingi kembali baju seragam dan blazer yang tadi dibuka Azuki.

"Dimengerti" Kata Azuki yang kemudian menutup panggilan "Minami-san lebih baik kau jangan pulang ke apartemenmu dulu, mungkin kau akan diserang lagi. lebih baik kamu menginap di apartemenku" Kata Azuki pada Minami.

"Baiklah kalau begitu" jawab Minami. Minami kemudian mendekati salah satu mayat tentara dan mendapati logo Perusahaan Asakura berupa sebuah kelopak bunga yang diatasnya terdapat sebuah huruf kanji bermakna "Kemakmuran" di lengan kanan seragam mayat tentara tersebut.

"Sulit dipercaya Perusahaan Asakura mempunyai pasukan seperti mereka" Kata Minami "Mereka adalah Perusahaan yang ingin menguasai dunia, tentu saja mereka harus mempunyai sebuah pasukan" Jawab Azuki.

Kedua gadis itu pun berjalan pergi meninggalkan tempat pertarungan mereka.

Di perjalanan menuju stasiun bawah tanah, Minami mulai bertanya "Dinding pelindung yang kamu buat itu terbuat dari cahaya,bukan?" Tanya Minami "Ya, itulah kekuatan sihirku aku bisa mengeluarkan, mengendalikan dan memadatkan cahaya" Jawab Azuki.

Minami pun terkesima lalu kembali bertanya "Bukannya itu tidak mungkin? cahaya itu adalah suatu bentuk gelombang dan energi, tidak mungkin cahaya bisa dipadatkan".

Azuki kembali menjawab "Itulah sihir, membuat sesuatu yang tidak mungkin dapat terjadi" kata Azuki seraya kedua gadis itu tiba di stasiun bawah tanah.

Sementara itu, kendaraan pengangkut tentara yang dinaiki komandan tentara yang kabur itu semakin kencang.

Saking kencangnya hingga ketika kendaraan tersebut hendak berbelok, kendaraan tersebut miring dan terjatuh.

BRAK

"Sialan! sepertinya tulang lenganku retak" sambil memegang lengan kirinya, Komandan itu berusaha keluar dari kendaraannya.

Ketika dia berhasil keluar dari kendaraannya, seorang gadis menghampiri komandan tersebut "Sepertinya operasimu untuk mencari subyek pengamatan yang menghilang telah gagal, ya?" gadis itu mendekati si komandan tersebut.

Keadaan jalanan yang gelap membuat wajah gadis itu tak bisa dilihat "K-kau! si Eksekutor!" komandan itu terkejut bukan main hingga dia terduduk di jalanan.

"Jangan! Jangan bunuh aku! hanya aku yang masih hidup! pasukanku sudah mati semua!" Kata si komandan memohon pada gadis itu.

"Hal itu tidak mungkin" gadis itu tidak merasa kasihan pada si komandan tersebut.

"Kau tahu kalau Ryogi-sama sangat membenci orang lemah, bukan?" mata birunya yang seperti bercahaya dalam gelap menatap komandan itu "Kau gagal menjalankan misi, itu cukup untuk membuktikan kalau kau lemah".

Tiba-tiba, seluruh tubuh komandan itu dikelilingi oleh bayangan "Tidak! Ampuni aku!" komandan itu mengiba untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya sesuatu yang berbentuk seperti tangan menangkap tubuhnya, benda-benda lain yang menyerupai tangan juga mulai menutupi wajahnya.

"Orang lemah memang tidak berguna, mereka hanya bisa mati" Kata gadis itu meninggalkan komandan tersebut yang telah tewas bersimbah darah.

Ketika gadis melewati lampu jalan, sinar lampunya menyinari rambut putihnya yang sepanjang pundak.

Sementara itu, Minami dan Azuki telah tiba kembali di apartemen Azuki.

"Waduh! ternyata sudah jam segini" Azuki terkejut begitu melihat jam dinding di dapurnya yang menunjukkan pukul 11 malam.

Azuki lalu mengambil sebuah handuk sementara Minami duduk di ruang tamu "Maaf Minami-san, aku mandi dulu" kata Azuki lalu menuju kamar mandi "Baiklah" Jawab Minami.

Sambil menunggu Azuki mandi, Minami berbicara pada dirinya sendiri "Sulit dipercaya kalau selama ini aku adalah seekor phoenix" Minami kemudian mulai bertanya-tanya "Apa yang terjadi sebelum Perusahaan Asakura menyegel ingatanku, ya?" Minami terus menggumam.

"Baru hari kedua sekolah tapi seragamku sudah berlubang begini" Kata Minami sambil memegang lubang bekas peluru di seragamnya.

"Ah, Segar rasanya" Azuki pun keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk.

Pipi Minami pun memerah "Kenapa kamu malu begitu, Minami-san? Kita kan sama-sama perempuan" Kata Azuki sambil tersenyum "Eh ya, tapi, itu…" Kata Minami terbata-bata.

Lebih baik kamu juga mandi, Minami-san" Kata Azuki sebelum dia pergi memasuki kamar tidur. "Be-benar juga, ya" Kata Minami yang segera pergi ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, Minami menutupi tubuhnya dengan handuk dan berniat mengenakan seragamnya.

Namun dia mendapati satu set pakaian tergeletak di samping seragamnya, di atasnya terdapat kertas dengan tulisan "SETELAH MANDI LEBIH BAIK KAMU TIDUR. AKU PINJAMKAN PIYAMAKU PADAMU. AZUKI". Minami lalu mulai mengenakan piyama pemberian Azuki. Piyama itu berwarna coklat pastel namun sedikit kekecilan untuk ukuran tubuh Minami.

Setelah keluar dari kamar mandi, Minami mendapati Azuki yang telah mengenakan piyama berwarna pink sedang menelepon seseorang dengan smartphonenya.

"Dimengerti" Kata Azuki sambil mengakhiri panggilannya "Ano… Azuki-san" Minami memanggil Azuki.

Azuki yang merasa namanya dipanggil menoleh ke arah Minami "Apa kamu punya kamar kosong? kalau boleh aku akan tidur disana" Kata Minami.

Namun Azuki menjawab "Memang aku punya kamar kosong untuk tamu yang menginap, tapi demi keamananmu, kamu harus tidur bersamaku malam ini" Perkataan Azuki membuat Minami terkejut "Eeeeeeh!?"

bersambung

avataravatar
Next chapter