17 Kabut Ilusi 3

Minami menghampiri Azuki yang menggigil ketakutan "Azuki! Azuki! Apa yang terjadi? Jawab aku!" Teriak Minami pada Azuki sambil mengguncang kedua pundaknya.

"Jangan! Jangan! Onee-chan! Jangan tinggalkan aku!" Azuki masih berteriak tanpa makna.

"Percuma senpai, sepertinya Azuki-senpai sedang terhipnotis" kata Sakura.

"Dimana Wallace? Tadi Azuki bilang dia ada di sini" Kata Itsuki sambil melihat sekeliling taman yang ditutupi kabut yang tebal.

Tiba-tiba Itsuki jatuh berlutut dan mengejutkan Minami dan Sakura "Itsuki? Apa yang terjadi?" Minami kemudian mendekati Itsuki "Tidak!" Teriak Itsuki.

"Tidak! Tidak! kembalikan keluargaku!" Itsuki mulai berteriak tanpa makna sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Apa Itsuki-senpai juga terhipnotis? Mustahil! padahal tadi dia sedang melihat sekeliling" Kata Sakura, Minami kemudian mencoba menenangkan Itsuki.

"Hati-hati Sakura! mungkin ini adalah perbuatan Wallace!" Minami memperingatkan Sakura.

"Baiklah, aku akan memeriksa daerah ini sambil berhati-hati" Sakura pun berjalan memasuki kabut yang semakin tebal sementara Minami melaporkan situasinya pada Kanako.

"Begitulah yang terjadi, Kanako-san aku dan Sakura sekarang sedang-" Kata Minami namun kalimatnya terpotong begitu dia mendengar teriakan Sakura.

"Tidak!" "Apa itu Sakura?" Minami kemudian berlari menuju arah suara itu.

Begitu Minami tiba dia melihat Sakura sedang berlutut sambil menutupi mukanya ke tanah "Sakura?" Minami diam-diam mendekati Sakura "Jangan! Jangan bunuh Ayah dan Ibuku!" Teriak Sakura.

Seorang pria berjubah hitam pun muncul di hadapan Minami. Kedua tangannya diletakkan di belakang punggungnya "Jadi kau Wallace, ya? Apa yang kau lakukan pada teman-temanku!?" Minami mulai marah.

"Aku telah membuat mereka berhalusinasi melalui kabut ini" Kata Wallace, dia lalu mengambil sebuah buku kuno bersampul kulit berwarna coklat dari balik punggungnya. "Apa itu?" Tanya Minami "Ini?" Kata Wallace sambil menunjuk buku yang dibawanya "Ini adalah buku mantra yang pernah dimiliki Morganna Le Fay".

"Morganna Le Fay?" Minami kebingungan "Kanako-san, tolong suruh Mio-san untuk mencari tahu siapa Morganna Le Fay itu" Minami berbisik pada Kanako melalui handsfree.

"Dengan buku ini aku bisa membuat ilusi, aku juga memasuki ingatan buruk teman-temanmu, memproyeksikannya menjadi ilusi dan membuat mereka terjebak di dalamnya" Kata Wallace menyombongkan kekuatannya.

"Minami-chan! menurut Mio, Morganna Le Fay adalah seorang penyihir dalam legenda Raja Arthur! dan benar kata Wallace, Morganna Le Fay adalah seorang penyihir yang dapat membuat ilusi! bahkan istilah fatamorgana itu berasal dari namanya!" Kata Kanako melalui handsfree.

Minami kemudian mengambil Akai Sora dari sarung pedangnya dan menebas dada Wallace "Aaaaah!" Teriak Wallace.

Namun tiba-tiba, tubuh Wallace berubah menjadi kabut dan menghilang.

"Apa?" Minami kebingungan "Apa kamu kaget?" Wallace pun muncul di belakang Minami "Kamu pikir aku begitu bodoh dengan menunjukkan diriku dihadapan musuh?".

Minami tidak menghiraukan perkataan Wallace dan menyayat lehernya, namun lagi-lagi tubuh Wallace kembali menghilang menjadi kabut.

Minami kemudian melihat sekeliling untuk mencari Wallace, tetapi tiba-tiba empat buah pisau melesat keluar dari dalam kabut dan menusuk perut Minami "Ugh!" Minami mundur beberapa langkah ke belakang, darah mulai keluar dari mulutnya.

"Hahaha! kamu tidak akan bisa menemukanku!" Suara Wallace pun menggema di sekitar Minami.

Empat buah pisau lain melesat menuju Minami, kali ini pisau-pisau itu mengenai dadanya "Uhuk!" Minami kembali mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Tenangkan dirimu, Minami" Kata Minami pada dirinya sendiri, dia lalu kembali mengingat saat dia berlatih.

"Tunggu Mio-san, menurut legenda bukannya aku bisa menyalurkan kekuatanku ke dalam Akai Sora?" Kata Minami pada Mio yang sedang berada di ruang latihan bersama Azuki.

"Ya, itu benar" Jawab Mio "Tapi kenapa aku tidak bisa?" Tanya Minami.

"Oleh karena itu aku akan melatihmu disini" Kata Mio "Sekarang tutup matamu" Perintah Mio pada Minami.

Minami menurut dan menutup matanya "Sekarang berkonsentrasilah dan masukkan kekuatanmu ke dalam katana itu, kamu adalah penggunanya seharusnya kamu bisa melakukannya" Minami melakukan apa yang Mio perintahkan.

Kemudian api keluar dari Akai Sora "Wah!" Minami terkejut "Lihat kan? kamu bisa melakukannya" Kata Mio "Hebat sekali, Minami!" Puji Azuki.

Minami mencabut pisau-pisau lempar yang menancap di tubuhnya, luka-lukanya pun sembuh dengan sendirinya.

Minami kemudian menutup mata merahnya dan mulai berkonsentrasi "Terbakarlah! AKAI SORA!" Teriak Minami dan seketika api keluar dari Akai Sora.

"Persiapkan dirimu, Wallace! aku akan menghancurkan sihir licikmu!" Kata Minami mengancam Wallace.

Minami kemudian mengeluarkan sebuah piringan api dan membuatnya melayang di udara "HEAT SEEKER!" Minami meneriakkan nama jurusnya.

"Heat Seeker bisa mendeteksi panas tubuh seseorang. Jadi tidak peduli dimana kau bersembunyi, aku bisa menemukanmu, Wallace!" kata Minami dalam hati sambil berjalan menelusuri taman.

Setelah beberapa saat, Heat Seeker mengeluarkan anak panah dan menunjuk sisi kanan Minami "Jadi kau disana selama ini, ya?" Minami mulai mengangkat Akai Sora berapinya dengan kedua tangannya ke udara.

"Terima ini! SCARLET SLASH!" Teriak Minami sambil menebas katananya, gelombang pedang dan api berwarna merah pun keluar dari Akai Sora dan dengan segera menebas Wallace yang sedang bersembunyi "Aaaaaah!" Teriak Wallace yang kemudian jatuh tak sadarkan diri.

Lama kelamaan kabut yang menutupi daerah itu pun menghilang, Azuki, Sakura dan Itsuki mulai terlepas dari ilusi yang diberikan pada mereka.

Minami kemudian mengambil buku mantra Morganna Le Fay yang dijatuhkan Wallace "Jadi buku ini yang menciptakan semua ilusi tadi?" Kata Minami sambil membuka-buka halaman buku mantra tersebut.

"Akan berbahaya jika buku ini jatuh ke tangan yang salah, aku akan mempercayakan buku ini pada Mio-san saja" dia lalu menyimpan buku itu di dalam kantong jaket hoodienya.

Kemudian di Ruang Komando, Minami melaporkan semuanya pada Ritsuko "Begitulah yang terjadi, Ritsuko-san" kata Minami "Jadi begitu caranya membuat satu desa dilarikan ke rumah sakit jiwa" Kata Ritsuko.

"Baiklah, kalian sudah melakukan yang terbaik, ini bayaran kalian" Ritsuko pun memberikan empat buah amplop coklat pada Minami dan tiga gadis lainnya.

Begitu keempat gadis itu keluar dari Ruang Komando, Azuki, Sakura dan Itsuki pun berterima kasih pada Minami "Terima kasih Minami, aku berhutang padamu" Kata Azuki "Terima kasih senpai" Kata Sakura "Aku jadi semakin mencintaimu, Minami" kata Itsuki dengan ceria.

"Ya, sama-sama. aku akan pergi menemui Mio-san terlebih dahulu, kalian duluan saja" Kata Minami yang kemudian pergi ke ruangan Mio.

Minami kemudian melihat ke arah Azuki, Sakura dan Itsuki yang semakin menjauh "Aku penasaran, masa lalu apa yang mereka alami sampai mereka bertiga bisa berteriak histeris seperti itu begitu melihat ilusi masa lalunya" Kata Minami, kemudian dia segera pergi ke ruangan Mio.

Sementara itu di taman belakang mansion, Wallace pun mulai sadar.

Hal pertama yang dilihatnya adalah wajah seorang gadis berambut putih sepanjang pundak bermata biru "S-siapa kamu? Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Wallace pada gadis itu.

"Namaku? Kamu tidak usah mengetahuinya, Mereka biasanya memanggilku Eksekutor" kata gadis itu.

Gadis itu kemudian mengeluarkan sebuah pedang claymore dari sebuah bayangan "Dan Aku disini untuk membunuhmu, karena kau sudah gagal menjalankan misi yang diberikan sang CEO".

"Apa? Jangan bercanda!" Wallace yang ketakutan pun merangkak menjauh dari gadis itu "Menyedihkan" Gadis itu mengikuti Wallace dan kemudian menusuk jantungnya dari belakang hingga tewas.

Sementara itu di apartemen tempat persembunyian Gerakan Pemberontak, terlihat Kanako yang sedang mengetik komputernya di dalam kamar apartemennya. Begitu dia selesai mengetik, Kanako lalu menyeringai sambil berkata "Sempurna".

bersambung

avataravatar
Next chapter