1 Skandal CEO

PLAK!

Satu tamparan mendarat di pipi Irgi tatkala Elaine menemuinya di kantor Aksara.id, sebuah platform penulisan yang ia rintis. Ruangan itu adalah ruang CEO. Sebuah ruang yang berbentuk persegi dengan wallpaper abu dan perabotan meja kerja dan kursi hitam. Aksara.id perusahaan yang Irgi pimpin. Maklumlah, dia anak orang kaya yang selalu beruntung. Namun keberuntungannya tidak ia manfaatkan dengan baik. Ia malah bermalam bersama seorang gadis di Yogyakarta. Gadis itu adalah Elaine yang sedang didepannya saat ini. Kepalanya mendongak menatap mata Irgi dengan penuh kebencian. Mereka berdiri saling berhadapan, Irgi meninggalkan pekerjaan sejenak demi menghadapi Elaine.

"Gue hamil!" seru Elaine. Irgi tersentak.

"Nggak mungkin!" elaknya.

"Gimana bisa dua orang yang saling berhubungan tidak menghasilkan apapun?" desak Elaine.

"Kita cuma sekali dan bukan mau gue," Irgi masih mengelak.

"Astaga, lo udah gituin gue masih bilang bukan mau lo?" ujar Elaine dengan nada menyesal. Tangisannya meleleh. Andai saja mengulang waktu, ia akan terus saja bersama Kiano meskipun hubungannya penuh toxic.

"Kan gue udah minta maaf?" lagi-lagi Irgi mengelak, dengan gampangnya ia menganggap sesuatu menjadi sederhana padahal bagi perempuan tidak semudah itu.

"Maaf?" Elaine menghapus air matanya. "Lo pikir dengan minta maaf semua selesai?" lanjutnya. Irgi menyeringai.

"Ya iyalah, gue kira kita nggak akan pernah ketemu lagi," ujar Irgi enteng.

"Jangan bodoh, gue punya kontak lo, gue bikin novel di tempat lo, ada banyak cara buat gue untuk nyari lo."

"Ya. Saat itu gue lagi kangen sama cewek gue yang lagi di Jepang makanya sadar ngga sadar gue intim sama lo," ucap Irgi tetap menganggap semuanya enteng.

"Lo punya cewek? Gimana kalo cewek lo ada di posisi yang sama kayak gue? Lo mau?" tantang Elaine.

"Ngga mungkin. Cewek gue lagi fokus kuliah. Lagian wanita terhormat akan menjaga dirinya," Irgi malah memojokkan Elaine seolah dia yang salah. Irgi putar semua cerita. Andai saja Elaine saat itu menolak. Namun waktu tak dapat berputar kembali, semua sudah terjadi. Masalahnya Irgi mengelak, ia menganggap Elaine wanita murahan.

"Maksud lo, gue wanita murahan? Iya?"

"Loh yang bilang begitu siapa? Lo sendiri kan?"

"Omongan lo mojokin gue!" erang Elaine.

"Kalau ngga murahan, apa namanya?"

"Bangsat!" seru Elaine marah. Irgi tidak bergeming, ia hanya diam melihat Elaine yang bersimpuh menangisi kebodohannya dulu.

Irgi tidak berempati pada Elaine, baginya kesalahan malam itu adalah hal yang biasa. Ia pernah tinggal di Jepang saat kuliah, kejadian seperti itu adalah biasa.

"Gue nggak pakai perasaan saat itu," tolak Irgi, ia tak perduli Elaine menangis sampai bersimpuh.

"Gue bukan boneka! Gue manusia sama kayak cewek lo!"

"Nggak usah bawa-bawa cewek gue," ucap Irgi lalu kembali ke tempat duduknya. Elaine bangkit, ia menghampiri meja Irgi.

"Ingat, Gi! Karma itu ada dan gue akan terus berjuang buat pertanggung jawaban lo."

"Tanggung jawab apa?" tanya Irgi.

"Apa yang sudah lo lakukan sama gue!"

"It's just for fun, girl!" ujar Irgi enteng.

"Buat kamu itu fun, buat wanita kayak aku, Gi?"

"Kamu udah ngerasain nikmatnya aku, kan?" Irgi menyeringai. Elaine makin marah dibuatnya, ia menggebrak meja kerja Irgi.

"Jahat!" umpatnya sebelum pergi. Ia berbalik tapi langkahnya tertahan oleh panggilan dari Irgi.

"Elaine," panggilnya. Elaine menoleh, Ia pikir Irgi memanggilnya sebagai ungkapan penyesalan atas perbuatan itu.

"Tas lo ketinggalan," ujar Irgi. Elaine berbalik mengambil tas di meja Irgi dengan cepat tanpa bicara apapun, hanya menatap Irgi sinis. Dirinya tidak mau memelas, hanya saja ia menangis penuh sesal. Harus diakui memang ia sempat menyukai Irgi di awal perkenalan hingga akhirnya bertemu di acara temu penulis sekaligus promosi Aksara.id.

Elaine terus berjalan meninggalkan ruangan. Ia tahan tangis agar air mata tidak menetes di depan pegawai Irgi sementara itu dirinya berpapasan dengan Inara, head editor dari Aksara.id.

"Permisi," ujar Elaine. Koridor begitu lebar, Inara malah menghalangi jalan Elaine. Elaine ke kanan, ia ikut ke kanan.

"Lo ngapain aja sama Irgi?" tatapan mata Inara menghujam ke arah Elaine.

"Bukan urusan lo!" balas Elaine tak kalah sengit.

"Inget ya, Irgi itu mau nikah, jangan sampai lo rusak semua rencana," Inara memperingatkan.

"Lo siapa? Lo cuma editor Aksara, kan? Ngga usah ngurusin urusan pribadi Irgi!" elak Elaine.

"Lo mau tahu gue siapa? Gue sahabat Irgi dari SMP," ujar Inara.

"Gue ngga peduli, gue cuma ada urusan sama Irgi!" balas Elaine tak kalah sengit.

"Nggak usah segitunya mau dapetin CEO," tuduh Inara. Ia mengira kejadian ini adalah siasat Elaine untuk mendapatkan hati anak tunggal kaya raya.

"Ngga guna gue ngomong sama lo," ujar Elaine, ia berjalan menerobos Inara hingga bersentuhan di bagian lengan tanda ada ketersinggungan di antara mereka.

Dari jarak yang tak terlalu jauh, Irgi melihat kepergian Elaine lalu ia menghampiri Inara.

"Ra, ngga usah repot-repot. Apa yang terjadi antara gue sama cewek itu adalah urusan gue," ujar Irgi bersamaan dengan keluarnya Elaine dari kantor.

"Lo ngapain aja sama dia?"

"Urusan gue."

"Loh, Karina gimana?" tanya Inara.

"Dia aja nyantai. Lo tahu segimana sayangnya gue sama dia tapi yang ada di pikirannya cuma pendidikan nomor satu. Lagian cewek tadi beneran hot," Irgi menjilat bibirnya seperti merasakan makanan yang lezat.

"Jaga mulut lo, Irgi. Jaga perasaan wanita, jangan sampai gegara nafsu lo sampe kerasukan setan kayak gini."

"Setannya nggak mau pergi," Irgi tersenyum sinis. Lagi-lagi Inara berkacak pinggang melihat kelakuan sahabatnya itu.

"Lo tuh, astaga. Gue ngga nyangka lo sebejad ini," komentar Inara lagi.

"Irgi bukan cowok cupu yang lo kenal dulu."

*******

Elaine keluar hotel Savana lokasi kantor Aksara.id dengan tangan hampa. Tidak ada yang mampu ia lakukan kali ini selain penyesalan. Kenapa saat itu dengan mudahnya ia menyerahkan semua yang ia miliki. Harusnya ia menahan diri agar tidak ikut ke kamar Irgi.

Jauh-jauh Elaine dari Yogyakarta ke Jakarta untuk menemui Irgi. Namun nihil, tiada hasil yang ia dapat. Ia berjalan meninggalkan hotel lalu menyebrang tanpa melihat kanan kiri hingga sebuah mobil berkecepatan tinggi menyambar tubuhnya hingga terpelanting jauh. Tubuh Elaine bersimbah darah jatuh ke aspal. Semua saksi mata berteriak kaget. Jalanan sangat padat siang itu saat jam istirahat. Banyak kendaraan

"Tabrakan! Tabrakan!" erang seorang wanita paruh baya yang tak tega melihat Elaine. Kecelakaan itu menimbulkan kemacetan, semua mengerem kendaraan lalu turun untuk melihat apa yang terjadi.

Seorang gadis berambut panjang dengan kulit putih, berpakaian dress biru tergeletak bersimbah darah di jalanan aspal yang panas. Naas, tidak ada satupun yang mengenalnya kecuali Irgi...

Bersambung.

avataravatar
Next chapter