20 Bagian 19. One Month Later

Bagian 19. One Month Later

Tak terasa satu bulan berlalu begitu cepat. Hari ini adalah hari terakhir aku kerja di kantor ini. Semua pekerjaanku di kantor ini sudah aku serah-terimakan pada Month. Beberapa Junior di kantor juga memberikan bingkisan perpisahan dan kue. Nanti malam rencananya aku akan pergi minum-minum berdua dengan Month. Aku tak sabar menunggu nanti malam. Sudah lama aku tidak minum-minum dengan Month. Renovasi di tokoku juga sudah hampir selesai. Mungkin minggu depan Tokoku sudah bisa dibuka dan mulai beroperasi. Kebetulan barang daganganku sudah sampai di ruko. Jadi aku sudah bisa memulai persiapan membuka toko.

Hari ini untuk pertama kalinya, aku menyetir mobilku ke kantor. Month sengaja tidak membawa mobilnya hari ini dan memintaku menjemputnya tadi pagi. Malamnya, aku dan Month pergi ke Kafe Bar di daerah PIK. Sudah lama kami tidak mengobrol sambil minum. Selama sebulan terakhir, kami terlalu sibuk membereskan pekerjaan-pekerjaan kantor. Tentu saja dengan seijin Beth, aku bisa pergi berdua dengan Month malam ini.

Seperti biasa, kami memesan cemilan kecil dan beberapa botol minuman. Kami banyak menghabiskan waktu mengobrol santai tentang pekerjaan dan masalah sehari-hari.

"eh,Gel.. by the way, lu sama Beth udah sampai tahap apa pacarannya?" tanya Month tiba-tiba.

"Apaan coba tiba-tiba nanya soal tahap pacaran?" jawabku sambil tertawa.

"gue serius nanya nih.. penasaran gue.."

"Gue sama Beth mah belum ada sampai ngapa-ngapain sih. Masih yang biasa-biasa aja lah. Belum berani lebih gue.. Takut dikejar bokapnya Beth kalau sampai Beth kenapa-kenapa.." jawabku sambil bercanda. "emang kenapa sih?"

"Oh.. nggak apa-apa sih.." jawab Month sambil cengengesan.

Aku menatap Month curiga. "..jangan-jangan..." ujarku.

Month mengangguk sambil cengengesan. "iya..kebablasan gue.. "

"Buset,Month! Lu seriusan? lu ga takut Rani hamil atau gimana gitu?"

"Ya habis mau gimana,Gel? Namanya mau sama mau juga..ya akhirnya kejadian deh.." jawab Month tanpa rasa bersalah. Ia masih cengengesan.

Aku hanya menghela napas sambil menggeleng-gelengkan kepala. Tak kusangka Month telah tidur dengan Rani. Padahal mereka baru 1 bulan pacaran. Month masih terus senyum-senyum sendiri.

"Kenapa lu senyum-senyum kayak orang mesum gitu?" tanyaku.

"nggak.."Month kembali cengengesan. "..gue ga nyangka aja..habis kejadian, Rani nangis.."

"Lha? kalau dia nangis kenapa lu malah senang?"tanyaku heran.

"Lu tau ga? Gue itu yang pertama buat Rani.. di sprei gue ampe ada bercak darahnya.." jawab Month kegirangan. "Pengen gue pajang sprei gue terus gue bingkai.."

"Lu GILA ya???" ujarku sambil tertawa. Aku yakin maksud dari Month itu bercanda. "..terus..lu ga takut Rani hamil?" tanyaku lagi.

Month menggeleng.

"Gue udah siap nikahin Rani,Gel.. Malahan malam itu juga gue udah lamar Rani." jawab Month santai sambil meneguk minuman kami.

"Dia terima?"

"Iya dong.."

"Wah,Congrats ya,Bro.. terus kapan rencananya?"

"Besok.."

"Besok?? Kok mendadak gini?" tanyaku heran.

"..maksud gue..besok gue kabarin tanggal pastinya. Mungkin 2 sampai 3 bulan lagi kami merriednya." Jawabnya sambil tertawa.

"Bisa aja lu.. anyway, Gue turut bahagia buat lu deh,Month" Ujarku sambil mengangkat gelas minuman dan mengajak Month bersulang.

"hubungan lu sama Beth gimana?"

"ya ga gimana-gimana sih.. yang penting gue harus bisa sukses di usaha gue dulu biar bisa cepat nyusul lu.." jawabku. Aku sedikit kepikiran. Dengan uangku yang tersisa sedikit ini, apakah bakal jadi masalah? Aku juga masih harus mengumpulkan uang untuk mengembalikan dana yang kupinjam ini kepada orang tua Beth. Mudah-mudahan aman dan lancar tanpa kendala, pikirku.

Kami kembali tertawa.

"eh iya..lu sama Vele masih berhubungan?"

"Nggak bro.. dari terakhir kali kita ketemuan di pantai mutiara itu, kami udah ga pernah kontek-kontekan lagi. " jawabku. Selama 1 bulan ini, Vele tidak pernah sekalipun mengirimkan pesan line ataupun bbm lagi padaku. Mungkin Vele sedang sibuk atau mungkin sudah punya gebetan baru,pikirku.

"Masa sih? Padahal gue pikir Vele demen sama lu lho" ujar Month santai.

"ah, ngaco lu,Month" Bantahku. "..gue kan udah punya Beth. Ga mungkin dong gue ma Vele."

"Ya kali aja kan? Terus emangnya Vele tau lu udah punya pacar?"

Aku berpikir sebentar. Sepertinya aku tidak pernah sekalipun memberitahu Vele kalau aku sudah punya pacar. Tetapi seharusnya Vele tahu aku sudah punya pacar. Soalnya bulan lalu, ia sempat melihatku jalan bersama dengan Beth di mall.

"Harusnya sih tau.." jawabku.

"Lu lebih demen mana? Beth atau Vele?"

"Ah.. jangan gitu deh,Month..kalau Rani tinggalin lu buat pacaran ma cowok lain emangnya lu mau?"

"Ya enggak dong..kan lagi panas-panasnya gue ma Rani.."

"Nah itu tau.." ujarku. "..ga baik selingkuh-selingkuh juga..kasian pacar kita sendiri..Lagian Vele juga ga mungkin lah mau sama cowok kayak gue"

Month menatapku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.

"Gel...Gel..emang ya..perbedaan antara bego sama polos itu beda dikit.."

"Maksud lu apa?"

"Ga apa-apa.."jawab Month sambil mengajakku kembali bersulang.

Aku mengernyitkan dahi sambil bersulang dan minum.

"Anyway.. sekitar 2 minggu lagi kan libur agak panjang, gue ma Rani ada rencana ke pulau.. lu mau ikut ga?" Ajak Month.

"Nggak deh,Month." tolakku."Gue mesti urus toko soalnya. Next time aja..". Aku memang harus mengurus jualanku di toko. Toko baru saja akan dibuka dalam waktu dekat. Tidak mungkin aku meninggalkan toko begitu saja untuk pergi liburan.

"Oke deh..nanti kabarin gue aja kalau lu berubah pikiran." Ujar Month sambil meneguk minuman di gelasnya hingga tetes terakhir. "cabut yuk.." Ajaknya.

Aku mengangguk dan menghabiskan sisa minumanku. Kami kemudian membayar minuman kami dan pulang.

---

Keesokan harinya, aku dan Beth mengeluarkan Baju-baju impor dari box dan menggantungnya di rak display. Beth benar-benar membantuku dalam persiapan pembukaan toko ini. Jujur saja, aku agak kaget karena tidak menyangka ia akan membantuku. Jumlah baju dagangan kami hanya sekitar 100 sampai 150 lembar baju dan semuanya merupakan Baju Branded. Kami berdua bersama-sama menyusun strategi pemasaran dan promo-promo menarik untuk awal pembukaan toko kami. Kebetulan dalam waktu dekat akan ada hari raya. Pastinya banyak orang yang akan mencari baju baru.

Kami banyak menghabiskan waktu kami berdua dengan menyusun display baju, memasang baju di manekin, dan persiapan-persiapan lain sebelum pembukaan Toko. Mungkin hari ini merupakan salah satu quality time kami selama pacaran. Selama ini, kami jarang sekali menghabiskan waktu berdua. Paling hanya nonton di bioskop atau menemani Beth shopping. Setelah memajang display toko dan menggantung baju-baju, kami baru sadar kalau ruangan di toko kami ini terlalu besar. Jumlah baju yang digantung dibandingkan dengan besar ruangan terlalu kontras. Baju jualan kami jadi terlihat sangat sedikit. Mungkin aku perlu menambah jumlah barang, pikirku.

Aku memutuskan untuk tinggal di ruko ini mengingat masih ada ruang untuk tinggal di lantai teratas. Keluargaku pun sudah setuju dengan pilihanku karena aku juga sudah terbiasa tinggal sendiri. Aku sudah pernah merasakan yang namanya ngekos dulu. Tidak ada bedanya kan? pikirku.

Malamnya, aku mengantar Beth pulang dan kembali ke ruko, tempat tinggal baruku. Aku merebahkan diri ke atas kasur dan memainkan smartphoneku hingga tertidur.

--

Aku membuka mataku perlahan. Cahaya Matahari yang menembus dedaunan menyinari mataku dan cukup menyilaukan. Pepohonan yang rindang dan bau rerumputan yang lembab tercium olehku. Di sekelilingku terlihat beberapa orang sedang duduk diatas tikar layaknya orang sedang piknik. Aku juga sedang berbaring di atas tikar dan beralaskan bantal yang empuk. Bantal? Tunggu dulu.. ini bukan bantal. Ini..Paha orang? Aku sedang tidur beralaskan pangkuan seseorang. Tiba-tiba terlihat wajah seseorang menghalangi cahaya matahari yang menyinari wajahku. Wajahnya tidak terlalu jelas karena membelakangi cahaya. Ya,backlight.

Aku mencoba memperhatikan wajahnya. Ia seorang gadis. Rambut merahnya terjatuh dari pundaknya dan mengenai wajahku. Perlahan wajah gadis ini mulai terlihat jelas. Dia adalah Ros. Ros tersenyum manis menatapku. Dengan buru-buru aku bangun dan duduk menghadap Ros.

"Lho? Ros?" ternyata aku daritadi tertidur di pangkuan Ros.

Ros hanya tersenyum menatapku. Aku kembali melihat sekeliling. Kami sedang berada di tempat piknik di tepi danau. Di hadapan kami terlihat sebuah danau yang cukup luas. Terlihat juga beberapa orang di sekeliling sedang duduk santai menikmati keindahan alam sekitar. Aku tidak tahu entah sejak kapan aku berada disini. Tapi entah kenapa aku merasakan bahwa berada di sini merupakan hal yang wajar.

Aku kembali menatap Ros. Gadis cantik dengan rambut merah ini sedang duduk di hadapanku. Ia mengenakan baju terusan bercorak kotak-kotak berwarna cream dengan garis hitam dan putih seperti merk 'Burberry'. Ros mengeluarkan kotak makanan dari tas kain di sebelah kirinya dan membukanya. Terlihat beberapa potong roti lapis di dalamnya. Ia mengeluarkan sepotong roti tersebut perlahan dan mengarahkannya tepat ke depan mulutku.

"Ka..kamu mau nyuapin aku?" Tanyaku gugup. Otakku tidak dapat berpikir dengan jernih. Sepertinya memang benar kata Heed, setiap kali aku bertemu dengan Ros, aku pasti akan salah tingkah bahkan bertingkah seperti orang idiot.

Ros hanya tersenyum manis sambil mengangguk. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aroma roti lapis sudah tercium olehku. Sepertinya enak. Aku langsung berusaha menggigit roti dari tangannya tersebut.

"Haup.." gigitanku hanya mengenai udara kosong. Sepertinya Ros sedang mengerjaiku. Ia menarik kembali roti tersebut dari hadapanku kemudian jari telunjuknya menahan bibirku.

"..Errr..Ros.. ini maksudnya apa ya?" Tanyaku.

Ros kembali tersenyum. Jari telunjuknya yang semula berada di bibirku kini ditariknya. Ia kemudian menunjuk pipi kanannya.

"Masa kamu mau makan duluan sebelum mencium pipi pacarmu ini?" ujar Ros.

"Hah? Pa..pacar??" tanyaku heran.

Ros mengangguk dan memanyunkan bibirnya sambil menatapku manja layaknya seekor anak anjing meminta untuk dielus kepalanya. Perlahan otakku seolah memasukkan memory bahwa kami memang berpacaran. Jantungku berdegub sangat kencang. Aku akan mencium pipi pacarku yang cantik ini. Seharusnya tidak akan ada yang melarang. Ros itu kan pacarku. Aku langsung bangkit dari dudukku dan mengarahkan bibirku ke arah pipinya secara perlahan. Tiba-tiba Ros memalingkan mukanya menghadapku. Kini di hadapanku bukan lagi pipi Ros melainkan bibirnya. Bibir kami hampir bersentuhan. Aku sudah dapat merasakan nafas Ros dari jarak sedekat ini. Apakah aku malah akan mencium bibirnya Ros? Bukannya ia ingin aku mencium pipinya? Ah, sebaiknya aku tetap melanjutkan usahaku mencium Ros.

Nafas Ros terdengar semakin berat. Jarak antara bibir kami semakin dekat. Aku mulai mencium wangi roti lapis dari nafasnya. Aku melihat Ros memejamkan matanya. Bulu matanya yang lentik kini terlihat jelas di hadapanku. Aku ikut memejamkan mata dan mencium bibir Ros. Bibir kami bersentuhan.

Aku dapat merasakan bibir Ros di bibirku. Agak kasar dan berbau seperti roti lapis. Kok kasar? Bibirnya Ros mulai menggesek-gesek bibirku. Aku dapat merasakan bibirnya sedikit kasar dan berbau seperti... Roti?

--

Aku langsung membuka mataku. Aku melihat Sky,Adikku sedang menyuapiku dengan Roti Lapis. Mataku terbelalak kaget dan aku bangun. Spontan aku ingin memakinya. Tetapi bersamaan dengan terbukanya mulutku, Sky langsung memasukkan roti tersebut utuh ke mulutku. 'UPHH!!'

"iih, Kak Gel apa-apaan sih? Tidur sambil manyun-manyun terus daritadi.." Ujar Sky sambil mengunyah roti lapis dari tangan satunya lagi.

Aku bangkit dari kasurku dan melihat sekeliling mencari Ros. Lho? aku sedang berada di kamarku. Hanya ada Sky dan aku di kamarku ini.

Aku mengunyah roti lapis yang dimasukkan Sky ke mulutku sambil berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Sepertinya aku hanya bermimpi tadi. Lho? Sedang apa Sky di sini? Aku kan sudah tidak tinggal bersamanya lagi. Aku sudah tinggal di ruko sekarang.

"Dasar..ganggu orang lagi tidur aja.."Ujarku sambil berusaha menghabiskan roti lapis yang dimasukkan Sky ke mulutku tadi.

"Biarin..yee.. aku kan mau liat tokonya Kak Gel.. udah untung aku bawain roti lapis.." jawab Sky ngeyel.

"Tetap aja masa main sodor-sodorin aja ke mulut kakak pas kakak lagi tidur?"

"Habisnya lucu sih.." Jawabnya tanpa rasa bersalah.

"Apanya yang lucu?" protesku. "Dasar babi guling.." Babi guling adalah julukanku pada Sky sejak kecil. Dulu saat masih kecil, Sky selalu marah padaku setiap kali aku mengejeknya dengan sebutan babi guling, namun sepertinya sekarang ia malah menyukai julukan tersebut karena ia menganggap babi adalah hewan yang lucu.

Sky tidak menghiraukan ejekanku dan terus menikmati rotinya.

Aku kembali mengingat-ingat kejadian di mimpiku tadi. Hanya mimpi. Tidak mungkin bisa terjadi di dunia nyata. Masa aku berpacaran dengan Ros? Aku tersenyum tipis memikirkan kejadian di mimpi tadi. Sky menatapku dengan tatapan bingung dengan roti masih menempel di mulutnya. Aku langsung melempar bantal ke mukanya.

"Huss..pulang sana.. ngapain disini?" Ujarku.

"Ga mau.. mau nginap ajaa.." Jawab Sky sambil melompat ke kasur.

"Jangan makan diatas kasur! remah rotinya jatuh ke kasur tuh.."

"Ah..Kak Gel bawel ah.." Ujarnya dengan manja.

Aku menghela nafas pasrah. Aku hanya bisa membiarkan adik kecilku yang manis ini bertindak seenak jidatnya.

Aku membuka smartphoneku dan membuka Instagram. Ada 1 pesan diterima. Aku terperanjat kaget melihat isi pesan tersebut. handphoneku sampai terjatuh ke lantai. Aku memungut kembali handphoneku dan melihat kembali isi pesannya tersebut.

Pesan tersebut dikirim dari Instagram milik Ros kepadaku.

dari pesannya tersebut tertulis..

..'Hai,Gel. Apa kabar?'...

..to be continued...

if you like my story please rate,like and comment.. thank you.. :)

avataravatar
Next chapter