17 Bagian 16. Month dan Rani (2)

Bagian 16. Month dan Rani (2)

Kami memesan minuman ringan sembari menunggu kedatangan Rani. Month berkali-kali melihat ke arah jam tangannya.

"Kalian udah lama?" Tanyanya.

"Belum kok.. baru juga sampai.."jawabku. Padahal kami sudah berada di tempat ini selama kurang lebih setengah jam sembari menikmati angin laut dan pemandangan.

"Oh..oke.."Month kembali celingak-celinguk.

"Month..."panggilku.

"Iya?"

"Apa yang lu sukai dari Rani?"

"Gue? Yang gue suka dari Rani?" Tanyanya kembali.

Aku mengangguk.

"..yang gue suka dari Rani itu..semuanya.."jawab Month. "..gue suka senyumnya... gue suka caranya bercanda..gue suka hobinya.. gue suka caranya ngambek.. gue suka caranya bercerita.. semuanya dari Rani gue suka..." Month terlihat berseri-seri menjelaskan tentang Rani.

Sepertinya Month mulai sedikit tenang setelah bercerita soal Rani. Seharusnya dengan dia tenang seperti ini, dia dapat mengungkapkan perasaannya pada Rani dengan baik.

Beberapa saat kemudian, Rani datang dan menghampiri kami. Ia langsung cipika-cipiki (menempelkan pipi kanan dan kirinya) dengan Vele. Tampaknya ia sangat kaget melihat kehadiranku dan Month di kafe ini.

"Vel..ini maksudnya apa ya? Kenapa ada mereka disini?" Tanyanya.

"Nggak kenapa-kenapa kok,Ran.. pengen ketemuan aja ma Angelo dan Month.."jawab Vele santai."..yuk duduk,Ran.."

Month menatap Rani dalam diam dan membisu. Sepertinya ia tidak bisa berkata apa-apa. Ia seolah terhisap kedalam dunianya sendiri. Month terpesona melihat kecantikan Rani. Rambut Rani yang hanya sebahu tersebut dicat secara ombre dengan warna pirang dan hitam. Ia mengenakan blus dengan motif bunga berwarna pink dan celana jeans panjang. Bagi Month, mungkin Rani terlihat bagaikan bidadari yang baru saja turun dari langit.

Rani terdiam sesaat saat melihat Month. Kemudian ia menatap Vele.

"Vel.. kayaknya gue mau pulang aja deh.."ucapnya tiba-tiba.

"Hah? Kenapa,Ran?" Tanya Vel.

"Ga apa-apa,Vel.. gue pulang dulu ya.."ucap Rani sambil melangkah menuju keluar.

"Eh..Ran..Rani.."Vele memanggil.

Month langsung bangkit berdiri dan menahan lengan Rani.

"Rani..."panggilnya.

Rani menghentikan langkahnya. sepertinya ia tidak berani menatap wajah Month. Ia tidak berbalik ke arah Month.

"Aku tidak tahu salahku apa padamu.. tapi yang pasti aku tahu satu hal.."ucap Month,"..aku sudah merasakan perasaan sayang sama kamu,Ran..kalau aku memang ada salah sama kamu.. aku minta maaf.. tapi please jangan jauhi aku..."

Rani berbalik ke arah Month. Ia menunduk tanpa berani menatap wajah Month.

"..maaf,Month.. aku ga bisa.." ucapnya lirih.

"..ga bisa apa,Ran?"

"..Month.. aku punya impian.. aku ga mau menyesal di kemudian hari..aku.."

"..apa impianmu? Apa mungkin aku bisa bantu wujudkan mimpimu?" Tanya Month lagi.

"...aku hanya mau cari pasangan yang serius,Month.."ujar Rani. "Aku sudah bukan di umur main-main lagi.."

"Sejak awal, aku tidak main-main dalam menjalin hubungan denganmu.."ujar Month.

"Tapi.."

"Sekarang tolong jawab aku.. Apakah kamu merasakan apa yang kurasakan? Apakah kamu merasakan Zinx?"

Aku dan Vele saling bertatap-tatapan. "Zinx?" Vele bertanya dengan heran.

"Jangan tanya aku.. aku juga baru dengar soal Zinx dari Month kemarin.."jawabku sambil nyengir. Aku tak menyangka akan mendengar soal Zinx lagi disini.

"Zinx?"tanya Rani. Sepertinya bukan cuman aku dan Vele yang bingung soal Zinx.

"Iya..aku merasakan Zinx padamu,Rani..apakah kamu juga merasakannya?"

Rani terdiam.

Aku yakin Rani terdiam karena ia bingung dengan maksud dari Month. Zinx itu pasti istilah yang dibuat-buat oleh Month.

Kalau dilihat dari situasinya, sepertinya Month dapat mengatasi sendiri masalahnya dengan Rani,pikirku sambil mengambil minuman ringan di meja kemudian meminumnya.

"Iya.. aku merasakan Zinx padamu.."jawab Rani tiba-tiba. "Pffttt!!"Seketika itu juga aku memuncratkan minumanku karena kaget. Aku tidak menyangka ternyata Rani mengerti maksud dari kata Zinx tersebut. Vele langsung menertawai aku.

"Zinx apaan sih?"tanya Vele sambil mengambil minuman di meja dan meminumnya

"Nanti kujelaskan..."aku mengambil tisu dan mengelap mulutku yang basah.

"Aku akan membuktikan keseriusanku padamu..."ucap Month sambil mengambil buket bunga dari kursi dan kemudian berlutut di hadapan Rani. "MENIKAHLAH DENGANKU,RANI!!!" Ucapnya dengan lantang.

Seketika suasana kafe menjadi sedikit canggung. Sebagian besar pengunjung kafe seketika melihat kearah Month.

"Pfffttt!!!" Vele memuncratkan minumannya karena kaget. Aku juga tidak kalah kaget dan syok. Kenapa tiba-tiba ngajakin nikah???

"Ga mau!"jawab Rani datar. Month ditolak begitu saja. Kasihan Month. Apakah dia akan lebih galau lagi setelah ini?

"Aku serius,Ran!" Month masih tidak menyerah.

Rani menatap wajah Month. Ia diam selama beberapa saat. Rani kemudian tersenyum hangat sambil menghela napas. Ia membantu Month berdiri.

"Month.."panggilnya,"..mana mungkin belum pacaran udah langsung ajak nikah..."

Sepertinya Rani sudah luluh dengan sikap Month.

"Kalau gitu..mau ga jadi pacarku?" Kali ini Month menembak Rani. Ia menyodorkan kembali buket bunga di tangannya ke arah Rani.

Rani langsung memeluk Month dengan erat. Buket bunga di tangan Month sampai terjatuh ke lantai. Ia membalas pelukan Rani.

"Aku punya pacar!!!!" Teriaknya.

'Prok..prok..prok..' Terdengar tepukan dan sorakan dari beberapa orang pengunjung kafe. Menurutku kejadian seperti ini cukup memalukan, tapi bukan aku yang mengalami jadi bodo amat. Aku ikut bertepuk tangan mengiringi tepukan tangan dari para pengunjung.

Aku dan Vele berjalan menjauh dari Month dan Rani. Kami sengaja menberikan kesempatan kepada pasangan baru yang sedang saling jatuh cinta itu untuk bersama. Sepertinya masalah pipis di Botol bukan lagi menjadi masalah besar bagi mereka berdua. Kami duduk di meja sebelah dan memesan makan malam kami. Misi kami hari ini cukup sukses.

Kami duduk menghadap ke arah laut. Angin laut di malam hari ini cukup kencang. Dinginnya juga menusuk tulang. Vele yang duduk di sebelahku merapatkan kursinya kearahku. Kemudian ia menempelkan tubuhnya ke lenganku. Sepertinya ia kedinginan. Kardigan putihnya bukan terbuat dari bahan yang tebal. Ditambah lagi ia hanya mengenakan tanktop dibalik kardigannya. Aku melepaskan jaketku dan menyelimuti tubuh kecilnya tersebut. Vele langsung menatapku sambil tersenyum.

"Anyway..Zinx apaan?" Tanya Vele tiba-tiba.

"Kalau dari penjelasan Month sih..kayak sengatan listrik di perut atau kayak Klik seperti habis nyelesaiin puzzle terakhir gitu..ribet pokoknya..aku bingung juga.."jelasku.

"Terus kamu pernah ngerasain Zinx?" Tanyanya lagi.

Aku terdiam sebentar. Aku mencoba memikirkan kembali apakah aku pernah merasakan Zinx pada Beth. Sepertinya aku tidak pernah merasakan perasaan seperti yang dideskripsikan oleh Month.

"Kayaknya sih belum pernah.."jawabku sambil tertawa. Aku membayangkan bagaimana rasa perut disentrum listrik tiba-tiba.

Vele kemudian menyandarkan kepalanya di bahuku. Apakah aku pernah merasakan moment romantis seperti ini dengan Beth? Selama ini apa saja yang sudah kulakukan bersama Beth? Sepertinya aku belum pernah memiliki moment romantis dengan Beth. Hmm..Aku tidak mau memikirkan hal itu dulu. Sekarang lebih baik aku menikmati indahnya pemandangan di depanku sambil menikmati sejuknya angin laut malam.

Aku mengantar Vele pulang. Kami berhenti di depan apartment Vele.

"Syukurlah misi kita hari ini sukses.."ucapku.

"Iya.. aku ga nyangka mereka langsung berpacaran karena kita temuin mereka hari ini..."

"Tadi Month malah langsung ngajakin nikah.."ujarku. Kami berdua tertawa.

"Eh iya,Gel.. kamu punya smartphone?" Ujar Vele.

"Punya,kenapa?"jawabku sambil mengeluarkan Smartphoneku.

"Kamu download Line deh.. BBm sekarang udah mulai sedikit yang make..udah pada berubah haluan kayaknya.."

Vele kemudian membantu menginstall aplikasi chating 'Line' di hpku.

"Done.. aku udah masuk ke dalam list friendmu juga.."ujar Vele sambil menyerahkan kembali hpku.

"Oke dhe..kalau gitu aku balik ya.."ucapku sambil menyalakan motorku.

Vele tersenyum. Ia melambaikan tangannya."hati-hati ya.." ucapnya.

Di rumah,aku merebahkan diriku diatas kasur dan melihat smartphoneku. Ada pesan Line dari Vele. Ia mengirim stiker kiss dan goodnight. Aku berpikir sebentar. Sebaiknya aku tidak membawa smartphoneku besok pada saat bertemu Beth besok. Aku tidak mau kejadian yang sama terjadi pada smartphoneku. Aku takut smartphone yang baru saja kubeli dibanting oleh Beth.

Aku melihat jam di handphoneku. Sudah pukul 22.00. Sebaiknya aku bersiap tidur. Besok aku ada janji dengan Beth untuk mencari lokasi usaha dan bertemu dengan rekan bisnis bokapnya Month.

--

...to be continued...

Please rate and comment if you like my story..

Thank you

avataravatar
Next chapter