15 Bagian 14. Zinx (2)

Bagian 14. Zinx (2)

Ngomong-ngomong soal Beth, aku kembali teringat soal janji memberikan jawaban pada Beth sore ini.

"Month.."panggilku.

"Oi?"

"Kalau gue keluar dari kantor dan buka usaha sendiri, gimana menurut lu?" Tanyaku

"Ya tinggal keluar aja.."jawabnya santai. Month sendiri memang akan mewarisi usaha keluarganya. Ia sebenarnya tidak pernah terlalu ambil pusing soal kerjaan di kantor.

"..Terus kalau gue keluar dari kantor, gue usaha apa dong?"tanyaku lagi.

"Diih...Kok malah nanya gue?"

"Ya kali aja lu ada ide.."

"Lu serius nanya gue?" Tanya Month.

"Hu-uh.."

"Lu udah ada modalnya? Kalau mau usaha kan butuh modal juga. Lu mesti ada tempat usaha, ijin usaha, belum lagi kalau tempatnya mesti direnovasi segala.." Month menjelaskan panjang lebar.

"Benar juga sih..." aku mulai menghitung aset dan tabunganku. Sampai saat ini, jumlah tabunganku di Bank baru mencapai 20 juta Rupiah. Sejak orang tuaku ikut pindah ke Jakarta, aku lumayan bisa menghemat biaya kost. Paling tidak aku sudah bisa sedikit menabung. Asetku hanya satu unit motor sport yang dulu kebeli seharga 30 juta dan baru saja lunas. Apabila motor ini kujual, paling tidak aku bisa mendapatkan tambahan dana sekitar 20 juta lagi. Dengan modal 40 juta, bisa usaha apa ya?pikirku.

"Kalau lu ada modal sih, gue ada koneksi sih.."sambung Month tiba-tiba, "..rekan bisnis Bokap gue kemarin ada nawarin impor pakaian-pakaian branded dari luar negeri sih"

"Impor pakaian?"tanyaku.

"Iya, kalau dihitung sih lumayan, bukan barang yang bisa expired kan?"jelas Month,".. tapi untuk jualnya mesti lu atur sendiri. Sewa tempat untuk buka toko, bayar gaji karyawan, renovasi toko,listrik,air dan lain-lain..ribet sih sebenarnya.."

"Oke,Month..stop..cukup..kepala gue langsung mo pecah mikirin biaya-biayanya.."ujarku sambil tertawa.

Sepertinya untuk buka usaha benar-benar hampir mustahil. Kalau untuk usaha kecil sih dengan modalku sekarang masih bisa, tapi Beth pasti tidak akan setuju. Aku menghela napas panjang. Apa salah ya pilihanku memacari anak konglomerat? Level kami memang berbeda.

--

Aku berhenti di depan teras rumah Beth. Sudah sore, sudah saatnya aku menghadapi Beth. Aku terus memikirkan cara untuk menghadapi Beth. Dengan modalku yang hanya sebesar kurang lebih 40 juta, aku akan membuka usaha. Usaha yang akan kubuka mungkin usaha kecil-kecilan yang tidak membutuhkan banyak biaya. Kalau misalkan Beth tidak setuju dengan jenis usaha dengan modal yang sesuai kantongku ini, yah,mungkin Beth memang bukan jodohku. Mungkin Beth akan memutuskan hubungan kami. Aku cuman bisa pasrah. Paling tidak usaha terakhir yang bisa kulakukan adalah mencoba menanyakan pendapatnya tenang usaha kecil-kecilan dengan modal terbatas ini.

Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kuat. Aku menekan bel rumah Beth. Beth membukakan pintu. Aku pun masuk ke dalam rumah Beth dalam diam. Aku masih berusaha menyusun kata-kata dibenakku. Kami duduk di ruang tamu rumah Beth.

"Jadi gimana? Kamu kan minta waktu sampai hari ini."Beth membuka pembicaraan. "Jadi jawabanmu apa?"

"..Aku mau memilihmu.."jawabku. "..Aku akan mencoba merintis usaha baru.."

"Kalau gitu kamu udah siap untuk resign dari kantormu?"tanyanya lagi.

"..iya..mau ga mau kan? Aku kan tidak mungkin bisa bekerja di kantor sekarang sekaligus membuka usaha sendiri.."

"Jenis usahanya? Kamu mau usaha apa?"

"Mungkin dengan buka frenchise kecil-kecilan kayak ayam goreng gitu..yaah,yang sesuai kemampuan finansialku..gimana menurutmu?"

"Ha? Kayak yang dipinggir-pinggir jalan gitu??" Beth terlihat shock. "Kamu ga malu usaha kayak gitu?" Tanyanya.

"Nggak dong, kan yang penting halal. Lagian modalku juga tipis.. aku belum ada modalnya.. kalau emang sudah ada dananya nanti mungkin aku bisa coba impor-impor gitu sama buka toko.."jelasku. Aku teringat kata-kata Month soal impor barang dari luar negeri.

"Jadi kalau kamu ada dana,kamu bakal buka toko sama impor barang gitu?"

"Iya..makanya sekarang aku mulai dari yang kecil dulu.."

Beth terdiam selama beberapa saat.

"Tunggu bentar.." ia bangkit berdiri dan menuju ke kamarnya.

Aku hanya duduk diam diatas sofa di ruang tamunya. Aku melihat sekeliling. Rumah yang sebesar ini hanya ditinggali berdua oleh Beth dan adik perempuannya. Kedua orang tuanya memang jarang sekali ada di rumah.

Aku menyandarkan badanku disofa dan menghela napas panjang. Apakah keputusanku tepat ya? Aku resign dari kantor dan memulai merintis usaha demi Beth dengan modal seadanya. Usaha franchise ayam goreng itu hanyalah ide yang terlintas tiba-tiba. Aku bahkan belum terpikir sama sekali jenis usaha apa yang bisa aku kerjakan. Mungkin ide dari Month menarik, tetapi modal yang dibutuhkan juga besar. Aku tidak ada modal sebanyak itu. Apakah keputusanku untuk memilih Beth adalah keputusan yang tepat? Aku kembali menghela napas panjang.

Beth keluar dari kamarnya dan menghampiriku.

"Beb..kamu yakin kalau ada dananya kamu bisa impor dan buka toko?" Tanya Beth lagi.

"I..iya..kenapa emangnya?"tanyaku. Reaksi Beth di luar ekspektasiku. Aku membayangkan kemungkinan kami akan ribut besar karena Beth tidak setuju dengan keputusan membuka usaha kecil-kecilan atau kemungkinan lain adalah Beth setuju tanpa protes.

"aku habis telponan sama papi.."ujar Beth,"Papi sudah setuju buat pinjamin kamu modal. Papi akan transfer kamu 500 juta besok.."

Aku benar-benar kaget luar biasa. Aku tidak bisa berkata-kata. Aku sama sekali tidak menduga kalau Beth akan menelpon orang tuanya dan meminjam dana dari orang tuanya.

"Jadi habis ini kamu harus resign dari kantormu terus udah boleh mulai usaha ya.."Beth memelukku. "Kalau gini waktu kamu sama aku bakal lebih banyak."

Aku hanya menangguk perlahan. Aku tidak tahu harus senang atau sedih. Dengan uang sebanyak itu, itu benar-benar lebih dari cukup untuk memulai suatu usaha. Aku kembali berpikir, apakah ini sebuah kesalahan untuk memacari anak seorang konglomerat? Aku dipinjamkan dana 500 juta begitu saja.

Aku pulang ke rumahku pukul 9 malam. Besok pagi qaku harus bekerja. Mungkin aku sudah boleh mengajukan surat pengunduran diriku besok,pikirku. Aku membuka pesan BBMku. Vele menghubungiku.

'Sudah tidur?' Begitu isi pesannya.

'Belum,Vel..ada apa?'balasku

'Besok di kafe dekat pantai mutiara yuk. Disana tempatnya enak dan romantis. Cocok juga memperbaiki mud mereka berdua kan?'

'Boleh..jam berapa,Vel?'

'Pas pulang kerja aja,Gel.. kita ketemuan dulu baru panggil mereka datang..gimana?'

'Oke deh..kalau gitu sampai ketemu besok..'

'C u,Gel!'

'C u..'

Aku melemparkan handphone blackberryku ke samping kasur dan mengambil smartphoneku. Aku membuka instagram. Ros telah menerima permintaan temanku di Instagram. Ia hanya mengunggah 1 foto saja di instagram. Foto dirinya yang sedang berdiri di pantai mengenakan topi jerami. Rambut merahnya terlihat berterbangan diterpa angin laut. Ros benar-benar gadis yang sama dengan gadis dalam mimpiku. Aku hanya memperhatikan foto Ros dalam diam tanpa menekan tombol like ataupun comment.

Apakah aku salah berpacaran dengan Beth? Dana 500 juta yang akan dipinjamkan oleh orang tuanya Beth,apakah salah bila aku menggunakannya untuk usaha?

Seandainya aku berpacaran dengan Vele..atau mungkin sama Ros..apa yang terjadi selanjutnya ya? Apakah semuanya akan berbeda?

Pikiranku semakin penuh. Aku tidak dapat menahan kantukku. Aku tertidur lelap dengan handphone masih menyala di tanganku. Ditanganku masih terlihat foto Ros berdiri di pantai sambil tersenyum manis.

-----

..to be continued..

Thank you for reading..please leave a comment and rate if you like my story..

avataravatar
Next chapter