1 Pertemuan

"Vero, kau harus datang ke pestaku nanti malam, jangan banyak alasan, aku tak mau mendengarnya."

Heidy meminta sahabatnya itu untuk datang ke pesta ulang tahunnya, kali ini Heidy tak ingin mendengar alasan apapun dari Vero.

Wanita itu sering kali berbohong, untuk tak datang, dia lebih memilih untuk bekerja, daripada menghabiskan waktu dengan berpesta, bukan karena ia tak menyukai pesta namun wanita itu memang seorang workaholic.

Ia begitu menggilai pekerjaannya bahkan

ia bisa begadang dan tak tidur demi menjalankan misinya.

"Baiklah kali ini aku akan datang, tapi aku hanya sebentar ya, karena kau tau bukan baru-baru ini aku mendapat misi untuk membunuh lagi," ia berucap sambil menyeringai.

"Baiklah yang penting kau datang, aku ingin mengenalkan seseorang padamu."

Vero langsung memicingkan matanya mendengar pernyataan dari sahabatnya itu ia masih Tak habis pikir kenapa sahabatnya itu habis kali mengenalkan banyak pria untuknya.

"Jangan menolaknya, sudah waktunya kau menikah, apa kau tahu om Jack selalu meneleponku meminta padaku untuk mencarikan jodoh untukmu." Seolah Heidy tau akan tatapan dari Vero sahabatnya.

Veronika Alexander, gadis berusia 25tahun yang biasa di sapa Vero itu memang tak pernah berdekatan dengan laki-laki manapun, hingga ayahnya Jack Alexander begitu cemas dan khawatir.

Wanita dengan kulit putih, tinggi semampai, rambut panjang bergelombang berwarna coklay, dengan bulu mata lentik dan bola matanya berwarna coklat, sungguh wanita sempurna idaman semua laki-laki.

Namun sayangnya karena kegilaannya pada pekerjaan yang ia geluti saat ini, ia adalah pembunuh bayaran, ia mampu melumpuhkan lawannya dengan sekali bidikan dengan jarak jauh, tembakannya tak pernah meleset.

Memiliki kantor sendiri, tak ada yang tau jika ia seorang pembunuh bayaran, karena ia memakai nama samaran, hanya sahabatnya Heidy yang mengetahui tentang Fakta tersebut.

Sore ini ia segera menutup laptop dan pergi dari markasnya, ia harus segera bersiap untuk menghadiri pesta sahabatnya itu.

Vero mengemudikan mobilnya kearah sebuah butik, masuk dengan santai sambil melihat-lihat gaun yang pas untuknya.

Pilihannya jatuh pada gaun Sabrina dengan panjang selutut berwarna hitam, gaun itu yang mengekspos bagian bahunya.

Vero lalu memilih sepatu yang cocok untuk gaunnya tak lupa pula tas untuk mempercantik penampilannya.

Vero menggulung rambutnya ke atas, menampilkan leher jenjang bagian belakang yang di tumbuhi bulu-bulu halus, kulitnya yang putih mulus semakin terlihat cerah.

Ia hanya mengaplikasikan make up tipis di wajahnya, kecantikan wanita itu semakin terpancar dan terlihat begitu natural.

Vero mengemudikan mobilnya membelah jalanan ibu kota, hanya butuh waktu tiga puluh menit dia sudah sampai pada tempat dimana sahabatnya itu menggelar pesta.

Setelah memarkirkan mobilnya Vero berjalan masuk kedalam ruangan itu, semua orang sudah berada disana dan menikmati pestanya.

Vero melihat kesana kemari mencari sahabatnya itu, Vero melangkah ke arah kolam renang ia masih saja tak menemukan Heidy di kerumunan banyak orang.

"Vero!" Seru Heidy sambil melambaikan tangannya, memberitahu keberadaannya, ia sedang sedang berada di seberang dari tempat Vero berada.

Vero segera menghampiri sahabatnya itu, mengucapkan selamat padanya, mencium pipi kanan dan kiri seperti kebiasaan para wanita jika bertemu sesamanya.

"Kenapa kau baru tiba, aku sudah lama sekali menunggumu," ujar Heidy.

Heidy lalu menarik tangan Vero lalu mengenalkannya pada seorang pria yang tadi sedang mengobol dengannya.

"Alex, perkenalkan ini sahabatku, yang sering ku ceritakan padamu," ucap Heidy memegang tangan Alex.

Pria itu lalu membalikkan badannya melihat ke arah Vero, pandangan mereka bertemu, Alex tanpa sadar mengulurkan tangannya.

Heidy tersenyum melihat tingkah Alex, wanita itu lantas menyenggol lengan Vero memberi kode padanya.

Vero reflek mengulurkan tangannya saat Heidy menyenggol lengannya terlebih ia melihat pria di depannya itu mengulurkan tangannya.

"Veronika."

"Alexander."

Alex tak mampu mengedipkan matanya, ia begitu terpukau dengan Vero, pria itu masih saja menjabat tangan Vero, sambil tersenyum ke arahnya.

Kerena Alex tak kunjung melepaskan tangannya Vero memberi kode pada Heidy melalui matanya memberitahu wanita itu ke arah tangan Alex.

Heidy tersenyum melihat itu, ia segera menyadarkan Alex, untuk melepaskan tangannya, Heidy lalu meninggalkan mereka berdua memberi peluang pada mereka untuk menjalin kedekatan.

Tinggallah Vero dan Alex. Kini mereka mengobrol saling mengenal satu sama lain bertukar informasi tentang diri mereka.

Sambil berjalan menyusuri kolam renang mereka mulai mengakrabkan diri Alex mengambilkan minuman untuk Vero.

Vero yang memang seorang yang supel dan humoris, dengan cepat ia bisa menyesuaikan diri dan cepat akrab dengan orang baru.

Acara pun di mulai, Heidy memanggil sahabatnya itu untuk berdiri di sampingnya, menemaninya saat memotong kue.

Acara pun berlangsung dengan meriah, tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari.

Vero lantas berpamitan pada Heidy dn Alex ia harus pulang karena, karena esok hari ia harus rapat.

Heidy menyikut lengan Alex memberi kode pada pria itu untuk mengantarkan Vero pulang kerumahnya.

Alex pun mengantarkan Vero ia hanya mengantarkan wanita itu sampai parkiran, karena Vero menggunakan mobil sendiri.

"Aku akan mengantarmu, bahaya jika wanita pulang larut seperti ini, takut nanti terjadi sesuatu di jalan, aku akan membuntutimu dari belakang."

"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri, aku terbiasa setiap harinya pulang larut malam seperti ini," tolak Vero.

Alex tetap kekeh meskipun Vero sudah menolaknya, tanpa ia antar pun tak ada yang bisa berbuat macam macam pada wanita itu. Vero bisa menjaga dirinya sendiri.

Karena Alex keras kepala, Vero akhirnya mengiyakan saja Alex mengikutinya dari belakang, ia benar-benar memastikan Vero pulang dengan selamat sesuai dengan permintaan Heidy sepupunya.

Mereka tiba di apartemen Vero, gedung yang menjulang tinggi yang begitu terkenal di daerah Jakarta itu.

Vero keluar dari mobilnya, lalu menghampiri mobil Alex, pria itu keluar dari dalam mobil saat melihat Vero berjalan ke arahnya.

"Terima kasih sudah mengantarku pulang, tapi maaf aku tidak bisa menawarkan padamu untuk masuk, besok pagi-pagi sekali aku harus sudah berada di kantor," ucap Vero pada Alex.

Alex tersenyum kearah wanita itu, "Iya tidak apa-apa, aku bisa mampir lain waktu."

Vero sedikit terkejut mendengarnya, namu ia tak mempermasalahkan itu.

"Hemmm, bolehkah aku meminta nomor ponselmu? aku harap ini bukan pertemuan pertama dan terakhir kita." Alex tersenyum ke arah Vero setelah mengatakannya.

Lex menyerahkan ponsel miliknya, Vero mengambilnya dari tangan Alex lalu mengetikkan nomornya disana.

Kemudia menyerahkannya kembali pada Alex sambil tersenyum ia pergi meninggalkan Alex yang sedang melihat ke arah ponselnya.

"Aku akan meneleponmu nanti!" Seru Alex saat melihat Vero mulai menjauh dan perlahan ia menghilang mulai masuk kedalam gedung itu. Vero hanya tersenyum menanggapi ucapannya.

avataravatar