7 Terungkap (2)

"wanita itu ada di apartemen nya setelah dinyatakan hilang, itu artinya dia di sekap di kamarnya sendiri? lalu dia tidak mengajar siswi SMA itu karena sedang di sekap, setelah itu siswi SMA itu khawatir dan melaporkan bahwa gurunya menghilang, itu semua terasa masuk akal, namun mengapa siswi itu tidak mencarinya di apartemen ini?" Jia mengurutkan kemungkinan kemungkinan yang ada. "benar, aku juga berpendapat sama denganmu, apa mungkin gadis SMA itu tidak tahu dimana apartemennya?" Tezza mencari kemungkinan yang ada lagi. "mana mungkin, mereka dekat satu sama lain, dan sudah kenal cukup lama pastinya gadis itu tahu tempat tiggal gurunya kan?" Jia membantah kemungkinan yang Tezza berikan. "tidak ada yang tahu" Tezza menjawab sambil mengangkat bahu.

Setelah Jia dan Tezza mendapatkan informasi dari tetangga korban mereka langsung menuju ruang operator CCTV di apartemen itu, beruntungnya walaupun apartemen ini kecil tetapi masih ada kamera CCTV yang masih berfungsi dengan baik, dan semoga saja orang itu tidak menyadari ada kamera pengawas di setiap lorong apartemen ini.

Di Ruang Operator

Penjaga ruangan ini sudah mengizinkan Jia dan Tezza untuk masuk memeriksa rekaman, "coba aku ingin lihat kamera di lorong lantai 2" Tezza meminta penjaga itu untuk menunjukkan rekaman lorong lantai 2 dan penjaga itu menurutinya. "lihat rekaman tanggal 8 oktober sampai 12 desember" Jia meminta penjaga untuk mengganti rekaman.

Dalam rekaman tersebut terlihat jelas siapa saja yang memasuki kamar wanita itu, karena posisi kamera pas sekali menyorot kamar itu.

Dalam rekaman itu terlihat seorang pria yang keluar masuk kedalam kamar wanita itu, dan Jia mengenal pria itu. Itu adalah pria yang baru saja dia temui, ya tuhan ia sungguh tidak menyangka.

"sudah ku duga dia terlihat sangat yakin" Jia tiba tiba memberi komentar saat melihat rekaman itu, Tezza yang tidak mengerti sontak memandang Jia, "apa maksudmu?" Tezza bertanya kepada Jia dengan raut wajah yang kebingungan, karena ia tidak mengerti sama sekali yang Jia bicarakan.

"pria itu. Dia adalah ayah dari siswi SMA itu" Jia berkata dengan datar, pria itu sungguh keji.

"jadi, maksudmu selama ini yang menculik dan menyekap wanita itu adalah ayah dari muridnya?" Tezza meminta kejelasan kepada Jia, Jia hanya mengangguk "luar biasa" Tezza bergumam "tetapi kenapa dia melakukan ini?" Tezza bertanya kepada Jia "mana kutahu, kau ini bagaimana sih" Jawab Jia keheranan.

Pada tanggal 12 Desember pada dini hari terlihat dalam rekaman itu ayah korban kedua itu membawa wanita itu dengan cara seperti sepasang kekasih, lalu dalam rekaman luar apartemen mereka terlihat pergi ke jalan utama setelah itu hilang.

"pak, aku minta rekaman video ini" Jia meminta kepada penjaga ruangan ini untuk mengirimkan rekaman CCTV ini ke ponselnya.

Setelah mendapatkan rekaman itu Tezza dan Jia tidak langsung pergi mengunjungi rumah korban kedua lagi, tetapi sesuai rencana Tezza mengajak Jia pergi ke rumah tersangka dalam kasus Adam Mord, sebenarnya Tezza tidak ingin membawa Jia, karena ia takut jika Jia ikut dengannya tidak tahu apa yang akan terjadi di dalam rumah itu, namun ia juga takut, kalau Jia akan menyusulnya sendiri itu malah akan lebih berbahaya, jadi ia memutuskan untuk pergi bersama. Mereka mengendarai satu mobil, mobil Jia ditinggal di parkiran apartemen itu.

Didalam mobil Jia menghubungi Jun untuk memeriksa identitas pria tadi, sejujurnya ia sangat tertarik untuk memecahkan kasus ini, karena kasus ini sangat rumit dan menurutnya ini menarik, ia tidak tahu apakah dua kasus ini saling terhubung atau tidak.

"Kak, kita lupa dengan istri dan anak pria itu" Jia berbicara pada Tezza saat mereka menuju ke rumah pria itu, istri dan anak pria itu! mereka juga penting karena ia harus bertanya dengan istrinya, siapa tahu istrinya itu mengetahui sesuatu.

"benar. Kita hampir melupakan sesuatu yang penting" Tezza juga lupa dengan hal itu, karena ia hanya fokus pada rumah pria itu, dan hampir melupakan hal penting juga.

Karena mereka memiliki suatu hal yang penting lagi, jadi mereka memutuskan untuk pergi menemui istri dan anak dari pria itu setelah memeriksa rumah pria itu.

Akhirnya mereka sampai dengan selamat di rumah pria itu, perjalanan ini memakan waktu 2 jam di perjalanan, karena lokasi ini sangat jauh dari perkotaan. "sepertinya rumah ini kosong" Tezza turun duluan dari mobil, dan melihat keadaan rumah tersebut, kondisi rumah ini seperti rumah hantu, sangat dingin.

"bagus dong, jadi kita bisa menelusuri dengan leluasa, walau tidak sopan, tapi mau bagaimana lagi" ujar Jia sembari memasuki halaman rumah itu, dan disusul oleh Tezza. Saat mereka memasuki halaman, mereka langsung mengetahui bahwa rumah ini telah lama kosong, walaupun waktu itu ibu ibu yang tidak ramah itu bilang bahwa pemilik rumah ini sempat datang ke desa ini, tetapi sepertinya dia tidak menghampiri rumahnya.

Rumah ini, rumah yang sederhana, hanya berlantai satu, namun rumah ini memiliki halaman yang sangat luas, halaman itu bisa dijadikan taman untuk satu kecamatan. Mereka tidak bisa memasuki rumah itu lewat pintu utama, karena pintu utama itu terkunci, jadi mereka mengitari rumah untuk mencari jalan masuk kedalam rumah itu.

Mereka sudah berkeliling sekitar rumah namun, ternyata tidak ada pintu lain selain pintu utama dan juga semua jendela disini memakai teralis.

Di halaman belakang rumah ini mereka menemukan sebuah gudang kecil, pintunya tergembok, jika dilihat lebih jelas gembok itu, gembok baru, tidak berkarat, tidak seperti gembok yang ditinggal lama. Sepertinya pemilik rumah ini datang kesini hanya memasuki gudang ini namun tidak memasuki rumahnya.

Mereka bisa saja merusak gembok ini, namun itu tidak mungkin, jika mereka merusak gembok ini dan masuk kedalamnya, mereka akan mendapat hukuman dari kepolisian karena merusak rumah orang, mereka tidak mau itu terjadi lagi pula mereka juga masih harus menemui istri dan anaknya itu, mereka tidak mau membuang waktu disini, lebih baik mereka menemui istri dan anaknya itu dan siapa tau mereka bisa meminta bantuan dari istrinya.

***

Di Rumah Sakit

"pak tua!!! amatir kabur!!!" Fangyeng teriak dengan lancang kepada pak chen karena ia mendapati kasur Irvan telah kosong, kemungkinan yang besar ia lompat lewat jendela, namun ini lantai 3 jadi ia langsung menyusul keluar, karena menurutnya pasti irvan belum jauh dari sini, lagi pula kondisinya juga belum sepenuhnya membaik.

Setibanya di tempat parkir Fengying melihat Irvan sedang berganti pakaian dan bersiap siap untuk pergi, namun Fengying segera menangkapnya dan menahan Irvan. "Hey, kau ini sungguh merepotkan, sial! kamu benar benar amatir, sudah tahu masih lemas malah nekad ingin kabur, payah" Fengying mengumpat dengan kesal kepada Irvan.

"hosh hosh hosh, hei! kalian! kalian sungguh tega! aku ini tidak semuda kalian tahu! hosh hosh" Pak chen berhasil menyusul mereka namun ia sungguh kehabisan nafas, karena tubuh pak chen sangat tidak mendukung. "ah sialan perut buncitku ini tidak mau berkompromi denganku" pak chen bergumam pada diri sendiri dengan kesal.

"kenapa kamu kabur? apa kamu merasa bersalah?" Fengying bertanya dengan sinis kepada Irvan, "t-tidak aku tidak kabur, aku hanya jalan jalan" jawab Irvan sambil berusaha melepaskan diri, Fengying yang merasakan pergerakan Irvan segera mengunci tangan Irvan dengan borgol.

"sepertinya kamu sudah membaik, jadi kamu kami tahan" kini Fengying sudah tidak tahan lagi dengan Irvan jadi ia membawa Irvan kedalam mobil polisi bersama pak chen. Mereka menuju kantor polisi untuk menginterogasi Irvan di ruang interogasi.

Di Ruang Interogasi

Dalam ruangan ini hanya ada detektif Han (Fengying) dan Irvan, Fengying ini memang terlihat seperti orang yang suka bercanda, karena wajahnya yang tampan selalu tersenyum ceria, namun saat menjalankan tugasnya ia akan terlihat sangat mengerikan, selama ini juga dia selalu berhasil menaklukkan para penjahat agar tidak berbohong tanpa kekerasan.

Seperti saat ini, wajah Fengying sungguh mengerikan Irvan yang ada di hadapannya terlihat ciut. "sebenarnya apa yang terjadi?" Fengying bertanya kepada Irvan, nadanya tidaklah galak tidak terlihat marah, ia menanyakannya dengan tersenyum manis, namun itu yang membuatnya terlihat mengerikan, ia terlihat seperti hantu.

"....a-apa maksudmu?" jawab Irvan dengan gugup, jujur ia sangat takut melihat detektif Han yang seperti ini. "sungguh.... aku lelah tolong jujurlah padaku....sebenarnya apa yang terjadi?" astaga detektif Han sungguh luar biasa, ini sedikit menjijikan, Irvan ingin muntah rasanya.

Irvan ingin segera keluar dari tempat terkutuk ini, namun ia tidak mau jujur. Fengying terus menerus menanyakan hal hal yang akan embuat Irvan jujur, ia juga menunjukkan bukti bukti yang ia punya kepada Irvan untuk Irvan jelaskan apa yang dia lakukan, siapa yang dia hubungi, siapa yang dia temui, semuanya, Fengying tiada lelah mengulik Irvan.

Dan akhirnya Irvan menyerah dan berkata___

avataravatar
Next chapter