6 Terungkap (1)

Jia pergi kerumah keluarga korban kedua terlebih dahulu, karena lokasinya lebih dekat di bandingkan dengan lokasi tempat tinggal korban pertama, selain itu korban pertama juga tidak tinggal dengan keluarganya karena ia adalah anak rantauan dan sudah dewasa jadi ia tinggal di sebuah apartemen kecil.

Saat Jia sampai disana keluarga korban sedang berduka, jadi ia tidak langsung masuk dan menemui keluarganya, disini ramai, jadi ia menunggu hingga sepi.

3 jam kemudian

Kini suasana disini sudah sepi, hanya tersisa keluarga kecilnya saja, Jia tahu keluarga korban akan sedih jika ia membahas tentang putrinya, namun jika ia tidak bertanya pada keluarga korban, maka ia tidak akan bisa menyelesaikan kasus ini dengan cepat, ia ingin segera menyelesaikan kasus ini agar tidak ada korban lagi.

Maka dari itu kini ia sedang berada di dalam rumah keluarga korban kedua, beruntungnya keluarga ini bijak, setelah mereka mengetahui tujuan Jia keluarga ini tidak mengusirnya, melainkan menyambut Jia dengan senang.

"aku akan bekerja sama denganmu, karena aku tidak akan membiarkan pembunuh itu lolos begitu saja setelah membunuh putri ku" Kepala keluarga korban bicara seperti itu, tampaknya ia sangat menyayangi putrinya, ia juga begitu kehilangan putrinya.

Keluarga pertama memberitahu Jia bahwa putrinya itu terlihat terakhir kali saat ia pergi sekolah, setelah itu ia sempat hilang beberapa jam keesokan harinya sudah dikabarkan bahwa putrinya itu meninggal.

Jia menunjukkan foto seorang siswi SMA dengan seorang wanita yang memakai baju perawat, ia menanyakan apakah keluarga korban mengenal wanita dalam gambar tersebut, lalu ibu keluarga itu menjawab "iya, kami mengenal wanita ini, dia adalah guru les putri kami" ibu itu menjawab seperti ini, artinya kedua korban ini memiliki hubungan, tetapi Jia belum tahu pasti apa yang menyebabkan si pembunuh membunuh mereka berdua, yang sepertinya tidak ada hubungan apapun di antara mereka.

Jadi Jia juga mengeluarkan foto hasil screenshot-an kepada mereka yang berisi tentang komentar komentar antara putri mereka dengan guru lesnya. "ini terjadi saat perawat ini dinyatakan hilang, apa kalian tahu ada masalah apa antara mereka berdua?" Jia bertanya kepada kedua orang tua korban kedua.

"setahu ku terakhir kali wanita ini mengajari putri ku les, mereka baik baik saja" ayah korban itu memberitahu Jia kondisi mereka berdua sebelum pembunuhan ini terjadi. "kapan tepatnya dia terakhir mengajar putri anda?" Jia memberi pertanyaan yang bisa saja menjadi titik jelas. "kalau aku tidak salah ingat, pada tanggal 2 agustus 2018 dia terakhir mengajar putri ku, itu akhir pekan, karena dia seorang perawat, ia sibuk, ia bekerja denganku karena penghasilan yang ia dapatkan kurang, jadi aku menjadikannya guru les untuk putri ku, dia mengajar setiap akhir pekan karena saat itu ia bisa mendapat cuti, tetapi itu tidak selalu tepat. Dan lagi, setahu ku mereka itu menjadi akrab seperti di foto ini, putri ku senang dengan dia, jadi tidak memungkinkan jika mereka bertengkar, lalu wanita ini dan putri ku saling beradu komentar disaat ia menghilang, apakah memungkinkan dia bisa mengirim pesan saat ia sedang menghilang, jikalau pun itu memungkinkan, pasti dia akan mengirimkan pesan permintaan tolong bukan kata kata kasar seperti ini kan?, aku yakin yang mengirim komentar komentar ini bukan wanita itu, oh aku ingat! pada tanggal 22 November 2018, itu adalah hari ulang tahun putri ku tetapi ia tidak terlihat senang, ku kira dia tidak menyukai pesta ini, setelah aku melihat ini sekarang aku jadi tahu sepertinya putri ku sedih menerima komentar ini" Kepala keluarga ini adalah seorang pengusaha jadi dia memiliki cara pandang yang jauh, Jia mendengarkan semua perkataannya, dia memiliki pemikiran yang sama dengan pikiran Jia.

"iya, bapak sepemikiran dengan saya, kalau begitu tugas saya berakhir disini dulu, dan pak, jika saya membutuhkan bapak saya akan menghubungi bapak" Jia mengakhiri perbinncangan ini, karena menurutnya ia sudah tahu apa yang salah disini, awalnya saat ia melihat kepala keluarga ini ia merasa langsung curiga kepada ayah dari korban, namun saat berbincang tadi dia merasa kalau ayah korban ini benar benar merasa kehilangan walaupun ia tidak mengeluarkan air matanya, dan juga ia sangat jelas saat menjelaskan, seharusnya Jia curiga pada ayah korban karena ia mengetahui seluk beluk wanita ini, namun Jia berpikiran karena wanita itu bekerja dengannya jadi wanita itu harus menceritakan kenapa ia mau bekerja disaat ia sudah menjadi perawat. Menurut Jia itu masuk akal, ia malah curiga pada ibu korban, karena sedari tadi dalam perbincangan, ia sedikit mengeluarkan suara, dan terlalu takut untuk berbicara, jadi dia hanya diam, itu membuat Jia mencurigai ibu korban, pasti ada sesuatu yang ia ketahui tetapi tidak mau ia beritahu padanya.

***

Ditempat lain

Kantor Pusat

Ruangan pak Kepala

"pak, aku butuh surat perintah untuk memeriksa rumah tersangka" Tezza meminta izin kepada pak kepala, ia berharap pak kepala memberinya izin.

"tersangka? memangnya kamu yakin, bahwa dia sudah menjadi tersangka?" pak kepala ini orangnya keras kepala, ia juga tidak menyukai Tezza karena Tezza lebih unggul dibandingnya, menurut Tezza itu sangat aneh, kenapa seorang kepala kepolisisan iri dengan dia yang notabennya adalah bawahannya. Untuk apa dia iri pada Tezza, jika ia iri dengan dia karena dia lebih unggul, untuk apa? karena pangkatnya lebih tinggi darinya. Jadi sebenarnya Tezza ini tidak dapat memahami pemikiran pak kepala.

"bukankah sudah jelas?" Tezza balas menjawab dengan pertanyaan lagi

"kamu hanya melihat kamera CCTV kenapa kamu berspekulasi bahwa dia adalah tersangka?" lagi lagi pak kepala membalas dengan pertanyaan yang menurut Tezza ini hanya membuang buang waktu.

"jadi, kamu tidak mau mengeluarkan surat perintah untuk ku?" Tezza sudah geram dengan kelakuan atasannya ini.

"ya" oh tuhan! Tezza sungguh kesal, ia berusaha membujuk dari tadi ternyata hasilnya nihil. Sungguh kepala yang tidak tahu diri!. Tezza sudah habis kesabaran, setelah pak kepala menjawab Tezza langsung berpamitan dan keluar dari ruangan terkutuk itu.

Karena pak kepala tidak mau memberinya surat perintah maka ia akan melakukannya dengan caranya.

Karena Tezza sudah berjanji untuk menyusul Jia, jadi kini Tezza menyusul Jia setelah itu ia akan mengajak Jia untuk memeriksa rumah tersangka, kini sang tersangka masih diawasi oleh Jun, karena kemarin Jia dan Tezza sudah mengetahui identitas tersangka, jadi mudah untuk Jun untuk melacak nya.

Tezza menuju lokasi apartemen korban pertama, tadi ia sudah menghubungi Jia, kata Jia dia sedang menuju ke apartemen perawat itu. Jadi Tezza langsung menyusul.

***

Jia sedang dalam perjalanan ke apartemen perawat itu, sebelumnya ia sudah mengunjungi tempat kerja sang perawat, tadi sepulang nya ia dari rumah kedua korban, ia mengunjungi rumah sakit Takada, tempat wanita itu bekerja, Jia tidak mendapat informasi apapun dari rekan kerja wanita itu, karena ternyata wanita itu tidak memiliki teman dekat di tempat kerjanya. Jadi tidak ada yang tahu kehidupan pribadi wanita itu, karena tidak mendapatkan informasi apapun, Jia langsung menuju ke apartemen yang wanita itu tempati semasa hidupnya, sebelum Jia berangkat tadi Tezza menghubungi nya jadi kemungkinan nanti mereka akan tiba berbarengan

Dan benar saja, Jia dan Tezza tiba bersama.

Setelah mereka memparkir mobil masing masing, Tezza menghampiri Jia. "apa yang kamu dapatkan?" Tezza bertanya tentang interogasi di kediaman korban kedua.

"aku mendapatkan banyak hal" Jia membalas Tezza dengan senyum misterius. "begitukah?" Tezza membalas senyuman misterius Jia, lalu keduanya saling tertawa. Setelah mereka bercanda mereka langsung menuju kamar apartemen wanita itu, apartemen ini bukanlah apartemen yang besar, ini apartemen kecil, jadi disini hanya ada tiga lantai dan kamar wanita itu ada di lantai dua, jadi dia dan Tezza harus naik tangga terlebih dahulu, disini tidak ada lift.

Sesampainya mereka di depan pintu kamar wanita itu, mereka tidak dapat masuk, karena mereka tidak mempunyai surat perintah, jadi Jia memutuskan untuk berbicara dengan tetangganya saja.

ting tong

"permisi kami dari kepolisian" Jia memencet bel sambil berbicara, karena tidak ada kamera di depan pintu, jadi Jia tidak dapat memperlihatkan wajahnya.

ceklek

pintu terbuka dari dalam

"ada perlu apa ya?" yang bertanya seorang gadis muda, sepertinya dia seorang mahasiswi. "aku ingin bertanya, apa kamu mendapati keanehan di unit sebelah?" Jia tidak bertanya 'apakah kamu tahu apa yang terjadi dengan wanita yang tinggal di unit sebelah' ia tidak bertanya begitu karena dia tahu orang orang yang tinggal di apartemen tidak semuanya dekat, dia juga tinggal di apartemen jadi dia tahu bahwa tidak semua orang dekat, orang yang tinggal di apartemen terkadang tidak saling peduli.

"keanehan?" gadis muda ini bertanya kepada Jia, sepertinya dia kebingungan. "iya, seperti suara atau orang yang mencurigakan? apa kamu pernah dengar atau lihat?" Jia bertanya kepada gadis muda itu lagi dengan sabar.

"aku tidak melihat orang aneh di sekitar sini, karena aku sibuk kuliah dan kerja paruh waktu jadi aku jarang ada di apartemen" gadis itu memberitahu keberadaannya, sejujurnya keberadaan dia tidak penting, tetapi tidak apa aku akan mendengarkan. "namun, waktu itu disaat aku terbangun di tengah malam, aku mendengar suara berisik dari unit sebelah, suara itu terdengar seperti teriakan kesakitan dan tangisan yang sangat keras, namun karena aku baru bangun tidaur, aku hanya berpikir aku sedang halusinasi, tetapi keesokan harinya penghuni unit sebelah ditemukan tewas. Aku sungguh takut" gadis itu menjelaskan apa yang dia dengar di kamar korban sebelum korban di temukan tewas. "kamu benar benar mendengarnya dari unit ini?" Tezza bertanya pada gadis muda itu sambil menunjuk kearah kamar yang di tempati oleh korban. "iya. Aku benar benar mendengar suara itu dari unit itu" "sehari sebelum korban ditemukan tewas?" Tezza bertanya lagi. "benar, sehari sebelum ditemukan tewas" gadis muda itu mempertegas jawabannya, Saat Tezza menanyakan hal hal itu Jia menyadari suatu hal, jadi dia dan Tezza saling bertukar pandang. Gadis muda itu tidak menyadari apa yang sedang terjadi.

avataravatar
Next chapter