10 Pria Baik

pukul 7 pagi hari

"hoamm....pagi yang cerah", setelah sepanjang hari ia terjaga, akhirnya ia bisa tidur dengan puas, pagi ini cerah sekali, banyak burung berkicau. Jia pergi kedapur untuk sarapan, tapi ternyata di dapurnya kosong, tidak ada apapun, bahkan ia kehabisan susu dan sereal.

Jia tinggal sendiri dalam apartemennya ini, apartemen yang Jia tempati bukanlah apartemen murah, biasanya orang yang tinggal disini adalah para selebrti, Jia tinggal disini karena apartemen ini dibelikan neneknya untuknya, Jia adalah anak dari keluarga kaya ternama di negeri ini, namun karena ayahnya menginginkan penerus, jadi ayahnya tidak menginginkannya,ayahnya menaruhnya di rumah nenek dan kakeknya saat ia baru lahir, jadi sampai saat ini Jia tidak tahu siapa orang tuanya, nenek dan kakeknya juga tidak memberi tahunya. Beruntungnya Jia memiliki nenek dan kakek yang baik, jadi Jia dibesarkan oleh nenek dan kakeknya, 3 tahun yang lalu kakeknya meninggal dunia, saat itu Jia sangat sedih dengan kepergian sang kakek, disaat itu pula Jia pertama kalinya bertemu dengan Tezza. Saat kakeknya meninggal, ia melihat sepasang suami istri dan anak laki-laki datang kepemakaman kakek, Jia tidak mengenalnya, namun nenek mengenalnya dengan baik, karena mereka adalah tak lain dan tak bukan adalah anak,menantu serta cucu dari nenek dan kakek. Itu pertama kalinya Jia melihat orang tuanya, namun sayang Jia tidak mengenal mereka. Lalu 1 tahun yang lalu, neneknya meninggal dunia menyusul sang kakek, karena itu ia jadi tinggal sendiri, ia tidak menyewa pengurus rumah karena ia bisa mengurusnya sendiri. Semua kekayaan yang dimiliki nenek dan kakek diwariskan kepadanya, dan beberapa villa milik nenek dan kakek di berbagai tempat, kini menjadi miliknya, Jia tidak merasa senang, karena ia merasa nenek dan kakeknya di tukar dengan kekayaan, dia tidak suka itu.

Setelah mengetahui isi dapurnya kosong ia berencana pergi untuk membeli keperluan sambil jalan jalan berhubung hari ini adalah akhir pekan,jadi ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah siap ia pergi ke swalayan dekat apartemennya. Ia memakai pakaian yang sederhana, namun tetap elegant, yang ia kenakan adalah T-shirt pendek putih polos yang dipadukan dengan jeans berwarna denim, ia mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda yang memperlihatkan leher jenjangnya,sangat cantik. Jia memiliki kulit yang putih bersih bak mutiara, ia juga memiliki mata yang indah, hidung yang mancung dan bibir yang mungil, suatu keindahan yang tidak bisa dikatakan.

Setibanya ia di swalayan, ia mampir ke cafe dalam swalayan tersebut untuk membeli roti, ia lapar jadi ia beli roti untuk mengganjal perutnya, setelah mengahabiskan roti dan susu yang ia beli, ia berkeliling untuk membeli keperluannya, ia membeli banyak sekali karena keperluannya memang banyak, setelah membayar ia langsung pergi dari swalayan ini, karena berniat untuk jalan-jalan jadi ia tidak membawa mobilnnya, namun ternyata keperluannya sebanyak ini, ia jadi menyesal tidak membawa mobil.

Karena belanjaannya terlalu banyak ia jadi kesusahan dan tidak fokus dengan jalanan, tiba-tiba ada tangan yang menariknya sehingga ia terjatuh dan menindih seseorang, karena terkejut ia tidak merespon dengan baik, "hey, sampai kapan kamu akan seperti ini?" suara seorang pria di belakangnya menyadarkannya, ia langsung tersadar bahwa dirinya telah menindih seseorang, ia langsung berdiri dan melihat kebelakang "oh! astaga?! apa kamu baik baik saja? maafkan aku" Jia berkata sambil membantu pria tersebut bangun, "kamu ini manusia atau kertas? sekali tarik langsung jatuh" pria itu mengomel namun nadanya bercanda, "lalu, kenapa kamu menarikku?" Jia belummengetahui mengapa pria ini tiba tiba menariknya, "kalau aku tidak menarikmu, kamu akan terbaring di rumah sakit sekarang" pria itu berbicara sambil membersihkan kotoran yang menempel di pakaiannya, "kalau begitu terimakasih telah menolongku" Jia menundukkan kepalanya tanda terima kasih, lalu membereskan belanjaannya juga, dan melanjutkan "apa kamu sudah sarapan?" Jia bertanya begitu karena melihat pria itu memakai pakaian olahraga, pastinya sepulang dari olahraga kan? karena itu hal yang paling tepat sebagai tanda terimakasihnya adalah mentraktirnya makan.

"belum" Pria itu menjawab pertanyaan Jia sambil mengangkat kepalanya setelah memastikan tidak ada kotoran lagi di pakaiannya, "!!!" dia tertegun 'cantik sekali' seru pria itu dalam hati, sedari tadi ia mengobrol ia tidak melihat wajahnya dan saat ia menyelamatkannya juga ia berada di belakang Jia jadi, ia tidak dapat melihat wajah Jia.

"kalau begitu, bagaimana kalau aku mengajakmu sarapan? apa kamu keberatan?" Jia bertanya lagi kepada pria itu, namun pria itu seperti tidak sadar, wajahnya kebingungan, Jia pikir pertanyaannya keterlaluan jadi ia meralat "mhm aku hanya ingin membalas kebaikanmu" setelah Jia meralatnya, pria itu tersadar dari lamunannya "hah? apa?" karena tidak mendengar perkataan Jia yang sebelumnya ia bertanya kepada Jia "aku mengajakmu sarapan, apa kamu mau?" Jia mengulangi pertanyaannya dengan sabar dan dijawab "MAU!" pria itu menjawab dengan bersemangat, Jia terkejut dengan responnya. "baik..lah, karena aku baru saja berbelanja aku tidak akan mengajakmu ke restoran, apartemenku didekat sini, jadi aku akan memasak, apakah tidak apa-apa?" Jia memberitahu pria itu, karena ia takut pria itu memiliki pemikiran yang tidak tidak.

"tidak masalah" pria itu berkata dengan santai lalu tiba tiba mengambil belanjaan Jia "dimana apartemenmu? aku akan membawakannya" Pria itu berkata dengan senang. "oh? disana, disana apartemenku" Jia menjawab dengan heran karena pria itu tiba- tiba membawakan belanjaannya "itu, biar aku saja yang bawa" "tidak apa, ini berat dan banyak, kalau kamu yang bawa nanti takut tertabrak lagi" pria itu berkata sambil bercanda, Jia tidak keberatan, karena ia kesusahan membawa belanjaannya itu "baiklah, terimakasih" pria itu hanya menjawab dengan mengangguk sambil tersenyum manis.

Sesampainya di depan aprtemen, "kamu tinggal disini?" tanya pria itu terlihat terkejut, pikir Jia ada masalah namun ternyata "wah, kebetulan sekali aku juga tinggal disini, tapi kenapa aku tidak pernah melihatmu ya?" pria itu berkata masih sambil tersenyum manis "oh benarkah?" Ji jga belum pernah melihatnya selama tinggal disini. "iya. Kamu tinggal di unit no berapa?" mereka berbicara sambil berjalan dan kini mereka sudah berada di dalam lift "aku di unit 206, lantai 15" Jia memberitahu letak kamarnya "ohh kita berbeda satu lantai, aku di unit 302 lantai 16" pria ini juga memberitahu dimana letak kamarnya, lantai 16 aalah lantai tertinggi, tidak sebenarnya ada lantai 17, namun lantai 17 itu adalah atap yang dijadikan taman. Lantai 15 dan 16 itu adalah unit termahal dan terlengkap.

Mereka sampai di lantai 15 dan kini mereka berada didalam apartemen Jia, dalam unit Jia terdapat empat kamar tidur yang besar dengan kamar mandi dalam masing-masing, ruang tamu, dapur dan kamar mandi luar, ditinggali sendiri cukup sunyi.

"tolong taro disini, kamu duduklah di ruang tamu kalau bosan kamu boleh menyalakan tv" Jia menginstruksikan kemana pria itu harus pergi, pria itu menurut saja, dan dia duduk di sofa yang menghadap ke dapur agar ia bisa melihat Jia yang berada di dapur, lalu menyalakan tv.

Jia sedari kecil suka memasak, dan ia juga di ajari memasak oleh neneknya, jadi apapun yang Jia buat pasti selalu enak, itu setidaknya di lidah Tezza, tidak tahu di lidah pria ini.

Jia merapihkan dulu semua belanjaannya, lalu ia mulai mempersiapkan bahan masakan yang akan ia buat, dan ia mulai memasak.

"kemarilah aku sudah selesai" Jia memanggil pria itu untuk menghampirinya, pria itu langsung menghampirinya, dia sedari tadi sudah memperhatikan Jia dari sana, sungguh Jia sangat cantik, masakannya harum sekali.

"aku hanya memasak yang sederhana, karena aku sudah sangat lapar, tidak apa kan?" Jia berkata dengan nada yang sedikit tegas. "tidak apa, ini juga kelihatannya enak" "baguslah kalau begitu" pria ini tidak merepotkan.

Jia dan pria ini duduk berhadapan, Jia sudah menyiapkan nasi dan minum untuk pria itu, jadi mereka tinggal makan, saat pria itu menyuapkan makanan itu kemulutnya, ia tertegun, "kenapa? apa makananku tidak seuai dengan lidahmu?" Jia yang melihat pria itu tiba tiba terdiam sehabis menyuapkan makanan kedalam mulutnya, curiga bahwa masakannya tidak cocok di lidah pria itu, jadi Jia mengulurkan tangannya ingin mengambil makanan yang ada di hadapan pria itu, namun belum juga menyentuh piring, tangannya langsung di tepis oleh pria itu "mau apa kamu?" pria itu tiba-tiba marah kepada Jia, Jia kebingungan dan menjawab dengan linglung "mau mengambil makananmu, karena kelihatannya kamu tidak menyukainyakan?" Jia bicara dengan hati-hati karena takut pria itu marah lagi, namun dia tidak mengerti mengapa pria itu tiba-tiba marah "kata siapa? apa aku mengatakan kalau ini tidak enak? ini benarkan omlette? omelette olahan telur?" pria itu berubah menjadi ceria lagi, manusia aneh. Pikir Jia.

"iya. Itu omlette, karena aku keburu lapar jadi aku hanya sempat memasak itu,kenapa?" Jia menjawab dengan jengkel, "oh tuhan! aku sudah pernah merasakan semua macam omlette di semua restoran, yang berbintang 5 pun sudah, tapi. Kenapa aku merasa rasa ini yang paling lezat????" pria itu bicara sambil memuja muja makanannya dan berakting seolah ia menangis, Jia terkejut dengan apa yang pria itu bicarakan "astaga, kamu sungguh berlebihan" Jia menjadi geli sendiri.

"tidak. Aku tidak berlebihan" setelah bicara begitu pria itu langsung memakan makanannya sampai habis, Jia terkejut, melihatnya makan begitu lahap, sehingga Jia lupa memakan makanannya, pria itu melihat Jia tidak memakan makanannya malah bertanya "kenapa kamu tidak makan? kalo tidak mau berikan padaku" lalu pria itu mengambil makanan milik Jia, "hey!" Jia terkejut, lalu pria itu mengembalikannnya "makanya dimakan" pria itu bicara dengan tegas, Jia hanya melanjutkan makannya tidak menghiraukan pria itu, karena pria itu sudah selesai makan, ia hanya memandangi Jia makan.

"oh iya! kita belum berkenalan, siapa namamu?" Pria itu mengajak Jia berkenalan, "Jia Li, panggil saja Jia" Jia memberi tahu namanya karena ia yakin mereka akan bertemu lagi, pria itu menganggukkan kepalanya "namaku Richard Adya, panggil saja Richard, oh iya, apakah kamu seorang koki?" "bukan. Aku polisi" Jia menjawab pertanyaan Richard sambil mengelap mulutnya, sehabis minum.

"wah ternyata kamu seorang polisi, aku kira kamu seorang koki" "hm" Jia menjawab sambil membereskan bekas makan mereka dan mencucinya, "oh iya, kita kan baru bertemu tadi di jalan, kenapa kamu berani membawaku ke apartemenmu?" Richard akhirnya menanyakan hal yang membuat ia bingung saat ia dia ajak makan tadi, "...tidak tahu, aku merasa kamu bukan orang jahat, kamu jangan salah paham, aku membawamu kesini karena aku ingin berterima kasih padamu" Jia memberikan alasan dengan jujur.

"bagaimana kamu tahu kalau aku ini bukan orang jahat?" "karena aku polisi" Jia menjawab dengan tenang sambil mengelap tangannya yang basah terkena air, lalu duduk kembali di hadapan Richard, "benar juga, kamu seorang polisi, pasti bisa menilai orang" Richard menganggukkan kepala arti mengerti.

Jia ikut menganggukkan kepala, "hmm karena kita sudah saling kenal, apa kita sekarang teman?" Richard bertanya berharap, karena ia ingin sekali memiliki teman seperti Jia, siapa tau nanti akan menjadi lebih dari teman dengan Jia.

"untuk apa aku berteman denganmu?" Jia mengatakannya dengan sarkasme, yang membuat Richard menjadi ciut, melihatnya begitu Jia tidak bisa menahan tawanya, Richard sangat imut, Richard memiliki perawakan yang hampir sama dengan Tezza, namun Richard memiliki wajah yang tampan nan imut, sedangkan Tezza, ia memiliki wajah yang tampan nan dingin.

Melihat Jia tertawa Richard tertegun 'cantik sekali' serunya dalam hati, "bercanda" Jia berkata sambil tersenyum, ia bukannya gampang akrab dengan orang, hanya saja ia merasa Richard ini nantinya akan dekat dengannya, jadi Jia tidak masalah berteman dengannya, Richard juga sepertinya bukan orang jahat.

"maksudmu? kamu mau berteman denganku?" Richard bertanya penuh harap "kenapa tidak?" Jia menjawab sambil berdiri dan berjalan menuju ruang tamu, "oh iya berapa umurmu?" Jia membalikkan badan dan melihat Richard sedang joget joget tidak jelas, terlihat sangat bahagia, Jia memasang ekspresi bingung sekaligus ngeri melihat tingkah Richard

"hey, kamu kenapa?" sadar Jia memperhatikannya, Richard langsung berhenti dan tersenyum malu, "tidak aku tidak apa-apa" lalu Richard menyusul Jia ke ruang tamu. "umurmu berapa?" Jia mengulangi pertanyaannya, karena sepertinya Richard tadi tidak mendengarnya. "Umurku 27, kamu" Richard menjawab lalu duduk di sofa mengikuti Jia, "oh? ternyata kamu lebih tua dariku, kukira kamu lebih muda dariku, umurku 26" Jia terkejut karena ia pikir Richard lebih muda darinya, karena mukanya yang imut tidak terlihat tua.

"hanya beda satu tahun" Richard mengangguk, dan melanjutkan "apa aku boleh meminta nomor ponselmu?" Richard bertanya dengan hati hati sambil menyodorkan hp nya, Jia tidak masalah memberikan nomor ponselnya karena sekarang mereka teman, jadi Jia mengambil ponsel Richard dan mengetikkan nomor ponselnya di ponsel Richard, lalu menelpon nomor tersebut, dan ponselnya berbunyi, Jia menunjukkan kepada Richard, agar Richard percaya.

Richard mengangguk dan mengambil ponselnya lalu ia melihat ke arloji yang ada di tangannya sudah menunjukkan pukul 8:26, "gawat 4 menit lagi aku terlambat, Jia aku pergi dulu, terimakasih untuk makanannya dan terimakasih sudah mau menjadi temanku" Richard berpamitan kepada Jia, karena ia ada urusan lain, Jia tidak ambil pusing, mungkin Richard tetap bekerja di akhir pekan, jadi Jia hanya mengantarnya kedepan lalu menutup pintu.

avataravatar
Next chapter