2 Penyelidikan Berlanjut (1)

Sesampainya Jia di kantor tim investigasi khusus ia langsung memberikan lukisan dan informasi yang ia dapat pada timnya

Lalu tim investigasi khusus segera menyelidiki pria yang si sebut 'sang ayah', Jia memutuskan untuk tidak menyelidiki para pelukis lagi, karena ia merasa harus segera mencari pria yang disebut 'sang ayah' ini. Kini timnya sedang mengumpulkan informasi informasi terkait 'sang ayah'.

Hari sudah gelap, ini waktunya pulang. Tetapi tim investigasi khusus tetap bekerja untuk menemukan keberadaan 'sang ayah' mereka semua sangat bekerja keras, karena mereka yakin si pembunuh pasti akan membunuh lagi.

*telelelelelelet telelelelelelet

Semua orang yang ada di ruangan yang semula sedang sibuk tersentak mendengar dering telepon, Jia yang paling dekat dengan telepon tersebut langsung mengangkatnya.

"..."

"gimana?" Jia menjawab terkejut

"...."

"kapan itu terjadi?"

"..."

"apakah ada petunjuk di situ?"

"....."

"baiklah aku akan kesana"

tut...

telepon mati

"Kenapa? ada apa?" Jun yang khawatir langsung bertanya kepada Jia."pelukis yang baru saja aku temui tewas" jawab Jia sambil bersiap akan pergi."kamu mau kemana?" tanya Jun yang khawatir pada Jia,yang lain masih terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh Jia."aku akan ke TKP,aku duluan" Jia melenggang keluar. Jun tidak bisa mengikuti Jia walau ia khawatir karena ia masih punya tugas disini,dan ia juga bisa membantu Jia bila ia tetap disini,jadi ia memilih membiarkan Jia pergi sendiri.

Sebenarnya Jia tidak pergi sendiri,ia berpaspasan dengan Tim divisi kriminal, Jia tidak bertanya mereka mau kemana, karena sudah jelas pasti mereka juga mempunyai tujuan yang sama dengannya.

"kamu mau kemana?" tetapi tidak dengan Tezza, Tezza tetap bertanya kepada Jia. "aku akan pergi ke hangang" Jia menjawab dengan tenang. "kalau begitu kita kesana bersama saja" sahut Fengying. "boleh,tetapi aku naik mobil sendiri" Jia menjawab sahutan Fengying sambil tersenyum. "aku akan bersamamu" Tezza menawarkan diri,ia tidak mau Jia pergi seorang diri,walau berangkat berbarengan namun mereka pisah mobil,jika ada sesuatu ia tidak bisa menolong Jia jadi ia memutuskan untuk satu mobil dengan Jia. "oke" Jia menyetujui ajakan Tezza sembari memberikan kunci mobilnya pada Tezza. "kalau begitu ayo kita berangkat!" seru pak Chen.

***

Tempat Kejadian Perkara

Jia dan yang lain sudah sampai di TKP, dari jauh sudah terlihat bahwa gang yang masuk rumah itu sangat penuh, Jia dan yang lain turun di ujung jalan dan berhasil masuk ke TKP. "apa ada saksi?" Tezza bertanya kepada tim polisi yang sudah berada di situ sejak awal "sepertinya yang menelpon tadi itu adalah saksi" jawab sang polisi "menelpon? oh iya benar siapa yang pertama kali memberi tahu kejadian ini pada polisi?" ucap Fengying "seorang pria menghubungi 211, ia bilang temannya terbunuh di rumahnya" polisi memberitahu yang sebenarnya terjadi lalu,"dimana orang itu?" Jia sambung bertanya "dia ada di pojokan situ sedang menangis" setelah mendengar itu Jia dan Tezza langsung menghampiri pria yang disebut teman Adam Mord itu,sedangkan Pak Chen dan Fengying bertanya kepada tim forensik untuk memastikan apa penyebab kematian Adam dan apakah ditemukan sesuatu disana.

"apa benar kamu teman mendiang?" Tezza bertanya pada pria itu,namun raut wajah pria itu tidak seperti orang yang sedih tidak juga senang melainkan raut wajahnya menggambarkan bahwa ia ketakutan. Dulu saat kuliah Tezza dan Jia belajar sedikit tentang psikologi.

"Kak,apa kamu menyadari ekspresi itu?" Jia bertanya pada Tezza. "iya, di ketakutan" Tezza menjawab dengan tenang, ia juga bingung mengapa pria itu terlihat ketakutan bukan merasa sedih karna ditinggal teman walau ekspresinya itu tidak kentara, ia bisa membohongi semua orang namun tidak dengan Jia dan Tezza.

"hei,ketua tim kami menemukan sempel darah lain di sini" pak Chen berteriak kepada Tezza, Tezza yang merasa di panggil segera menghampiri pak Chen. Sedangkan Jia sedang menyuruh orang untuk membawa pria itu ke rumah sakit, karena jika ia langsung menginterogasinya di kantor polisi, maka pria itu bisa gila.

setelah menyruh orang untuk mengawasi pria itu Jia menyusul Tezza dan yang lain.

"lihat ini, ini darah yang kami temukan di depan pintu container" ucap pak Chen setelah Ji amenghampirinya. "apa anda yakin ini bukkan darah yang sama pak?" Jia meragukan sempel darah tersebut. "kita tunggu hasil outopsi saja" Tezza memberi saran "baiklah" ucap ketiganya.

Setelah mengecek TKP mereka kembali ke kantor, dalam mobil Jia yang sunyi tiba-tiba terdengar bunyi panggilan, itu dari kantor tim investigasi. Jia dengan cepat mengangkatnya lalu suara Jun terdengar "kak Jia, aku melihat orang itu ada di TKP" Jun berbicara dengan sedikit berteriak "orang itu?" itu suara Tezza "huh? kau tidak sendiri?" Jun bertanya penasaran "siapa?" Jia mengabaikan pertanyaan Jun,dan berfokus pada topik utama. "orang yang Adam Mord lukis!" Jun langsung menjawab pertanyaan Jia saat ia menyadari Jia ingin membahas topik utama. "bagaimana kamu bisa tahu?memang didalam container itu ada CCTV?" Jia bertanya lagi pada Jun "Tidak, ini bukan CCTV di dalam container ini CCTV di depan gang,aku meretas kameranya lalu aku melihat ada seorang pria di depan gang sedang berdiri dan itu terlihat mirip dengan pria yang Adam Mord lukis" "jadi dia ada disana,mengapa aku tidak melihatnya" Jia bertanya bingung "dia disitu saat kejadian sedang berlangsung" Jun menjawab kebingungan Jia. "lalu,apakah dia bunuh diri dengan berdiri di depan CCTV?" Tezza bertanya kepada Jun, itu masuk akal, apakah pria itu bunuh diri dengan menampilkan diri di depan CCTV begitu? apa ia tidak takut kalau ia akan menjadi tersangka?, itu pertanyaan pertanyaan yang ada di benak Jia. "tidak, sepertinya dia tidak tahu kalau disitu ada CCTV" Jun menjawab pertanyaan Tezza "tidak tahu?" Jia bertanya kembali " ya, kemungkinan CCTV itu adalah sebuah kamera kecil dan sudah usang,karena jika dilihat dari kualitasnya kamera itu tidak menampilkan layar HD,sangat usang" Jun memberi petunjuk. Setelah mendapat info dari Jun, Jia dan Tezza lanjut mengemudi ke kantor.

========================

*Jia menganggil Tezza 'Kak' karena Tezza lebih tua 4 tahun dari Jia, Tezza dan Jia juga tumbuh bersama jadi, Jia terbiasa memanggil Tezza 'kak' Tezza juga tidak keberatan. Namun Jia memanggil Tezza dengan sebutan 'kak' hanya jika mereka sedang bersama.

*Jun memanggil Jia 'kak' karena Jia lebih tua 2 tahun dari Jun.

avataravatar
Next chapter