12 Mana Mungkin Aku Akan Diam Saja Disini

"butuh proses?" Tezza tidak tahu bahwa cinta butuh proses, karena ia mencintai Jia dari pertama kali ia melihat Jia, saat umur mereka masih sangat kecil, ia pikir ini hanya cinta monyet, ternyata cinta ini terbawa sampai ia dewasa.

"iya butuh proses" Jia berjalan kearah walk closet, lalu menutup pintu. "contohnya?" Tezza masih penasaran, ia berteriak takut takut suaranya tidak terdengar oleh Jia, "contohnya.....seperti berkencan?" Jia juga membalas dengan teriak agar suaranya dapat didengar oleh Tezza.

Lalu Jia keluar lagi dari walk closet itu, kini Jia telah berganti pakaian, tidak lagi memakai jeans dan T-shirt, kini Jia memakai kemeja polos yang dipadukan dengan celana panjang, dan dilengkapi oleh mantel.

Tezza yang melihat Jia berpakaian begitu bertanya tanya, "kamu mau kemana?" Tezza bertanya begitu karena pakaian yang Jia pakai sekarang adalah style yang biasa Jia gunakan ketika bekerja, Jia memang polisi namun dia adalah Tim Investigasi Khusus, jadi dia tidak memakai seragam seperti polisi kebanyakan.

"ada panggilan dari tim, aku akan ke kantor. Kamu boleh tinggal disini" setelah mengatakan itu, Jia bersiap ingin mengambil kunci mobilnya yang berada di atas meja TV, namun tangannya langsung di tahan oleh Tezza, "mana mungkin aku akan diam saja disini?": Tezza lalu mengambil kunci mobil Jia, "oke! ayo berangkat" seru Tezza sambil berjalan ke arah pintu utama.

Jia mengikuti Tezza, lalu saat berada di dalam lift "lalu mobilmu?", "itu gampang, aku kan bisa simpan di sini" setelah mereka berada di tempat parkir bawah tanah, mereka menaiki mobil Jia, lalu berangkat menuju kantor, ini akhir pekan, namun Jia mendapat panggilan dari Jun, kata Jun ada yang ingin bertemu dengannya, jadi Jia pergi kesana.

Didalam mobil sepi, jadi Jia menyalakan lagu Nothing On You - B.O.B ft. Bruno Mars, kini di dalam mobil tidak terasa sepi lagi, "kamu masih menyukai lagu ini?" Tezza tidak menyangka Jia masih menyukai lagu ini, "iya" Jia menutup matanya, dan menikmati lagunya, Tezza melihat Jia, lalu tersenyum kaku, entah kenapa ia sedih Jia masih suka mendengar lagu ini.

Setelah berkendara beberapa menit, akhirnya mereka sampai di kantor, saat mereka baru saja memasuki lobby kantor, tiba tiba ada seorang wanita paruh baya berlutut di bawah kaki Jia, Jia terkejut dia mematung, lalu melihat sekeliling, dan ia sadar ada seseorang dibawah kakinya, wanita paruh baya ini menangis di bawah kaki Jia, Jia tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi, jadi dia membangunkan wanita paruh baya itu, "bu, bangunlah, ada apa?" wanita paruh baya ini terus menangis dan menghiraukan apa yang Jia katakan.

"bu, tolong bangunlah dulu, dan sebenarnya ada apa? kita bisa bicarakan, ibu berhentilah menangis" Jia terus membujuk wanita paruh baya ini untuk bangun dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, Tezza juga membantu ibu ini untuk bangun, dan akhirnya mereka duduk di kursi lobby.

"jadi, ada apa?" Tezza bertanya pada ibu itu, "a-a-anakku" wanita paruh baya ini terus menerus menangis hingga susah mengeluarkan kata katanya. "ada apa dengan anak ibu?" Jia bertanya dengan sabar pada wanita paruh baya ini, "a-anakku di-hiks di-dibunu-nuh" wanita itu akhirnya bicara walaupun masih diselangi tangis, namun yang dia bicarakan membuat Tezza dan Jia tercengang.

"a-apa? di. Bunuh?" Jia bertanya untuk memastikan pendengarannya tidak salah, Jia melirik Tezza, dan Tezza mengangguk yang mengartikan dirinya tidak salah dengar, "iya anakku dibunuh, dia terpanggang didalam oven" Jia meringis mendengar itu "kejam sekali" Tezza mengomentari "namun, kenapa ibu menceritakan padaku? kenapa tidak melapor pada polisi yang bertugas untuk ini?" Jia penasaran mengapa ibu ini memberitahunya, bukan memberitahu polisi yang bertugas untuk ini, dan mengapa ibu ini tidak menelpon 211 saja? dan menemani anaknya dirumah? kenapa harus kemari dan lebih anehnya lagi kenapa Jia yang di temui ibu ini?

"karena aku fans mu" wanita paruh baya itu menjawab pertanyaan Jia masih dengan tangisnya, "fans?" Jia kebingungan sejak kapan ia memiliki fans? Tezza pun sama, Tezza tidak tahu bahwa Jia memiliki fans.

"iya, kamu adalah wanita yang hebat, bisa mengalahkan penjahat" seketika tangis wanita itu hilang tanpa jejak bagai tak pernah ada, Jia curiga, wajarnya seseorang yang menangis karena kehilangan, akan terlihat ekspresi kehilangan di wajah mereka, yang tidak mudah hilang begitu saja, namun ini aneh. Wanita paruh baya ini mengaku fans Jia, mungkin itu benar karena saat ditanya mengenai Jia, dia terlihat begitu bersemangat, namun sebagai ibu yang kehilangan anaknya sekalipun mengenai idolanya, tidak mungkin langsung lupa oleh kesedihan yang besarkan?

Lebih simpelnya ibu ini lebih peduli pada Jia dibanding anaknya. Jia yang dipuji tidak merasa senang ia malah berhati hati dengan wanita paruh baya ini, dan berkata "dimana rumah ibu?" Jia bersikap tegas pada wanita paruh baya ini meskipun wanita ini adalah fansnya.

"di xxxxxx" setelah wanita paruh baya itu menyebutkan alamat rumahnya, Jia berniat menuju kesana jadi dia bangun dari duduknya dan mengambil kunci mobilnya dari tangan Tezza, "bu, aku akan membantumu, sekarang ibu ikut dengannya dulu ya, aku akan menemui timku terlebih dahulu" Jia memberi kode pada Tezza untuk mengawasi wanita paruh baya ini, Tezza ingin menolak, dan dia ingin ikut dengan Jia, namun ia punya rencana lain.

"baiklah" wanita paruh baya itu untungnya menurut pada Jia dan tidak susah diatasi. Jia menuju ruang investigasi khusus untuk meminta bantuan Jun, Jun juga sedang berada di kantor karena ada yang harus dia urus.

Ruang Investigasi Khusus

"Jun, bantu aku lacak alamat ini, aku akan pergi kesana sekarang jika ada yang hal yang kamu temui beritahu aku apapun itu" "baiklah" Jun menerima perintah Jia dengan senang hati, "terimakasih, aku pergi dulu" Jia melenggang pergi meninggalkan ruangan.

Didepan pintu, Jia mengirimi pesan pada Tezza yang berisi "kak, aku akan kesana kakak awasi dulu dia, nanti jika aku butuh bantuanmu, aku akan menghubungi mu" Jia tidak menunggu balasan dari Tezza,ia hanya memberi tahu Tezza, bukan meminta izin.

Setelah mengirim pesan pada Tezza, Jia keluar kantor dan mengemudikan mobilnya menuju alamat yang disebutkan oleh wanita itu, dan sialnya Jia lupa menanyakan detail lainnya, seperti ada siapa saja disana, bagaimana dia bisa lupa! ah bodoh sekali.

Jia mengutuk dirinya sendiri, saat ia sedang mengutuk dirinya sendiri ia mendapat telepon dari Jun, "ah benar. Aku memiliki Jun" bodoh sekali dia, dia kan bisa meminta Jun untuk mencari tahunya.

Jun menelponnya, dan mengatakan bahwa....

avataravatar
Next chapter