9 Akhirnya (2)

ceklek

Jia dan Tezza membuka pintu utama dari rumah itu, lalu mereka berdua masuk kedalam, sesuai arahan mereka mengecek kamar utama dari rumah itu, mereka tidak menemukan apapun, lalu mereka menuju kamar kedua, pintunya benar benar terkunci.

"aku akan mendobrak nya" Tezza menawarkan diri untuk mendobrak, "tidak perlu mengeluarkan tenaga" Jia menentang tawaran Tezza dengan tenang, Tezza kebingungan dengan jawaban Jia.

Jia pergi ke dapur rumah itu dan mencari kawat besi dan dia menemukannya, Tezza penasaran apa yang akan Jia lakukan, dan bagaimana Jia bisa tahu bahwa disitu ada kawat besi? Tezza bertanya tanya dengan diri sendiri.

Jia mengotak atik pintu itu dengan teliti dan...

ceklek

pintu terbuka.

"wow" Tezza terpaku dengan kelakuan Jia, Jia menghiraukannya dan mendorong pintu kedalam, "belajar dari mana kamu?" Tezza bertanya kepada Jia karena sebelumnnya ia tidak tahu bahwa Jia bisa melakukan itu.

"Youtube" Jia menjawab pertanyaan Tezza dengan santai sembari masuk kedalam, Tezza mengangkat kedua bahunya lalu ikut masuk kedalam.

"..." Jia terpaku "..." Tezza juga terpaku

"hebat. Apa dia membunuh untuk persembahan?" Tezza duluan sadar dari keterpakuannya, "mungkin. Ini kejam." Jia juga tidak percaya dengan apa yang ia lihat, pasalnya dalam ruangan ini ada berbagai macam tulang yang di susun membentuk patung kambing? mereka tidak tahu pasti namun ini cukup mengerikan.

Mereka segera keluar dari kamar tersebut dan Tezza meminta Fengying untuk menghubungi tim forensik.

3 jam berlalu

Tim forensik akhirnya tiba dengan rombongan yang lain, selama 3 jam menunggu Tezza dan Jia tidak diam saja menunggu kedatangan mereka, karena mereka juga belum selesai mengitari rumah ini.

3 jam sebelumnya

Tezza dan Jia melanjutkan mengitari rumah ini sembari menunggu kedatangan tim forensik dan yang lain.

"ini aneh, dari tadi kita tidak menemukan tangga, padahal jelas sekali rumah ini memiliki lantai lain" Tezza berkata begitu karena dari luar rumah ini terlihat memiliki loteng di lantai 2, namun dari tadi mereka tidak menemukan tangga secara nyata atau pun yang di sembunyikan, mungkin belum.

Jia memeriksa sekeliling dan dia melihat perapian yang ditutup, mungkin biasa namun entah mengapa Jia merasa tertarik untuk membukanya. Jadi, dia membuka kayu yang menutupi perapian itu, posisi kayu-kayu itu acak saling menindih, itu akan sulit di buka, tetapi Jia mencoba melepaskannya sekuat tenaga.

"akh" Jia meringis kesakitan setengah berteriak, karena jarak mereka berdua tidak terlalu jauh, jadi Tezza yang menddengar ringisan Jia langsung mengalihkan pandangannya pada Jia.

"ada apa?" Tezza bertanya kepada Jia sembari menghampirinya dan melihat tang Jia, "tidak apa apa, ini hanya terjepit, aku terkejut. Lihat ini saja" Jia, mengalihkan perhatian Tezza ke perapian, kayu yang menutupi perapian itu sudah terbuka berkat kerja keras Jia.

"apa ini?" Tezza membersihkan debu-debu yang ada di perapian itu, lalu terlihat ada tangga yang bersembunyi di dalam perapian, "tangga?" Tezza dan Jia saling pandang "ayo naik" Jia mengajak Tezza untuk menaiki tangga tersebut, "baiklah" Jia sudah menaiki tangga lebih dulu, Jia memiliki tubuh yang ideal dengan tinggi 170 cm dan berat badan 56 kg, perapian itu tidak terlalu kecil, jadi Tezza yang tingginya 187 cm dengan berat badan 64 kg bisa masuk kedalamnya.

"!!!" Jia menutup mulutnya karena ia sangat terkejut, "ad-" belum selesai Tezza berbicara mulutnya langsung di tutup oleh tangan Jia, dia belum melihat ada apa disini, dia langsung mengalihkan pandangannya pada Jia dan membelalakkan mata bertanya kepada Jia ada apa? Jia yang mengerti langsung memberi isyarat kepada Tezza untuk diam dan lihat kedepan.

"!!" Tezza terpaku, dia melihat seorang wanita sedang duduk diam menatap dinding loteng ini, tatapannya kosong.

"permisi" Jia menyapa wanita itu dengan suara yang pelan, kondisi wanita ini sungguh prihatin, dia sangat kotor dan tidak ter-urus, rambut panjang yang berantakan, dan pakaian yang compang camping.

Wanita itu merasakan kedatangan orang jadi dia menengok ke arah Jia dan Tezza, namun beberapa detik kemudian wanita itu tiba-tiba berdiri dari duduknya dan mendorong Jia, Jia terkejut karena tiba-tiba di dorong, "SIAPA?! KALIAN SIAPA??!!SIAPA??DIMANA KEKASIHKU?!!ANAKKU??SUAMIKU??DIMANA??KAMU!!KAMU MENGAMBIL SUAMIKU!! HIKS HIKS JALANG! KAMU WANITA JALANG!" wanita itu mencengkram tangan Jia sambil berteriak kepada Jia dan dia mengambil sebuah gunting benang dari lantai tempat duduknya tadi, bersiap siap ingin menusuk Jia, Jia berusaha melepaskan diri namun, cengkramannya sangat kuat sehingga Jia kesakitan.

Tezza yang melihat itu langsung bergegas mendorong wanita itu menjauh dari Jia, "ARGH!!" wanita itu terdorong lumayan jauh, karena kekuatan Tezza kuat jadi wanita itu teriak kesakitan "DASAR JALANG!" wanita itu berteriak lagi.

Sekarang Jia dan Tezza sudah bersiap siap, "hey tenanglah" Jia berteriak kepada wanita itu, karena dari tadi wanita itu berteriak terus terusan, sangat ribut. Yang diluar mendengar keributan juga langsung masuk kedalam.

Wanita itu merasa dimarahi oleh Jia jadi dia berusaha menyerang Jia lagi, melihat wanita itu mau menyerangnya lagi, Jia mengambil pistolnya dan menodong wanita itu "lepaskan gunting itu, atau kau aku tembak" Jia berkata dengan dingin sambil terus berjalan maju, wanita itu terlihat marah, dia berjalan mundur tetapi tidak melepaskan gunting itu.

"ada apa?" Fengying teriak dari bawah "aman" Tezza berteriak balik

Sepertinya wanita itu tidak melihat Tezza entah mengapa Tezza seperti tak kasat mata, karena dirinya di abaikan oleh wanita itu, ini kesempatan untuknya, jadi dia berjalan kebelakang wanita itu dengan hati-hati, lalu Tezza memberi kode pada Jia dan Jia mengangguk, tanpa aba aba Jia menendang lengan wanita itu yang memegang gunting, alhasil gunting itu terlempar jauh, lalu dengan sigap Tezza memegang kedua tangan wanita itu dan memborgol nya.

"wanita gila" Jia mengumpat kesal karena wanita itu pergelangan tangannya sakit.

Wanita itu meronta ronta seperti hewan liar yang ingin kabur dari kandang, "kenapa ada wanita di atas loteng?" Fengying keheranan setelah melihat seorang wanita kumuh turun bersama Tezza dan Jia dari atah loteng.

"apa kamu mengenalnya?" Jia bertanya kepada istri pria itu dengan nada dingin, "tidak. aku saja baru tahu ada loteng di rumah ini." wanita itu berkata dengan yakin, dan terkejut.

Kembali ke 3 jam kemudian.

Tim forensik dan yang lainnnya memeriksa rumah ini, dan mengidentifikasi tulang tulang, dan mengevakuasi loteng rumah ini. Jia bersama tim divisi kriminal tidak menunggu hasil dari tim forensik disini mereka harus pergi, Jia dan Tezza satu mobil, lalu pak chen, Fengying dan istri pria itu satu mobil, dan wanita gila itu dibawa memakai ambulance di kawal oleh mobil Tezza dan Fengying menuju kantor bersama. Sebelum mereka berangkat Jia menerima telfon dari nomor tidak asing di ponselnya, jadi ia menjauh dari Tezza dan yang lain.

Di perjalanan

Di dalam mobil Tezza, "apa lenganmu baik baik saja?" Tezza mengkhawatirkan kondisi lengan Jia, lengannya memerah dan lecet karena tertusuk kuku wanita itu, "tidak apa hanya sedikit lecet, kamu fokuslah menyetir" Jia meminta Tezza untuk tidak khawatir.

"halo" Jun menghubungi Jia karena ada informasi yang harus diberi tahu"ada apa Jun?" Jia bertanya kepada Jun, "orang kita berhasil" Jun berkata dengan bangga, "benarkah? dia sudah ada di kantor?" Jia bertanya "iya, dia sekarang sedang di interogasi oleh detektif Feng" sahut Jun dari seberang sana "baiklah aku segera sampai" Jia dan Tezza beserta rombongan sudah dekat dengan perkotaan.

Saat itu, disaat detektif Han menerima informasi dari Irvan, dia langsung mengerahkan detektif Feng dengan timnya untuk menangkap pria itu, hasilnya sangat bagus, detektif Feng berhasil menangkap pria itu, kini mereka sedang menginterogasinya.

Jia, bersama tim divisi kriminal membawa wanita gila itu ke rumah sakit terlebih dahulu, lalu mengirim orang untuk menjaganya, setelah itu mereka kembali ke tujuan utama, mereka langsung menuju kantor untuk memantau interogasi.

Kantor Kepolisian

Setibanya mereka disana mereka langsung menuju ruang pantau interogasi, disana ada Pak Byungchan, beliau adalah asisten inspektur. Jia, Tezza, Pak Chen, dan Fengying masuk kedalam ruangan itu untuk memantau, mereka memberi salam kepada Pak Byungchan, dan di balas oleh Pak Byungchan.

Istri dari pria itu juga nanti di interogasi, karena dia menjadi saksi. "sudah berapa lama dia di interogasi?" Jia bertanya kepada Pak Byungchan, "setengah jam" Pak Byungchan menjawab apa adanya, "apa ada hasil?" kini Tezza yang bertanya kepada Pak Byungchan, "belum" Pak Byungchan menjawab pertanyaan Tezza dengan apa adanya lagi, lalu semua terdiam memperhatikan, tidak berapa lama kemuadian pria itu bicara "boleh aku minta rokok?" sekalinya pria itu bicara, dia malah meminta rokok.

"Pria itu, mengesalkan sekali!" Fengying menggerutu kesal dengan kelakuan pria itu, "ngomong-ngomong siapa nama pria itu?" Pak Chen bertanya kepada Pak Byungchan "Yu Anming. Seorang pembunuh bayaran yang 'murah hati'." Pak Byungchan menjawab pertanyaan Pak Chen dengan dingin.

Yu Anming ini, di sebut pembunuh bayaran yang 'murah hati' karena dia membunuh seseorang mengikuti keinginan klien, tidak dengan kemauan sendiri. Menurut mereka yang mendengar ini, mereka tidak merasa dia 'murah hati'. Dia kejam. Sungguh kejam, jika orang mendengar namanya tanpa tahu profilenya mereka akan mengira Anming adalah seorang yang murah hati, karena arti namanya adalah "seseorang yang murah hati".

"berikan" di dalam sana detektif Feng membiarkan Anming menerima rokok, "ayolah, kami butuh suaramu untuk menangkap seseorang, jika bukan untuk menangkap dia, kamu akan langsung di penjara" detektif Feng membujuk Anming dengan baik-baik, karena jika ia emosi, dia tidak akan mendapatkan apapun.

"wanita ini, dia berada di loteng rumahmu, apakah kamu kenal?" detektif Feng melanjutkan interogasinya "iya. dia tinggal di loteng rumahku karena dengan begitu aku bisa bersama dia dengan mudah" Anming menjawab dengan tenang. "apa dia selingkuhanmu?" Detektif Feng menduga wanita itu selingkuhannya karena siapa lagi kalo bukan selingkuhan?, "iya, dia kekasihku" Anming menjawab dengan ringan, "apakah istrimu tahu kamu menyimpan seorang wanita di loteng rumah?" Detektif Feng bertanya menyelidik lagi kepada Anming

"tidaklah. Jika istriku tahu aku akan di tinggal olehnya, dia bahkan tidak tahu ada loteng di rumahku" dari jawaban Anming ternyata semua yang dikatakan istrinya benar. "tapi pada akhirnya kamu tetap ditinggal oleh istrimu" Detektif Feng bicara dengan sinis kepada Anming.

Setelah detektif Feng bicara begitu, Anming terdiam, "sudah, sekarang kamu beritahu aku, siapa yang menyruhmu untuk membunuh dua korban sebelumnya?" Detektif Feng tidak mau menghabiskan waktunya lebih lama lagi, jadi ia langsung pada intinya.

"aku mendapatkan uang yang besar darinya, jadi aku tidak akan bicara. Aku memang pembunuh bayaran, dan semua korban yang kalian tangani itu memang ulahku" Anming berbicara seperti melindungi kliennya. "jangan bodoh. Walaupun kamu mendapatkan uang yang banyak untuk membayar pengacara yang hebat sekalipun itu tidak ada gunanya. Kamu sudah mengaku, kami memiliki banyak bukti, jadi pengacara sehebat apapun yang kamu bayar, kamu akan tetap di hukum atas kesalahanmu. Jadi, mari bekerja samalah dan beritahu aku siapa orang itu, kamu tidak mau kan dia menikmati hidupnya sedangkan kamu mendekam di penjara?" Detektif Feng bicara panjang lebar untuk menyadarkan Anming.

"dia itu naif atau bodoh sih" Fengying mempertanyakan Anming dari ruang pemantau, "Detektif Han" Jia memperingati dengan datar "maaf" Fengying menjawab sambil menunduk.

".....iya, kamu benar. Baiklah aku akan bekerja sama, tetapi tolong ringankan hukumanku." akhirnya Anming ingin bekerja sama, namun permintaannya "aku tidak tahu, itu tergantung hakim" Detektif Feng menjawab dengan datar lalu, "jadi siapa yang membayarmu untuk membunuh korban terakhir itu?" Detektif Feng bertanya lagi, "itu, dia adalah seorang pengusaha, dia memiliki sebuah perusahaan kecil di daerah Emerald aku tidak tahu tepatnya, namanya adalah Brandon Salim. Hanya itu yang aku tahu" Anming sudah memberitahu semua yang ia ketahui tentang Brandon.

"jadi, Brandon Salim ini, membayarmu untuk membunuh putri nya sendiri?" Detektif Feng bertanya kepada Anming, karena ia ingin tahu motif yang ada pada Brandon. "iya, tetapi aku tidak tahu mengapa ia ingin membunuhnya, karena tugasku hanya membunuhnya tidak peduli dengan alasannya" Anming memperjelas tugasnya dengan tenang, ternyata tidak bisa diketahui kalau begitu harus di jemput.

Di dalam ruang pemantau

"baiklah ini tugas kita!" Fengying berseru dengan semangat, dalam kelompok ini hanya Fengying yang memiliki karakter ceria, pak chen sudah tua, jadi tidak banyak bertingkah, sedangkan Tezza dia memiliki karakter yang tenang, dan Jia memiliki karakter yang tegas.

Mereka berempat pergi ke rumah Brandon Salim, Jia menghubunginya dengan dalil mereka harus bekerja sama, Brandon menyetujuinya, mereka pergi tidak hanya berempat, Tezza dan Jia satu mobil, pak chen dan Fengying satu mobil, dan mereka juga membawa tim untuk berjaga-jaga kalau Brandon melarikan diri, namun mereka harus disembunyikan, jadi mereka semua bersembunyi terlebih dahulu.

sesampainya mereka di rumah Brandon, mereka langsung menuju pintu utama, dan disitu ada asisten rumah tangganya mempersilahkan mereka masuk. "kamu sudah datang,...oh? tidak sendiri ternyata" Brandon tersenyum dengan sopan pada Jia, Jia membalasnya dengan sopan juga didalam hati ia mencibir.

"iya. Aku membawa rekanku karena ini bukan tugasku sendiri" Jia menjawab dengan tenang, lalu mereka di persilahkan duduk, setelah mereka duduk, "hahaha benar ini bukan tugasmu sendiri ya" Brandon mengangguk tanda paham, cih masih saja bisa tertawa! Fengying mencibir dalam hati.

"oh iya, kalian ingin minum apa?" Brandon memulai topik terlebih dahulu, "tidak perlu, kami kemari untuk bekerja" ucap Tezza dengan tenang. "oh? baiklah kalau begitu, aku perlu bekerja sama bagaimana?" Brandon mengerti dan langsung menanyai apa tugasnya. "kami butuh informasi darimu" Tezza memulai basa basi pada Brandon, namun Brandon tidak menyadarinya.

"baiklah" Brandon bersedia untuk ditanyai, "apa kamu mengenal Caroline Steffanie?" melihat ketersediaannya Brandon, Jia langsung bertanya, "tentu saja. Dia guru les anakku" yah benar nama guru itu adalah Caroline Steffanie. "apa kamu tahu dimana dia tinggal?" Tezza meneruskan pertanyaan "tentu saja...tidak, bagaimana aku bisa tahu tempat tinggalnya? bukankah aneh jika aku mengetahui rumahnya? untuk apa juga aku mengetahuinya?" Brandon menjawab dengan tenang "benar, itu aneh. Untuk apa seorang atasan mengetahui rumah bawahannya, kalau tidak ada sesuatu ya kan?" Fengying menimbali dengan senyum yang misterius "benar, kamu tahu itu" Brandon membenarkan pernyataan yang Fengying berikan. "kalau begitu, apa kamu tahu apartemen Casa Grande?" Jia bertanya kembali kepada Brandon ".....tidak, aku tidak pernah mendengarnya" Brandon baru menjawab pertanyaan itu setelah terdiam beberapa detik, apartemen Casa Grande ini memang terpencil, jika mereka tidak mempunyai bukti rekaman CCTV mereka akan percaya dengan perkataan Brandon, namun karena mereka sudah mengetahui semuanya, jadi mereka tidak tertipu.

"lalu, apa kamu bisa jelaskan apa yang ada di dalam video ini?" Tezza mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan video yang didapatnya dari kamera pengawas apartemen Caroline, Jia sudah mengirimkan video itu padanya.

"....." Brandon terdiam melihat cuplikan video itu "apa maksud kalian?" Brandon bertanya dengan was was. "kamu tahu apa maksud kami dasar bajingan" itu Tezza yang berbicara, penampilan Tezza yang tenang dan alim, sangat kontras dengan yang ia katakan barusan, Tezza sudah geram dengan bajingan satu ini.

"kamu menyukai Caroline dan dia selalu menolakmu, kamu ingin membunuhnya karena dia terus menolakmu, anakmu mengetahui rencanamu dan berniat melaporkanmu kepada polisi, karena kamu takut anakmu melaporkanmu, jadi kamu membunuhnya lebih dulu, dan istrimu mengetahuinya, namun karena kamu yakin istrimu tidak akan berani melaporkanmu jadi kamu masih membebaskannya, dengan itu kamu berhasil membunuh Caroline. Apakah itu benar?" Jia menyatakannya dengan suara yang tegas, semua orang terdiam melihat Jia berbicara begitu, karena tidak ada satupun dari mereka yang tahu bahwa Jia mengetahui semuanya. Ya memang Jia belum bercerita pada siapapun, karena tidak ada waktu, dia mengetahui semua informasi itu dari istri Brandon, waktu itu saat Jia menerima panggilan asing, ia kira itu panggilan iseng ternyata bukan, yang menelepon adalah istri dari Brandon, dan dia menceritakan itu semua kepada Jia. Waktu itu Jia merasa curiga pada istri Brandon, jadi dia memberikan kartu namanya saat Brandon tidak melihat.

"kamu!" Brandon tersadar langsung bersiap mengambil pistol dari laci meja, "hey tenanglah, mengapa kamu mengeluarkan pistol? apa perkataanku tadi benar?" Jia berbicara dengan santai pada Brandon sambil mencibir dengan sinis.

Jia berjalan mendekat pada Brandon, Brandon membunyikan pelatuknya, "hey santailah tidak perlu menggunakan senjata. Dan juga, ini ilegal, mengapa kamu menyimpan senjata dirumahmu? kamu bisa saja di tahan" Jia berbicara sambil terus melangkah maju "jangan mendekat atau aku tembak" Brandon mengancam Jia, Jia mengangkat kedua tangannya tanda menyerah, dia berhenti di tempat, lalu dengan secepat kilat dia meraih pistol itu dan mengeluarkan pelurunya dari situ.

prak

Terdengar suara benda jatuh, semua orang masih tertegun dengan apa yang Jia lakukan, termasuk Brandon dia sangat terkejut, lalu..

ceklak!

Suara borgol yang nyaring terdengar di kesunyian. Jia sudah memborgol Brandon tanpa sepengetahuannya. "wow" Fengying terpesona dengan Jia.

Pada akhirnya mereka berhasil membawa Brandon ke kantor polisi. "jadi, sebenarnya kita semua tidak berguna disini" Pak Chen berbicara dengan nada yang tidak percaya, "bagaimana kamu tahu itu semua?" Tezza yang juga terpesona dengan kelakuan Jia tadi segera bertanya "benar mengapa kamu bisa tahu?" Fengying juga penasaran "istrinya memberitahuku" Jia menjawab rasa penasaran mereka dengan santai.

Mereka akhirnya menyelesaikan kasus ini, semua tersangka sudah tertangkap, rasa penasaran sudah terjawab, dan mereka sudah mendapat hukuman sesuai dengan konsekuensi yang mereka harus terima.

Anming mendapat hukuman mati dia di eksekusi pada tanggal 3 maret 2019, dan Brandon mendapat hukuman seumur hidup penjara.

"hahh akhirnya kasus ini selesai" Fengying menghela nafas lega, merasa senang karena kasus ini sudah selesai, "kerja bagus kalian semua" Jia juga merasa senang karena akhir akhir ini tidurnya terganggu.

Kini mereka semua sedang kumpul, tim divisi kriminal, dan tim investigasi khusus, mereka sedang beristirahat di akhir pekan.

"mari bersulang untuk Jia pahlawan kita" Fengying berseru sambil mengangkat gelasnya, yang lain ikut mengangkat gelasnya dan bersulang bersama, Jia hanya tertawa melihat mereka.

"Jia, kamu sungguh keren saat menangkap bajingan itu, aku sampai tidk bisa membantu mu saking terkejutnya!" Fengying berbicara dengan nada bersemangat, Fengying ini lebih tua 2 tahun dari Jia, namun kelakuannya seperti lebih muda dari Jia.

Mereka menghabiskan malam itu dengan bahagia.

avataravatar
Next chapter