1 prolog

disclaimer!

I own Nothing, all characters inside belong to MXTX

_______________________________________________

Wei wuxian kehilangan orangtuanya ketika ia berusia 9 tahun.

Ia merupakan putra tunggal dari pasangan Wei Changze dan Changse Shanren yang tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat ketika hendak terbang ke eropa untuk perjalanan bisnis.

Wei Wuxian kecil tak memiliki sanak saudara, ia bahkan tak pernah mengetahui keberadaan keluarga ayah maupun ibunya.

Hampir-hampir ia dikirim ke sebuah panti asuhan sebelum seseorang datang menjemputnya yang masih menangis memeluk abu jenazah ayah dan ibunya.

Jiang Fengmian, sahabat kental ayahnya.

Ia berkata akan menjadi wali Wei Wuxian dan membesarkannya sebagai anaknya.

Jiang Fengmian adalah pria berhati lembut, melihat seorang anak berumur 9 tahun yang menangis memeluk abu jenazah orang tuanya, terlebih itu adalah abu jenazah sahabatnya sendiri, benar-benar membuat hatinya teriris.

"Wei Ying."

Jiang Fengmian menghampiri sikecil Wei Ying. Ia membelai lembut rambut halus anak itu.

Wei Ying kecil, dengan mata polosnya menatap Jiang Fengmian yang tersenyum padanya.

"P-paman siapa?" Suaranya bergetar, isakan kecil masih lolos dari bibir kecilnya.

"Aku teman ayahmu. Mulai hari ini, kau akan tinggal denganku, bagaimana?"

Ini pertamakalinya ia bertemu Jiang Fengmian, namun entah kenapa ia merasa aman ketika melihat senyum lembut pria itu.

"Benarkah? Apa tidak apa-apa?"

"Tentu saja, paman juga memiliki pitra seusiamu, kau akan punya teman disana."

Wei Ying masih sesegukan, namun senyum manisnya mulai terbit. Ia semakin erat memeluk tempat abu jenazah orangtuanya.

.

.

"WEI WUXIAAN!!"

Jiang Cheng berlari mengejar Wei Wuxian yang kabur setelah tidak sengaja menumpahkan cola diatas tugas matematikanya.

"Jiang Cheng, maafkan aku! Aku tidak sengaja!"

Mereka berlarian di koridor yang telah dipadati lalu lalang siswa.

Jiang Cheng yang mengamuk adalah hal mengerikan sekaligus lucu. Ia akan berteriak dan mengejar Wei Wuxian, memiting kepalanya dan menakut-nakutinya dengan anjing.

Lalu, pada akhirnya, ia akan kembali menjadi Jiang Cheng yang judes yang bertingkah seolah aksi 'kejar-kejaran' mereka tak pernah terjadi.

"Akan kupatahkan lehermu!" Jiang Cheng masih mengejar Wei Wuxian, hatinya terasa dongkol ketika hasil kerja kerasnya dihancurkan begitu saja oleh sibodoh Wei Wuxian.

"Jiang Cheng, berhenti mengejarku! Aku lelah!"

Bohong, kenyataannya ia berlari semakin kencang dengan tawa menyebalkan.

"Aku janji akan mengerjakan ulang tugasmu. Deal?"

Jarak mereka sudah terpisah jauh, Jiang Cheng menumpu tangannya di lutut. Sialan, tenaganya hampir terkuras habis.

Wei Wuxian bersidekap, menatap Jiang Cheng dengan menyebalkan. Cengirannya menunjukan bahwa dia tidak merasa lelah sama sekali.

"KERJAKAN SEKARANG!!" Jiang Cheng berteriak marah. Kesal karena kekuatan fisiknya tak sebagus Wei Wuxian.

Wei Wuxian tertawa dan mengangkat tangannya, "baik baik, tapi aku akan mengisi perut dulu."

Ia berjalan mundur, terhibur melihat ekspresi Jiang Cheng yang makin muram.

Duk

"Hmm."

Ia berbalik ketika punggungnya menabrak sesuatu yang keras. "Lan Zhan!" Wei Wuxian terseyum lebar, melambaikan tangannya ceria namun Lan Wangji membalasnya dengan tatapan dinginnya.

"Lima poin."

"Ha?"

"Dasimu."

Kening Wei Wuxian semakin berkerut. "Dasiku?"

Siswa lain yang lewat sudah merasa gemas namun tak berani menginterupsi. Lan Wangji yang super irit bicara dengan Wei Wuxian yang sangat amat tidak peka, benar-benar kombinasi yang buruk.

"Psst, dasimu."

Seseorang dibelakang wangji menunjuk kerah Wei Wuxian. Seketika Wei Wuxian meraba kerahnya sendiri, "a ah , ya ha ha, dasiku" ia tertawa canggung, dihujam tatapan dingin Lan Wangji memang bukan sesuatu yang baik.

"Sepertinya aku melupakannya lagi, ha ha."

"Bersihkan ruangan multimedia saat isirahat."

"APA?!" yang benar saja ia hanya lupa memakai dasi dan Lan Wangji menyuruhnya membersihkan satu ruangan?

"Lan Zhan, aku hanya lupa memakai dasi" ia merengek, meraih lengan Wangji dan menggoyangkannya seperti anak kecil.

Tidak tau saja jika orang-orang disekitarnya tengah menahan gemas. Bahkan Jiang Cheng tidak tahan melihat tingkah imut Wei Wuxian itu.

"Bersihkan Lapangan outdoor."

Wei Wuxian melepas lengan Wangji kemudian tersenyum lebar, "Baiklah, multimedia."

Lan Wangji memang raja tega. Hukumannya tidak main-main. Berurusan dengannya memang bukan hal yang bagus.

Tapi...

Wei Wuxian tak pernah kapok mencari masalah dengannya.

To be continue.

avataravatar
Next chapter