23 22. Four Seasons in London

Setahun kemudian...

Malam ini Anne tak bisa tidur. Banyak pikiran yang ada di kepalanya. Ya, besok dia akan bertolak ke London untuk mengejar mimpinya sebagai fotografer profesional. Anne meraih full scholarship untuk studynya. Dia diterima di jurusan fotografi salah satu Universitas Bergengsi di London. Sebuah perjuangan yang tak mudah.

Dalam sebulan terakhir dia fokus belajar supaya ia dapat lolos test yang diberikan. Dan keberuntungan berpihak pada Anne. Semua berkas keberangkatan dan izin tinggal disana juga sudah beres. Dan musim panas kali ini dia akan lewati di London. Dua koper dia akan bawa dari Jakarta. Satu untuk makanan yang ia akan bawa dan satu lagi untuk pakaian disana. Untuk pertama kalinya dia akan berkuliah di luar negeri jauh dari Indonesia, jauh dari Papa dan adiknya Jason.

"Aku harus tidur sekarang." Ucap Anne sembari berbaring di tempat tidurnya.

Berat rasanya meninggalkan Jakarta. Dia akan berpisah kembali dengan Papa dan Jason. Tapi Anne sedikit lega karena Kelly juga akan berkuliah di London juga. Sedangkan Lea akan berkuliah di Jepang. Dan Jojo.... entahlah Anne juga sendiri tak tahu dia dimana sekarang. Anne lost contact dengannya semenjak dia pindah waktu SMA.

Keesokan harinya...

Anne sudah tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Dua koper sudah masuk dalam bagasi pesawat, tampak dia sedang menunggu untuk boarding. Boarding pass dan passport ada di genggaman tangannya. Suasana Bandara pagi itu sangat ramai. Penumpang pun tampak sibuk di kursinya masing-masing. Mulai dari bermain smartphone, membaca buku atau makan makanan yang dibawanya pagi itu.

"Halo, Pa..." jawab Anne sembari menjawab telepon dari Papanya.

"Anne..kamu sudah dimana..Maaf Papa tidak bisa mengantarkanmu tadi." Ucap Papanya yang sejak tadi pagi harus mengurus beberapa pekerjaan kantor.

"Iya, Pa...tidak apa-apa.. Anne ngerti kok. Anne sudah di bandara." Ucap Anne mengerti.

"Anne. Hati-hati yaa..." ucap Papanya hangat.

"Iya..Pa... Anne berangkat dulu yaa.." ucap Anne sembari menutup teleponnya.

Anne pun segera menuju pesawatnya. Perjalanan dari Jakarta menuju London memakan waktu lima belas jam. Dan ia harus lewati seorang diri. Karena Kelly sudah berangkat duluan seminggu lalu.

Musim panas London sudah menyambut Anne saat dia sampai di Bandara London Heathrow. Setelah melalui check imigrasi, akhirnya dia menginjakkan kaki pertama kali di London. Hal ini seperti dejavu buatnya. Mengingatkannya sewaktu pertama kali pindah ke Malang.

Anne pun segera mencari taksi untuk mengantarkannya ke flat apartemen yang dia sewa. London tampak megah dengan gaya arsitektur bangunan yang classic dan elegan. Sesuatu yang baru bagi Anne. Tampaknya dia harus meluangkan waktunya nanti untuk berjalanan menikmati pemandangan Kota London.

Karena keasyikan memandangi jalanan saat dia di taksi, tak terasa Anne telah sampai di depan Apartementnya. Apartement Anne berada di lantai tiga No. 315. Apartemen Anne cukup luas dengan satu kamar utama, satu ruang tamu, satu dapur dan satu kamar mandi.

Dan yang membuat takjub Anne adalah pemandangan jendela kaca ruang tamu Anne, keindahan Sungai Thames, London Bridge dan London Eye yang bisa dilihat dari kejauhan. Hari itu, meskipun sangat lelah dan jetlag, Anne merasa terhibur dengan melihat pemandangan di depan jendela ruang tamunya.

Setelah puas menikmati pemandangan, Anne kembali menuju kamarnya. Satu per satu koper pun dibuka. Yang paling pertama dia akan pajang di meja belajar kamarnya adalah foto keluarga, Anne, Papa dan adiknya Jason. Foto keluarga yang diambil saat Anne meraih kelulusan SMAnya.

Sedangkan yang kedua adalah foto berempat Anne, Kelly, Lea, dan Jojo saat mereka berempat berwisata di Paralayang Batu. Dengan latar belakang paralayang dan hijaunya pemandangan menambah daya tarik siapapun yang melihat foto ini.

Anne pun meraih smartphone dalam tas kecil yang dia bawa and menekan salah satu nomer yang ada di contact hpnya.

"Halo...Papa...Anne sudah sampai London." Ucap Anne semangat.

"Gimana perjalanannya tadi? Lelah ga..?" ucap Papanya sedikit khawatir.

"Lelah sih Pa... tapi lancar kok tadi. " ucap Anne menenangkan Papanya.

"Syukurlah kalau begitu, gimana apartementnya suka nggka?" ucap Papanya bertanya.

"Apartementnya keren banget, Pa..makasih ya, pa..sudah milihin apartement dengan sewa dan fasilitas yang okay." Ucap Anne yang puas dengan apartementnya.

"iya, sama-sama sayang..Maaf, Ne.. Papa mau ngaku satu hal. Papa sebenarnya udah membelinya. Kalau Papa bilang dari awal, pasti kamu tak akan menempatinya dan memilih dorm. Papa hanya ingin kamu mendapatkan yang terbaik." Ucap Papanya jujur.

"Papa...maafin Anne juga ya..Papa sudah berusaha yang terbaik buat Anne dan Jason. Anne akan menerima apartementnya. Indah sekali. Anne suka." Ucap Anne menghibur Papanya.

"Syukurlah kalau kamu suka. kamu hati-hati ya Nak..jaga diri baik-baik. Kalau ada apa-apa segera hubungi Papa." Pesan Papanya hangat.

"Iya Papa..Anne mengerti." Ucap Anne sembari menutup teleponnya.

Jam tangan Anne menunjukkan pukul dua belas siang waktu London. Tak terasa sudah tujuh jam sejak dia meninjakkan kakinya di London. Dan ditambah dengan ketiduran tiga jam di kamarnya. Perut Anne pun tiba-tiba berbunyi. Ternyata Anne belum makan sejak turun dari pesawat. Anne pun memutuskan untuk pergi menuju café terdekat dari Apartementnya.

Tak jauh seratus meter dari apartement Anne, ada Café Bon Apetit yang artinya selamat makan. Café ini menyajikan menu makanan cepat saji dan harganya terjangkau. Anne pun memesan french toast dan Ice Milk tea untuk makan siangnya. Anne membawa sebuah notes untuk menulis list belanja baik perabot dapur untuk memasak dan bahan makanan yang akan dia beli nanti sehabis menyantap makan siang.

"Mmmm...Yummy.. ini bener-bener ga kayak dengan yang aku beli di Jakarta. Ini super enak." Gumam Anne sendirian saat menyantap french toast yang ada di hadapannya. Walaupun siang itu dia sendirian, Anne tampaknya sudah terbiasa dan begitu menikmati makan siangnya saat itu.

Setelah puas menikmati makan siang, Anne memilih berjalan untuk mencari toserba terdekat. Tidak jauh dari café tempat dia makan, ada sebuah toko besar yang melayani peralatan kebutuhan rumah tangga, D'House.

Toko ini menjual berbagai peralatan rumah tangga seperti alat dapur, pembersih, peralatan mandi, bahkan lemari serta peralatan elektronik lengkap tersedia disana. Kali ini Anne ingin membeli beberapa panci, peralatan makan, dan mandi, rice cooker dan penggorengan. Karena di dapurnya hanya ada kompor untuknya memasak.

Anne pun kembali ke Apartementnya untuk menaruh barang belanjaan dari D'House terlebih dahulu karena terlalu banyak barang yang dibelinya. Kemudian melanjutkan kembali perjalanannya untuk membeli makan makanan. Malam nanti dia akan masak di apartementnya. Ada supermarket cukup lengkap tepat di depan bangunan Apartement Anne yang bernama London Grocery.

Salah satu supermarket terbesar di London yang menjual berbagai makan makanan segar maupun kering. Anne pun sudah menyiapkan catatan mengenai bahan makanan yang akan dibelinya saat itu. Kali ini dia akan membuat pasta. Anne pun mengambil satu bungkus bahan spaghetti serta bolognise sauce disana.

Tak lupa dia juga membeli beberapa sayuran segar seperti broccoli, jamur dan paprika sebagai hiasan. Saatnya memulai memasak. Setelah mencuci tangan, Anne pun mulai menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasak. Anne pun mulai memotong-motong sayuran dan mulai memasak spaghetti. Ia kembali teringat saat Anne bersekolah di Malang, ia sering sekali masak bareng kakak kostnya.

"Seandainya ada kakak-kakak kost pasti seru banget." Gumam Anne sendirian.

Tiga puluh menit kemudian, masakan Anne sudah siap untuk dihidangkan. Tak lupa dia memotret makanan pertamanya di London dan membagikannya pada dua kakak kostnya dulu, Kak Amel dan Kak Suci.

Dan beberapa menit kemudian, ada balasan pesan dari Kak Amel dan Kak Suci secara bergantian.

Waah jadi kangen waktu kita di kost bareng dulu. Miss U, Ne...

-Kak Suci-

Congrats yaa.. London gimana sih. Bagus ga. Jadi malah kangen tempe goreng dan sambal terasi bikinan kamu, Ne.. kangen..

-Kak Amel-

"Anne juga kangen kalian Kak..." gumam Anne sendirian sambil membalas pesan kedua kakak kostnya.

Balasan dari kedua kakak kostnya ini membuat Anne tersenyum senang. Sudah lama rasanya dia berpisah dan tak bertemu dengan Kak Amel dan Kak Suci. Terakhir, saat dia ada di pesta perpisahan dan kelulusan SMA Victory. Karena setelah itu, Anne harus segera kembali ke Jakarta untuk mengurus beasiswanya ke London. Dan akhirnya setelah beberapa bulan hattrick urusan sekolah, dia dapat berbicara kembali dengan dua kakak kost kesayangannya.

Anne pun melanjutkan menyantap makanan buatannya. Besok dia akan memulai lembar barunya di London. Sebagai Mahasiswi di salah satu Universitas ternama di London. Pikiran Anne pun melayang malam itu. Dia sudah tidak sabar untuk berkuliah disana, tetapi juga dia merasa kesepian sendirian di Apartemennya.

♥♥♥

Keesokan harinya....

Pagi ini Anne akan melihat-lihat ke kampusnya. Karena jadwal perkuliahan akan mulai minggu depan. Anne juga akan akan mampir beberapa peralatan rumah tangga yang belum sempat dibelinya kemarin.

Kampus Anne terletak di pusat kota sehingga transportasinya dapat dijangkau dengan mudah. Anne hanya perlu naik metro dan turun di dua stasiun dari apartemennya. Suasana Stasiun London pagi itu tampak ramai karena banyak warga London yang berangkat kerja.

Musim panas di London tak jauh berbeda dengan Indonesia. Pohon-pohon Oak nampak berjajar dengan rindang di sepanjang jalanan London. Beberapa mahasiswa pun telah datang ke kampus, walau hanya sekedar melihat jadwal perkuliahan atau belajar di perpustakaan. Semua tampak memakai pakaian yang nyaman dipakai namun tetap rapi.

Anne pun mencoba menuju kelas perkuliahan yang gedungnya terletak di sebelah kanan perpustakaan. Saat dia memasuki gedung fakultas broadcast and journalism jurusan fotografi itu dari belakang Anne terlihat ada seseorang yang juga hendak memasuki gedung dengan tergesa-gesa.

"Sorry...sorry...." ucap seorang lelaki berambut panjang sebahu dan berambut hitam kecokelatan dengan rompi vest dan celana panjang serta sepatu van touvel yang mengkilat seperti orang kantoran.

"Oh...it's okay.." Ucap Anne mempersilahkannya duluan.

Anne pun tak mengamati wajah dari seorang pamuda yang menerobosnya duluan. Sampai dia menyadari orang yang dibicarakannya telah pergi beberapa menit yang lalu.

"Harusnya aku tadi tanya ruangan sama masnya tadi." Ucap Anne sendirian.

Anne kemudian lanjut memasuki gedung fotografi dan berjalan melihat-lihat mulai dari ruangan lantai pertama. Lantai pertama terdiri dari kelas perkuliahan jurusan teater dan ruang dosen fakultas. Sedangkan lantai dua terdiri dari kelas perkuliahan jurusan broadcasting dan studio foto. Aula yang luas untuk mengadakan perkumpulan atau rapat besar ada di lantai tiga.

Untuk ruangan lantai empat berisi klub kegiatan mahasiswa seperti kelompok menyanyi, fotografer, melukis, basket, karate, taek kwon do, rap, dance dan bermacam-macam klub kegiatan lainnya. Dan dilantai lima merupakan kelas jurusan fotografi. Di lantai enam merupakan kelas jurusan perfilman. Dan paling atas adalah lantai tujuh yang merupakan kelas jurusan journalism.

Setelah melihat map campus di lantai pertama, Anne menuju kelasnya di lantai lima. Tampak belum banyak mahasiswa yang datang untuk belajar. Jadwal Anne sendiri akan mulai minggu depan. Setelah puas berkeliling di lantai lima, Anne kemudian menuju lantai empat yang merupakan klub kegiatan mahasiswa. Disana raut muka Anne terlihat kaget melihat pemuda tadi yang dia temui saat di pintu gedung fakultas di bawah.

"Apakah kamu mau gabung klub fotografi" ucap Pemuda itu sembari menyerahkan selembar pamflet selebaran berisi klub fotografi kampus Anne bernama De Pose.

"Oh..tidak..saya masih baru berada disini. " ucap Anne menolak ajakan pemuda itu. Dia tak bisa langsung menerima ajakan seseorang yang belum dikenalnya.

"Oh begitu rupanya. Jika kamu tertarik untuk gabung. Silahkan datang di ruangan kami yang ada di ujung sana ya." Seru Kakak tersebut sembari menuju ruangan yang dia tunjuk.

"Terima kasih atas ajakannya." Ucap Anne sopan.

"Sama-sama. Saya pergi dulu." Ucap lelaki tersebut sembari berlalu pergi.

Setelah selesai melihat-lihat kampusnya, Anne pun kembali menuju Apartementnya. Namun dia akan mampir dulu ke D'House untuk membeli peralatan mandi dan pernak-pernik hiasan untuk kamar tidurnya. Rupanya Anne tertarik dengan desain interior saat melihat berbagai furniture dan wallpaper ia temukan saat berbelanja di D'House.

Setelah kembali ke apartemennya, Anne mulai menghias seisi apartementnya. Satu per satu ruangan dia design agar terlihat nyaman saat digunakan. Senyum sumringah mengutas di wajah Anne. Ada perasaan senang saat ia telah selesai menata apartementnya siang itu.

♥♥♥

Dua minggu telah berlalu sejak Anne memulai perkuliahannya. Anne pun telah memiliki banyak teman dari berbagai belahan dunia yang berkuliah disana. Mahasiswa dari Indonesia di kampus ini, hanya ada tiga orang yaitu Anne, Kelly dan Dea. Anne pun telah berkenalan dengan Dea yang juga merupakan roommate Kelly seminggu yang lalu.

Hari ini dia bangun pagi seperti biasa. Karena perkuliahan akan dimulai pukul sepuluh pagi. Untuk kali ini dia tak kuliah di lantai lima, melainkan di Aula lantai tiga. Hari ini akan ada kuliah bersama satu fakultas.

"Denise...kau sudah datang?" ucap Alice, teman satu jurusan Anne yang berasal dari Paris.

"Hai Alice... aku barusan sampai." Ucap Anne sembari duduk di sebelah Alice.

"Hari ini sepertinya bakal ramai banget." Ucap Alice semangat.

"Oh yaa? Kenapa memangnya?" ucap Anne penasaran.

"Kau tidak tahu? Ada Kakak Senior favorit satu fakultas yang juga ikut gabung kelas kuliah ini. Kak Jake. Dia merupakan anak kelas Fotografi setahun diatas kita. Tapi udah terkenal banget karena selain kuliah di jurusan fotografi, dia merupakan penyanyi terkenal di Inggris." seru Alice tak percaya Anne ketinggalan berita.

"Waah..i'm sorry..aku benar-benar tidak tahu. Dua minggu ini aku fokus menyelesaikan tugas kuliah dan aku saja belum memilih klub kegiatan mahasiswa mana yang akan aku ikuti.

"Oh gitu..pantesan kalau kamu ga tahu. Eh tapi beneran, Kak Jake ini popular banget. Dia udah merilis tiga album dan semuanya laris best seller lho. Naah itu dia orangnya tiba.", ucap Alice sembari menunjuk seorang pria tinggi dengan rambut agak gondrong dan terurai sebahu.

"Seperti kakak ini familiar banget. Ini bukannya kakak yang dua minggu lalu memberinya brosur klub mahasiswa." Ucap Anne sendirian.

"Hey Denise.. kamu bilang apa?" tanya Alice tak mendengar temannya yang sedang berbicara pelan.

"Itu kakak yang aku temui dua minggu lalu." Lanjut Anne pada Alice.

"Kamu menemuinya?" ucap Alice kaget.

"Well, lebih tepatnya sih kakak itu menghampiriku dan mengajak gabung dalam klub fotografi." Balas Anne menceritakan kejadian sebenarnya.

"Waah kau beruntung sekali. Terus kamu udah gabung klubnya?" tanya Alice penasaran.

"Belum. Aku masih ragu memilih." Ucap Anne sembari menggelengkan kepalanya.

♥♥♥

avataravatar
Next chapter