1 How It All Started.

Kenalin, nama gue Kimberly Hepbrun Kennedy. Lahir dari keluarga Kennedy yang kaya raya, salah satu dari 3 keluarga paling berkuasa di kota ini. Just as you expected, named Hepbrun karena mama gue obsessed sama Tiffany Hepburn.

No need to describe anything, because apparently kalian pasti hapal dengan kalimat cliche tentang cantik, pintar bla and the bla and the bla. Mungkin yang harus gue jelaskan disini adalah kekurangan gue yang luar biasa sehingga menutupi seluruh kelebihan gue dimata dia.

Pertama, gue manja. Gak usah dijelasin juga kalian pada ngerti kenapa gue bisa jadi begini. Lahir sebagai seorang Kennedy dengan 2 kakak laki-laki dan sepasang orang tua yang kepingin banget anak perempuan.

Kedua, gue scheming. Apapun yang gue mau, bakal gue usahain sampe dapet. Why? because I can. Gue tau apa yang gue mau dan cara untuk mendapatkannya. Sometimes is not that bad either, tapi yah gak bagus juga.

Gak ada yang ketiga karena dua point ini sudah cukup membuat image gue hancur dimata cowok yang gue suka.

Dixon Aksa Ramiro, satu satunya putra dari keluarga Ramiro. All that good stuff in one, ciri-ciri pria yang bakal muncul hanya seribu tahun sekali. Kita udah sahabatan dari dulu karena keluarga kita cukup dekat.

And I've been in love since... long long time ago.

Semuanya berjalan normal, Gue, Dixon dan sahabat Dixon yang ngebelin. Gak, gue gak bakal mengakui Kenzo sebagai sahabat gue, walau secara kasat mata ya dia termasuk dalam kategori.

There is no way he can be compared to Dixon, kecuali power his family hold. Physically he looks above average, singkatnya dia ganteng. Dengan shades slightly darker than Dixon dia terlihat lebih maskulin daripada Dixon.

However.... Ya ampun ya, gak bisa diem kaya monyet. I don't understand why he love to bother and annoyed me so much! Dulu, kalo gue belum nangis dia gak bakal berenti gangguin gue. Senyebelin itu!

Pokoknya musuh bebuyutan gue dari dulu ya si Kenzo!

Keterbalikan dari semua good trait yang dimiliki Dixon, Kenzo itu... ancur.

Nakal? absouletly. Males? gak usah diomong lagi. Lebih sering bolos dari pada masuk? iya dia tipe manusia begitu. Kalo gak kaya mungkin udah lama dia drop out dan memulai karir menjadi tukang ojek. Dengan hobinya balapan mobil dan motor, itu sudah profesi yang paling tepat buat Kenzo.

Stop talking about that bad monkey, ada Dixon lagi duduk di depan gue, ngapain juga gue mikirin si Kenzo. However, why the hell he keep stealing glance at the scholarship winner student.

Wait, something is different from that girl. When the hell she turns into a beautiful swam?

Noleh bolak-balik antara Dixon dan cewek cupu itu, I know something bad just happen to my life.

****

Adriana Agatha, salah satu dari tiga anak yang mendapatkan beasiswa dari SMA Harapan, disponsori oleh keluarga Anderson. Mungkin ini adalah salah satu kebaikan dari seribu kuburukan Kenzo. Karena sadar anaknya bakal selalu terancam drop out, ada banyak sposor dan uang yang keluarga Anderson keluarkan supaya Kenzo gak drop out.

Adriana Agatha satu satunya anak peremuan yang berhasil mendapatkan beasiswa tersebut. Awal kemunculan Adriana, dia bagaikan hantu yang tidak terditeksi oleh siapapun. Rambut hitam lurus, muka standart, kacamata tebal dan selalu menunduk saat berjalan.

Gue bahkan gak inget impression gue saat melihat dia pertama kali.

But now that I look at her now, she change her entire style. Hate to admit but she look pretty now. Bukan mukanya yang berubah drastis, tetapi sesuatu dari auranya yang berbeda. Gue bisa merasakan aura percaya diri dari seorang cewek cupu yang selalu nunduk waktu jalan.

I really want to congrats her for her new change, really, kalo Dixon gak noleh setiap 2 menit sekali ke dia! What with that blushing face?

Darah gue serasa mendidih, tanpa gue sadari, tangan gue mengepal sempurna. Mungkin Shanen, teman sebangku gue juga sadar. Setengah berbisik, Shanen mendekatkan kepalanya. "Mereka udah begitu waktu lo absen 2 hari yang lalu."

Gue noleh untuk mengumpulkan infromasi lebih dari Shanen. What the hell happen why I was away? Shanen melirik kearah guru yang sedang menjelaskan pelajaran didepan kelas. Berjaga-jaga supaya gak ketauan guru, Shanen menunduk sambil menceritakan apa yang terjadi.

"When you are away, tiba-tiba aja si Adriana ganti gaya, kind of glow up. Awalnya sih gak ada yang notice sampe dia masuk kelas barengan Dixon. You know that Dixon is very hard to befriend with, but somehow they eat lunch together!"

Tanpa sadar, gue mendobrak meja, ngejutin satu kelas dan guru yang lagi jelasin pelajaran didepan. Ibu Surti mengerinyitkan dahinya sebelum meletakan kedua tangannya di pinggang. Deng ekspresi marah dia melotot ke gue.

Well, gak cuman ibu surti sih yang melotot, Dixon yang duduk didepan gue juga ikut melotot keheranan. Gue menundukan kepala, bersiap-siap atas vonis yang akan dijatuhkan sama bu Surti. "Tunggu apa lagi? keluar sana!"

Menelan ludah, gue menatap ibu Surti dengan tatapan memelas. Tapi emang nasib apes gue ketemu sama guru killer, akhirnya mau gak mau gue keluar juga dari kelas.

Di sekolah ini, ada satu kelas khusus untuk murid-murid yang dihukum atau dikeluarkan dari kelas. Semacam detention class. Males-malesan gue jalan ke kelas yang berada diujung koridor sebelum akhirnya sampe.

Yaudah lah ya, hikmah dari semua ini adalah dia dapet waktu kosong buat memikirkan cara supaya Dixon menjauh dari Adriana. Walaupun tidak merasa terancam, tetep aja ini keadaan yang cukup genting.

Gila ya, seorang Dixon Aksa Romiro, the straight A student, Mr. Perfect of the century, gak fokus waktu belajar. Lebih parahnya dia hilang fokus karena cewek, and that girl is not her!

Problem? absolutely.

But talking about problem, there is a bigger problem that I should face now. Membuka pintu dari kelas hukuman, ada pemandangan yang menistakan mata gue!

"KENZO!!!!" Sontak gue teriak pas gue liat dia lagi pelukan dan hampir ciuman sama adik kelas. Mata gue membulat sempurna, otomatis tutup gue dengan kedua tangan.

avataravatar
Next chapter