1 P r o l o g

Di penghujung musim dingin malam itu, aku bertemu dengannya. Seorang gadis yang duduk termenung di jendela kamar sambil menatap langit. Terlihat begitu tenang tetapi juga menyedihkan, seolah-olah dia adalah malaikat dengan sepasang sayap patah, yang tidak bisa pulang lagi ke surga.

Gaun putih panjangnya melambai serasi bersama tirai jendela, tertiup angin yang menusukku hingga ke tulang. Normalnya ketika melihat orang asing muncul tiba-tiba di kamarmu, kamu harusnya berteriak. Namun, aku malah bergeming. Berdiri memegang knob pintu yang baru saja kubuka. Menatap sosoknya yang seperti berasal dari dunia lain.

Cantik. Dia sangat cantik.

"Kenapa kamu tidak mengusirku?"

Bahkan suaranya benar-benar merdu. Mengingatkanku pada debur ombak yang dengan lembut menyapu butiran pasir di pantai. Aku mendeham. Berusaha keluar dari pesona seorang gadis asing yang kini masih juga enggan mengalihkan pandangnya.

"Entahlah. Aku juga belum tahu."

Sesaat kuperhatikan kelopak matanya tidak lagi layu. Dan akhirnya, dia mau menatapku. Demi Tuhan, detik itu juga jantungku berdebar lebih cepat. Napasku tertahan di tenggorokan. Rambutnya yang sekelam malam membelai wajah putih bagai boneka. Bibirnya merah muda. Jika dia bukan malaikat, makhluk apa lagi yang sanggup menggambarkan kerupawannya?

"Kamu ... bisa melihatku?"

avataravatar