webnovel

Bunuh diri

Seseorang perempuan berumur dua puluh tiga tahun berdiri di atas atap rumah sakit, semua orang berteriak dari bawah memintanya untuk tidak melompat. Bisa-bisa nyawanya yang akan melayang, bukannya mendengar orang yang terus berteriak tapi ia semakin nekat untuk melompat dari rumah sakit.

Genangan air mata membuat ia tidak takut jika harus mati, ia memang tidak ingin hidup lagi. Bahkan ia selalu berpikir tidak ada yang akan peduli dengan dirinya.

"Ibu, ayah, aku akan menyusul kalian?"

"Aaaa....!"

Semua orang berteriak, melihat kenekatan perempuan tersebut. Namun seseorang memegang tangannya, tubuhnya sudah terjun ke bawah tapi seseorang memegang tangannya dari atas.

Seseorang mencoba menarik tangan gadis tersebut sampai ia kembali ke atas atap rumah sakit.

"Lepaskan aku, kenapa kau selamatkan aku? Biarkan aku menyusul ibuku," gadis dengan wajah pucat itu menangis pilu, Mikail diam menatap perempuan yang tidak ia kenal tapi hatinya tersentuh untuk menolong wanita tersebut.

"Bunuh diri adalah dosa besar, Allah sangat membenci orang-orang yang bunuh diri," Mikail memperingati gadis tersebut.

Gadis tersebut menyeringai tipis dengan mata menatap tajam ke arahnya.

"Tuhan tidak adil terhadap ku, ia membiarkan aku hidup seperti ini. Dimana Tuhan saat aku di lecehkan oleh orang-orang yang tidak pernah bertanggung jawab," Tangis pilu membuat Mikail tersentuh, ia melihat ada kerapuhan di dalam diri gadis tersebut.

"Tuhan bukan tidak adil, kamu yang jauh darinya," kata Mikail datar menatap perempuan dengan pakaian rumah sakit.

Mama Bella berjalan ke arahnya, ia memagang pundak itu lalu ikut berlutut di sampingnya. Wanita 45 tahun itu masih kelihatan cantik dengan balutan hijab, Mikail dan Mamanya ingin menjenguk seseorang yang juga berada di rumah tapi karena melihat ada perempuan yang ingin bunuh diri. Dia langsung berlari untuk menolongnya.

"Kamu ikut kami pulang saja? apa kamu mau," kata Mama Bella.

Ya, perempuan itu bernama Lunara. Perempuan yang tinggal sebatang kara.

Awalnya kehidupan Lunara baik-baik saja, ia sangat bahagia tinggal bersama ayah dan ibunya, tapi takdir berkata lain, ayahnya meninggal dunia jatuh sakit dan meninggal.

setelah ayahnya meninggal membuat kehidupannya berubah 180 derajat. Ibunya menikah lagi dengan lelaki yang tidak di sukai Lunara, namun demi ibunya Lunara membiarkan ibunya menikah.

Dua tahun menikah, ibunya meninggal dunia karena serangan jantung. Bapak tirinya semakin leluasa untuk melecehkan Lunara yang hanya tinggal berdua di rumah.

Hingga suatu hari dia mencoba melarikan diri, ia bersembunyi di dalam truck di saat ayahnya mengejarnya.

"Lunara, tunggu! Kamu jangan pergi," teriak Ayah tirinya sepanjang perjalanan, mencoba untuk menghentikan Lunara yang terus berlari tanpa alas kaki.

Namun teriakannya tak di gubris oleh Lunara, semua orang hanya melihat tanpa mau bertanya karena mereka sangat takut dengan ayah tiri Lunara sebagai preman di kampung mereka.

"Lunara...! Hei jangan pergi kamu," Teriak ayah tirinya Lunara saat melihatnya menaiki truck, ia bersembunyi di bawah kertas yang menutupi kardus. Karena lelah berlari, ia tertidur di dalam truck yang tidak ia tahu kemana ia di bawa.

Mentari pagi kembali bersinar, ia terbangun saat cahaya matahari masuk ke dalam bola matanya. Ia menguap lalu melihat sekelilingnya lalu turun dari truck yang ia tumpangi semalam.

"Dimana aku sekarang?" Gumam Lunara sendiri, ia tidak tahu dimana ia sekarang. Hanya dia tahu jauh dari tempat ia tinggal, tempat terkutuk yang sudah menghancurkan masa depannya.

Ia berjalan mencari tempat berteduh, perutnya terasa lapar karena semalam ia tidak makan.

"Pak ini dimana ya?" Kata Lunara pada seseorang lelaki tua. Walaupun sebenarnya ia takut tapi ia tidak mau di anggap orang gila.

"Di Jakarta, Neng?" Kata lelaki tersebut.

"Hah, Jakarta! Aku sampai kesini," kata Lunara, ia tidak tahu jalan mana yang harus di lewati. Tidak ada sanak atau saudara yang dia kenal, ia berjalan ingin menyebrang jalan karena tidak melihat mobil melintas, mobil pun menabraknya dengan keras hingga terpental ke depan.

Brukk...

Lunara terpental ke depan, darah keluar dari kepalanya dan jatuh tak sadarkan diri, ia langsung di bawa ke rumah sakit oleh orang yang menabraknya.

"Tapi Ma, kita....!"

"Sudah, biarkan dia ikut bersama kita pulang,"

Mama Bella menepuk bahu Luna sehingga membuatnya terkejut, ia menatap datar ke arah Mikail.

"Mama, kita tidak kenal dengan dia," kata Mikail kembali, ia merasa kesal karena Lunara akan ikut bersama mereka.

"Mama yakin, dia perempuan baik-baik. Hanya saja mentalnya sedikit terganggu sehingga dia bersikap konyol," kata Mama Bella menatap Lunara yang sedang menatap kosong.

"Nak, kamu ikut kami ya? Kamu gak sudah takut, kami bukan orang jahat," kata Mama Bella menyentuh pipi Lunara, Lunara yang sedang menatap ke depan menoleh ke arah Mama Bella, ia merasa nyaman saat ia berbicara dengan Mama Bella.

Tapi jika dia ada disini maka suatu saat ayah tirinya akan menemukan dia kembali, ia harus mencari kehidupannya kembali di tempat yang berbeda.

Lunara menganguk sebagi jawaban, ia tidak banyak bicara. Mikail terpaksa menemui dokter untuk membawa ikut Lunara bersamanya.

"Temui Om mu di ruangannya," kata Mama Bella.

Ya, rumah sakit Sentosa adalah milik keluarga Hardi jaya Diningrat, Om Pras sebagai direktur utama menampung pasien yang tidak mempunyai keluarga dan tidak meminta biaya sedikit pun.

Mikail berjalan ke ruangan Om Pras, melewati koridor sakit lalu berbelok kanan menuju ruangan Om Pras.

Ceklek....

Mikail membuka pintu, ia melihat Om Prass masih dengan data pasien di atas mejanya.

"Loe, kamu belum pulang?" Tanya Om Pras melihat keponakannya masih berada di rumah sakit.

"Belum, aku kesini mau bilang kalau pasien yang hampir bunuh diri itu akan ikut pulang bersama kami Om," kata Mikail datar.

Om Pras mengernyitkan keningnya lalu menatap Mikail dengan lekat, ia membuka kaca matanya.

"Maksud Lunara, kamu yakin akan membawa dia pulang bersama kalian." tanya Om pras meyakinkan Mikail.

"Maksud Om bagaimana ya?" tanya Om Prass.

"Sepertinya Lunara terkenan tekana mental, sudah beberapa kali ia mencoba untuk membunuh diri. Sepertinya ada masa lalu yang membuat ia seperti ini, sepertinya kak Bella bisa membantu untuk menyembuhkannya," kata Om Pras setelah menganalisa tentang Lunara.

Mikail hanya diam lalu menatap Omnya kembali.

"Bukankah kak Bella seorang dokter spikolog, beliau pasti bisa membantu penyembuhan Lunara. Dia gadis cantik," kata Om Prass menyunggingkan senyum ke arah Mikail.

"Baiklah,aku akan tanyakan sama Mama nantinya," kata Mikail keluar setelah mendengarkan itu semua, ia kembali berjalan menuju atap rumah sakit karena meninggalkan mamanya bersam Lunara berada disana.