13 Ch. 11 : 40329 MINUTES

Kini aku, mama, nenek, tante Rania, Elina, Om Kevin dan papa sudah berkumpul diruang tamu. Suasana mencekam mendera, tak satu pun orang yang sepertinya ingin memulai pembicaraan. Terlalu fokus dengan pikiran masing-masing.

Sampai pada akhirnya papa berdehem pelan. Tanda ingin menyudahi kecanggungan ini.

Papa menatap ke arahku. "Alesya, apa tujuan kamu mengumpulkan kita semua disini? Jika ingin membahas yang kita debatkan kemarin dan kamu tidak punya bukti yang kuat, jangan harap untuk kamu bisa tetap tinggal dirumah ini lagi. Saya akan kirim kamu kembali ke Jerman dan saya tidak akan peduli sama apapun tujuan kepulangan kamu kesini" Aku sempat tertegun mendengar pernyataan papa.

"Papa tenang aja, aku punya bukti yang kuat kok untuk membuktikan semua kejadian delapan tahun yang lalu" Aku menatap wajah nenek, tante Rania dan om Kevin yang sudah sedikit pucat.

"Memangnya kamu punya bukti apa Ale?" Tante Rania mulai bersuara, aku tahu tujuannya agar dapat memojokkanku dan menarik simpati papa.

Aku beranjak menuju kamar untuk mengambil bukti tanpa menggubris perkataan Tante Rania.

Aku menyimpan semua berkas yang merupakan bukti dari kejadian delapan tahun yang lalu dihadapan papa.

"Itu pasti bukti bohongan. Zaman sekarang apapun bisa dimanupulasi" om Kevin berujar.

Aku melihat papa mengepalkan tangannya. Matanya menatap om Kevin dengan nyalang. "Jelaskan!" Serunya dingin.

"Aku gak tau apa-apa kak." Papa memukul wajah om Kevin dengan keras dan meringis melihat itu.

"Bram!" Nenek berseru marah. "Apa-apaan kamu, pukul Kevin gitu aja. Kevin itu gak salah apa-apa. Kamu tahu sendiri kalo Kevin difitnah sama Yahya."

Papa menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya pelan. "Tapi dokumen-dokumen ini benar ma."

"Bukti yang Alesya berikan itu benar." Lanjut papa pelan.

"Kak, bisa aja dokumennya palsu tapi dibuat sesuai aslinya menjadi seakan-akan benar." Tante Rania ikut membela diri.

"Benar apa yang dikatakan Rania ka. Justru dokumen yang aku berikan yang asli." Papa menggelengkan kepala.

"Faktanya dokumen yang kamu berikan adalah dokumen palsu. Dan saya tidak sebodoh itu untuk langsung percaya sama orang seperti kamu walaupun kamu adik ipar saya." Seru papa sambil berteriak marah.

"Saya sudah buktikan keaslian dokumen yang kamu berikan. Bahkan saya tahu ini sejak delapan tahun yang lalu. Tahu kenapa saya diam aja? Tahu?" Papa bertanya pada om Kevin.

"Karena saya ingin lihat sejauh mana usaha kamu, Rania dan Mama untuk ambil harta dan kekuasaan yang saya punya." Papa menepuk tangan sebanyak dua kali. Lalu munculah tante Rani dari arah pintu utama.

Ketika aku dan tante Rani ingin memasuki rumah setelah pulang dari rumah Fahmi, aku dan tante Rani bertemu papa di halaman depan. Papa meminta untuk berbicara dengan tante Rani berdua saja, aku sendiri tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Karena tujuanku adalah membongkar rahasia delapan tahun yang lalu maka aku masuk kerumah dan mengumpulkan semua orang.

Wajah Tante Rania, Nenek dan Om Kevin terlihat semakin pucat. "Dan saya punya saksi atas kelakuan bejat kalian."

"Sekarang, pergi dari hidup saya dan kembali disaat kalian sudah menyesali apa yang sudah kalian lakukan." Nenek, tante Rania, om Kevin dan Elina meninggalkan rumah dengan perasaan yang pastinya malu sekali. Huh, semoga ini bisa menjadi pelajaran untuk mereka dan mereka bisa menjadi lebih baik lagi kedepannya.

Mama memeluk tante Rani dengan erat untuk menyakurkan rasa rindunya. Kini kita sudah duduk melingkar dikursi dan ditambah kak Leo yang baru saja pulang dari aktivitas kuliahnya.

"Aku mau menyampaikan hal yang serius, boleh?" Tanya tanye Rani. Kami semua mengangguk setuju atas permintaannya.

"Ini wasiat dari almarhum Yahya buat Ka Bram dan Ale. Jika masalah ka Bram dan Ale masih belum selesai dan ternyata belum selesai sampai sekarang karena kalian sama-sama tinggi ego dan gak mau ngalah. Beliau minta jika disaat kesalahpaham yang memfitnah dirinya selesai, dia juga mau kesalahpahaman Ale dan ka Bram juga harus selesai."

Aku menggelengkan kepala mendengar hal tersebut. "Gak! Aku gak mau ikutin wasiat itu. Kesalahan papa itu gak bisa ditoleransi tante. Masalah ini gak bisa selesai gitu aja. Ale gak mau maafin papa."

"Dan saya juga tidak mau memaafkan kamu Alesya." Ujar papa sambil tersenyum miring. Netraku melihat mama memelototi papa sembari mengucap kata 'mas' tanpa suara.

Tante Rani memerintahkanku untuk duduk kembali. "Ale, coba bicara dulu dengan keadaan tenang jangan pakai emosi. Kalian itu cuma salah paham aja, coba bicarain baik-baik."

"Biar masalah ini gak berlarut-larut." Lanjutnya pelan.

Aku menatap papa dengan dalam. Hal sama yang papa lakukan kepadaku sebagai responnya. Beberapa detik saja, setelah itu aku kembali memutuskan kontak mata.

"Benar apa kata tante Rani. Ale, Pa coba bicarain baik-baik. Emosinya tahan dulu. Leo gak kuat terus-terusan ngeliat Ale dan Papa berantem terus. Sampai kapanpun masalah ini gak akan selesai kalau papa dan Ale masih terus gak nurunin ego. Leo ngerasa gak berguna jadi anak dan ngerasa gak berguna jadi kakak karena masalah ini. Pa, bagaimanapun juga leo turut andil dalam kepergian Ale ke Jerman dan terjadinya kesalahpahaman ini, jadi Leo mohon jangan terus-menerus salahin Ale. Dan Ale, kakak mohon turunin ego kamu, tanyakan apa yang ingin kamu tanyakan. Kamu gak akan menemukan jawabannya sampai kapanpun kalo kamu gak mau bertanya. Percuma juga kamu cari bukti, karena semua buktinya ada dipapa." Aku menatap manik kak Leo dengan dalam, aku melihat rasa bersalah dalam sorot matanya. Demi apapun, aku sebenarnya tidak tega melihat hal itu. Tapi, apa boleh buat. Aku ingin menyelesaikan masalah ini kalau papa yang mengajukan diri terlebih dahulu.

"Oke, kita bicarakan masalah ini besok. Semua orang yang hadir diruangan ini harus ada disini jam delapan pagi. Ini sudah malam waktunya tidur." Papa berlalu melangkahkan kakinya menuju kamar. Lalu diikuti mama dan kak Leo yang menuju kamarnya juga.

Aku mengantarkan tante Rani menuju depan rumah dan menemaninya menunggu taxi. Aku sudah mengajak tante Rani agar menginap saja, tetapi tante Rani menolak.

Semoga semua cepat selesai tuhan.

Itu adalah pengharapanku malam ini. Semoga tidak hanya tuhan dengarkan tetapi juga dikabulkan.

%%%%%

avataravatar