webnovel

Akhir Pekan

Fania mengisi waktu liburnya untuk mengajak jalan Andra, Andra yang masih berada di rumah Fania mengikuti ajakan Fania.

Fania sadar benar Andra masih sangat diam, Andra masih sangat sedih dengan perpisahan orang tuanya.

Beruntung Andra memiliki sahabat seperti Fania yang bisa mengerti dalam keadaan apa pun.

"Dra, gue lapar, makan dulu ya kan dari pagi belum makan iya kan ?"

"Iya terserah lo saja"

"Semua terserah gue, lo kenapa sih gak seru ah jangan bikin hari libur gue jadi suram ya"

"Iya maaf, ya sudah mau makan dimana"

Fania mengangguk dan menarik Andra memasuki salah satu tempat makan, Andra memperhatikan sekitarnya tempat yang dipilih Fania bukan tempat yang dikenalnya.

"Kenapa disini, memang enak rasa makanan disini ?"

"Kurang tahu juga sih, tapi gak ada salahnya kan mencoba dulu"

"iya, ya sudah duduk dimana ?"

Fania mengedarkan pandangannya mencari tempat kosong sampai akhirnya Fania melihat hanya kursi dipojokan yang kosong.

"Tuh disana, lo duluan saja gue yang pesenin ya"

"Ya sudah"

Andra berjalan dengan malas menuruti permintaan Fania, sebenarnya saat ini Andra hanya ingin diam menenangkan diri tapi Fania keras dengan keinginannya untuk jalan.

Tak perlu waktu lama, Fania menempati kursi dengan membawa pesanan.

"Secepat itu ?"

"Iya, gue pesennya yang gampang saja perut gue udah gak bisa sabar"

"Gak ada pelayan ?"

"Ada, tadinya mau diantar pelayan tapi gak usahlah gue juga bisa bawa sendiri"

"Gaya lo, so baik banget"

"Gak salah dong sekali-sekali, sudah ayo makan ini punya lo dan ini minumnya, gak usah protes gue sudah ribet bawain lo semua ini jadi lo tinggal makan saja"

"Bawel banget"

Andra melahap makanannya lebih dulu, untuk menghindari Fania mengomelinya lebih panjang.

Fania tersenyum melihat Andra yang sudah bisa makan, beberapa hari ini Andra cuma minum teh dan sedikit menikmati cemilan itu pun atas paksaan Fania.

"Dra, kemarin gue ketemu Raka dia sama cewe, apa itu dosen yang di maksud, tapi gue gak pernah lihat dosen itu waktu ngampus"

"Dosennya memang baru, jadi lo gak bakal tahu"

"Pantas saja"

"Ketemu dimana ?"

"Di Restoran deket kantor, kemarin sih lo diajakin makan gak mau"

"Gue ngantuk"

"Tidur mulu"

Andra meneguk minumannya, hidangan keduanya tampak telah habis Andra dan Fania kembali melanjutkan jalan-jalannya setelah perut terisi penuh.

Disaat Andra mulai mendapat angin segar, disisi lain ketuk palu persidangan telah disahkan.

Kedua orang tua Andra telah resmi berpisah, mereka keluar dari ruang sidang dengan penuh kepuasan.

"Mulai sekarang jangan lagi mengganggu hidup ku"

"Kau fikir kau ini siapa sampai aku harus mengganggu mu"

Kurnia tak mau mengalah pada Hesti yang kini telah menjadi mantan istrinya meski dalam hal sepele sekali pun.

"Kau pun harus ingat, jangan pernah mengganggu ku dan putra ku"

Hesti terdiam menatap mantan suaminya, betapa sedih dirinya harus kehilangan kesempatan untuk hak atas putranya.

"Jangan besar kepala hari ini hanya kebetulan saja kau diberikan hak atas Andra tapi besok lusa dia akan kembali pada ku karena aku adalah ibunya"

Kurnia tersenyum acuh, tanpa mempedulikan ucapan Hesti padanya Kurnia pergi begitu saja meninggalkan Hesti yang masih terdiam.

"Dasar keras kepala, egois"

Omel Hesti yang kemudian turut meninggalkan tempatnya, Hesti memasuki mobilnya dan mengeluarkan ponselnya berharap mantan suaminya belum menghubungi putranya, Hesti ingin lebih dulu menemui Andra sebelum kesempatannya hilang sepenuhnya.

"Ponsel lo bunyi Dra"

Andra tak peduli dengan dering ponsel yang mengganggunya, Andra ingin menikmati ketenangannya saat ini tapi Fania terus saja memaksanya, akhirnya Andra merogoh ponsel disakunya dan melihat tulisan mamih dilayar.

"Gak penting"

"Jawab, bagi dia lo sangat penting"

"Gue gak butuh"

"Jawab Dra, lo jangan sama keras kepalanya sama mereka"

Andra mendelik kesal, Fania tak sadar jika dirinya juga sama keras kepala karena memaksa Andra untuk hal yang tak diinginkannya.

"hallo"

" ... "

Fania anteng memainkan ponselnya sambil menunggu Andra selesai dengan sambungannya.

Fania cekikikan sendiri membuat Andra mengernyit, saking asyiknya Fania sampai gak sadar jika Andra telah selesai dengan sambungannya.

Andra mengintip penyebab Fania cekikikan rupanya dia sedang menonton tayangan kartun.

Dengan keusilannya Andra merebut ponsel Fania dan melemparnya ke semak-semak, Fania yang kaget sontak berteriak melihat ponselnya menghilang tak terlihat.

"Heh ..... "

"Diam, jangan berisik !"

"Ssss ishh Andra, ambil gak ponsel gue !"

"Gak, gue gak mau"

"Ambiiil ih apa-apan sih, ambil gue bilang !"

Fania berusaha mendorong tubuh Andra dengan sekuat tenaganya tapi tak bisa Andra lebih kuat menahan tubuhnya agar tak terdorong oleh Fania.

"Ngeselin banget sih, lo pulang sendiri gak usah ikutin gue, rese"

Dengan kesal Fania memukul Andra dan bangkit untuk mencari ponselya, mulut Fania tak henti mengoceh mengeluarkan kekesalannya pada Andra.

Andra tesenyum melihat Fania yang tampak bingung mencari ponselnya, bagi Andra kemarahan Fania bukan masalah besar Andra tahu Fania gak pernah bisa marah dalam jangka waktu yang lama, sekarang memang Fania marah padanya tapi beberapa menit lagi Fania pasti kembali baik.

"Lihat saja, seberapa lama"

Andra melihat jam dipergelangan tangannya, mengikuti gerak jarum detik disana.

Andra menghitung detik demi detik sesaui dengan pergerakan jarum jamnya dan ...

"Lo masih mau duduk disitu, gak pegal apa ?"

Andra tersenyum dan seketika bangkit sambil bertepuk tangan hal itu membuat Fania mengernyit melihatnya.

"Gue memang pintar kan Fan ?"

"Pintar apa .... resa iya, sudah ayo pulang"

Andra melompat menghampiri Fania dan langsung merangkulnya, Fania tersenyum dengan gemas dicubitnya perut Andra membuat Andra mengaduh sakit.

Keduanya berjalan bersamaan karena Andra yang enggan melepas rangkulannya dan Fania merasa tenang, dengan begitu Fania bisa melanjutkan acara menontonnya tanpa khawatir akan terjatuh.

Bersamaan dengan kebersamaan Andra dan Fania, 5 sahabatnya juga tengah kumpul seperti biasa.

Mereka sudah tahu masalah yang dialami Andra, itulah sebabnya Andra tidak ke kampus beberapa hari kebelakang.

"Lan, lo sudah kasih tahu Fania kan ?"

"Sudah, mereka lagi jalan paling kesini sorean"

"Bisa-bisanya jalan berduaan"

"Kenapa lo cemburu ?"

Ucap Gilang menyela pembicaraan Wulan dan Anggi, Wulan tak peduli dan tak berminat untuk menjawab Gilang.

Mereka tengah disibukan dengan berbagai kegiatan ada yang sedang mengerjakan tugas, yang sibuk makan, ada juga yang sibuk dengan game onlin.

Meski begitu mereka tetap berkomunikasi saling bicara dan bercandaan.

"Malam nongkrong ?"

"Nongkrong mulu"

"Tahu lo Yud, fikiran lo nongkrong mulu yang lain dong"

"Terus apa lagi kan memang kebiasaan"

Mereka kembali terdiam dengan kesibukannya masing-masing, disela mereka tak berbicara, cemilan dan minuman menguasai mulutnya.

Next chapter