4 Chapter 4

Kami berdua langsung meminta izin ke Pak Dani. Tentu saja bukan izin pergi ke kantin melainkan ke toilet. Saat tiba di kantin kami langsung menuju kubus Mas Danar. Mas Danar adalah salah satu pedagang yang berjualan di kantin sekolah, ia menjual minuman dingin berbagai macam rasa, ada rasa jeruk, melon, milo, taro, dan cappucino. Namun terkadang Mas Danar juga menambahkan topping kedalam minuman tersebut seperti cincau ataupun potongan buah-buahan, supaya gak bosan katanya.

Kubus Mas Danar memang selalu menjadi tujuan aku setiap kali pergi ke kantin alasannya sederhana, karena di dalam kubus ini aku bisa berbincang ringan dengan Mas Danar sambil menikmati minuman dingin buatannya atau makanan yang aku beli dari pedagang lainnya. Kubus miliknya tidak terlalu besar, tapi cukup untuk kami bertiga di dalamnya bahkan jika ditambah satu orang lagi, kubus ini tetap tidak terasa sesak.

Mas Danar bilang ia ada urusan sebentar jadi ia menitipkan kubus miliknya ini kepada aku dan Ikhsan, aku sama sekali tidak keberatan karena sebenarnya minuman yang dijual Mas Danar ini sudah siap diminum semua, ia membuat semuanya sejak pagi. Jadi jika ada yang ingin membeli ia hanya perlu menuangkan minuman kedalam gelas plastik berukuran sedang. Ikhsan lebih memilih untuk tidur di dalam kubus sementara aku masih belum tau ingin melakukan apa. Aku sedang sibuk memikirkan ingin melakukan apa, lalu datang dua orang gadis yang menanyakan Mas Danar.

"Loh? Mas Danar nya kemana?." Kata seorang gadis yang memiliki rambut pendek tidak lebih dari bahu. Perkiraanku umur nya hanya berbeda satu tahun denganku.

"Mas Danar nya lagi keluar ada urusan sebentar katanya, mau beli es rasa apa kak?"

"Ohh, es jeruk dua ya." Kali ini teman disebelahnya yang berbicara. Rambutnya panjang dan dibiarkan begitu saja merambat punggungnya.

"Oke sebentar ya kak." Aku segera menuangkan es jeruk kedalam gelas plastik berukuran sedang, lalu memberikannya kepada mereka.

"Makasih yaah." Kata gadis yang memiliki rambut pendek sambil merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan terkena hembusan angin.

Mereka berdua langsung pergi setelah mendapatkan es jeruk yang mereka inginkan. Bola mataku sempat diam beberapa saat dan tidak mau bergerak ketika melihat gadis berambut pendek tadi, aku seakan dihipnotis olehnya. Atau jangan-jangan bola mataku sengaja diam dan tidak mau bergerak berharap segera dihipnotis oleh gadis tersebut. Entahlah aku tidak tahu.

Gadis tersebut memiliki mata yang sangat indah, bola mata nya seakan memancarkan cahaya rembulan, kedua telinganya menggunakan anting berbentuk kupu-kupu, dan rambut pendeknya seakan sudah ditakdirkan hanya untuk dirinya seorang. Aku ingin bertanya kepada Ikhsan apakah ia mengenali gadis tersebut, namun niat itu langsung aku urungkan setelah melihat Ikhsan yang masih saja tidur.

"Oii bangun, malah tidur disini." Sepertinya ia mengantuk setelah mendengar penjelasan materi dari Pak Dani di kelas tadi. Tidak lama kemudian ia bangun.

"Emangnya kenapa? kamu malah hampir setiap hari tidur di kelas." Protes Ikhsan yang masih setengah sadar.

"Iya terserah deh, naik ke atas yuk." Aku sedang malas berdebat, jadi lebih baik aku mengiyakan saja perkataan Ikhsan. Lagipula yang ia katakan itu benar.

"Yuk. Mas Danar juga udah dateng tuh."

"Mas Danar kita naik ke atas dulu ya." Kataku sambil berjalan keluar kubus menuju ke tangga lantai 2.

"Iyaa makasih ya Kevin Ikhsan."

Saat kami tiba di kelas, Pak Dani sama sekali tidak mencurigai kami habis dari mana padahal kami pergi ke kantin selama 17 menit. Sepertinya ia juga tidak peduli kami habis dari mana dan melakukan apa saja. Di kelas aku terus saja memikirkan gadis berambut pendek yang aku lihat di kantin tadi. Pandanganku tertuju ke arah papan tulis di depan, tapi pikiranku dicuri sedang dicuri gadis tersebut.

avataravatar
Next chapter