3 Menuntaskan yang hilang!

"Hei, Tuan Richard Goh yang terhormat, apakah Anda masih berharap ada hubungan keluarga yang terjalin di antara kita setelah mengetahui bahwa kehormatan anak gadis satu-satunya direnggut yang bukan suaminya? Huh... Aku tidak pernah menduga bahwa keluarga Goh yang terkenal bermartabat, menjunjung tinggi nama baik punya anak yang demikian!"

 

Sialan! Dexter mendengar semua itu. Dia sungguh tidak tahan ingin menjadikan tulang-tulang Peter makanan anjingnya. Tetapi seperti yang Richard katakan, dia harus mundur.

 

"Pernikahan ini tidak akan terjadi! Aku membatalkannya sekarang juga!" Peter bersiap akan pergi.

 

"Tuan Peter, tunggu..." Richard menghentikan Peter. "Bagaimana mungkin pernikahan ini dibatalkan? Hanya 30 menit lagi waktu yang tersisa dari pemberkatan. Akan bagaimana nanti omongan orang-orang?"

 

Selain cibiran orang-orang, Richard juga khawatir jika batalnya pernikahan putri semata wayangnya yang terkenal sangat santun dan good attitude, akan berdampak pada harga saham perusahaan Goh Group Comp, yakni perusahaan miliknya yanh dibangun dari nol.

 

"Huh, jadi kau memaksaku menikahi putrimu yang seperti itu?" Sudut bibir Peter terangkat ke atas, menunjukkan kesombongannya. "Jangan bermimpi terlalu banyak!" ucapnya dan melangkah pergi.

 

Sebelum Peter benar-benar pergi, dia masih mengucapkan sesuatu lagi, "Juga, tentang kerugian hari ini sepenuhnya akan ditanggung keluarga Goh! Aku juga tidak mau mendengar berita tentang Swan Family di media karena hal ini, apalagi jika sampai hal itu berdampak pada nilai saham Swan Enterprise!"

 

Kali ini Dexter benar-benar sudah tidak tahan lagi, darahnya mendidih mendengar penghinaan yang dilontarkan seorang lelaki biadab pada wanita yang dicintainya selama ini. "Ada tidak adanya kau, pernikahan ini akan tetap berlangsung!"

 

Pertanyaan itu sontak membuat sekeliling membeku, apa yang baru saja dikatakannya? Seorang dokter tetapi berani dan cukup memiliki kepercayaan diri untuk menikahi seorang putri dari pengusaha terkenal. "Aku yang akan menikahinya!" tambah Dexter.

 

Kaili mengaga. Hatinya bahagia, tetapi ada raut kecemasan juga. Tidak tahu ini hal baik atau bukan, tetapi, jujur saja dia ingin menikahi pria ini. Namun, pantaskah dia? Perasaan itu yang kerap kali membuatnya tidak percaya diri.

 

"Ini..." Goh ingin menolak. Tentu saja, mana mungkin dia mau menyerahkan putri semata wayangnya menikahi seorang pria yang hanya berprofesi seorang dokter ahli saraf. Demi semakin membuat nilai keluarganya di puncak teratas, pernikahan Kaili dengan seorang pebisnis pun sudah dirancang sejak lama, dan itu Peter Swan orangnya. Jika begini, bukankah seluruh rancangan gagal?

 

Goh belum memberi kelanjutan perkataannya, dia masih sangat ragu.

"Ha ha ha..." Tiba-tiba tawa Peter menggelegar. Baginya perkataan Dexter yang tadi hanya lelucon. Bagaimana tidak, perbandingan antara dirinya dan Dexter itu sangat mencolok, bagaikan giok dengan marmer. Tidak sebanding.

 

"Tidak jadi menikahiku, seorang pengusaha negara J, dan sekarang kau beralih kelas, menikahkan putri semata wayangmu pada seorang dokter? Ha ha ha... Ini lelucon, Tuan Goh." Ejekan Peter membangkit amarah Goh. Sekalipun pria ini berkuasa, ada hak apa dirinya memandang rendah keluarga Goh? Kekuasaan Goh pun setara dengan mereka, tidak ada yang lebih tinggi atau rendah.

 

Goh menggesekkan rahangnya. Tadinya dia sangat ingin menolak permintaan Dexter, tapi sekarang keputusannya malah sebaliknya. "Dokter Dexter, apa Anda sungguh-sungguh ingin menikahi putri saya?"

 

Tidak hanya Kaili, Dexter pun sangat terkejut. Apakah semudah itu mendapatkan restu dari Richard Goh? Tapi lupakan tentang itu, restu yang diberikan Richard Goh bukan tulus. Itu terjadi karena agar rasa malu tidak segera menampar dirinya, akibat batalnya pernikahan tersebut.

 

 

"Pah, tapi..." Kaili mencoba menghentikan Richard Goh. Ini tidak benar, Kaili sangat tahu motif dari papanya tersebut. Sangat tidak adil bagi Dexter.

 

"Bukankah kamu ingin menikahi putriku? Lalu tunggu apalagi? Segera persiapkan dirimu, kurang dari 30 menit kita harus masuk altar." Setelah mengatakan demikian, Richard pergi.

 

Jangan ditanya lagi, dia pasti sangat kecewa dengan perbuatan putrinya, sulit sekali mempercayai foto-foto yang dilihatnya tersebut. Yang paling mematahkan hatinya, Kaili tampaknya membenarkan bahwa dalam foto itu adalah dirinya. Sementara itu, Peter pergi dengan kesal.

 

Dexter menatap Kaili, Kaili pun saat itu tengah menatapnya. Pandangan mereka bertemu untuk beberapa saat. Pandangan yang seakan menembus isi hati.

"A-aku ... Ah, tidak, kamu sebaiknya jangan melakukan pernikahan ini. Aku tidak ingin menikahimu, kau tahu sendiri aku tidak mencintaimu. Sebaiknya kita jangan membuat ikatan yang akan merugikan satu antar yang lain!" 

 

"Oh, begitu?" Dexter tersenyum licik. Sudut bibirnya terangkat sempurna. Ia melangkahkan kakinya mendekati Kaili. Sedikit membungkuk dan berbisik pelan di telinga Kaili, "Bagaimana jika aku katakan, aku ingin mengikatmu agar merugikan dirimu?" Perkataan Dexter begitu kejam dan dingin. Setiap kata demi kata yang diucapkan mengandung makna yang terasa seperti racun dalam pendengaran Kaili.

 

Kaili mematung. Dadanya kembang kempis. Mulutnya ingin bicara, tetapi tidak mampu.

 

"Aku akan menikahimu, dan menuntaskan segala yang hilang!" tambah Dexter dan berlalu pergi meninggal Kaili yang masih mematung.

Begitulah yang terjadi, hingga kini keduanya sudah menjadi suami istri.

 

🌼🌼🌼

Di apartemen Dexter^^

 

Tidak ada percakapan yang terjadi di antara mereka berdua, sejak di jalan hingga tiba di apartemen kecil Dexter, semuanya hanya terdiam.

Hingga Kaili merasa sangat tidak nyaman. Bahkan sejak tadi ia hanya berdiri di dekat sofa, sementara Dexter sudah pergi mandi setelah diam dalam bengong sambil menatap Kaili tajam. Tatapan yang dingin, entah sejak kapan pria itu memiliki tatapan yang seperti itu. Padahal sebelumnya Dexter terkenal sangat humoris dan hangat dan kini semuanya berubah.

 

"Huh, kau masih berdiri di situ? Apa apartemen kecilku ini membuat seorang putri kaya sepertimu tidak nyaman?" Perkataan Dexter sangat sarkasme, dan didukung tatapannya yang dingin dan tajam.

 

"Aku... Tidak," jawab Kaili cepat.

 

"Huh! Jika tidak nyaman tinggal di rumah buruk dan kecil, pintu terbuka kapan saja, kau bisa pergi dan tinggal di istana megah ayahmu!" Dexter melemparkan handuk yang ia gunakan mengeringkan rambutnya ke pelukan Kaili, dan pergi berlalu ke kamar.

 

Mendengar itu, Kaili tidak tahan lagi membendung air matanya. Apakah dia baru saja diusir di hari pertama pernikahannya? Ini sangat menyakiti hatinya, apalagi yang melakukan itu adalah orang yang paling dicintai. Jika tadi pria ini bukan lelaki pilihan hatinya, mana mungkin rasa sakit itu terasa tebal.

 

"Tidak Kaili, kamu tidak bisa menangis. Kamu harus kuat. Semua ini berawal dari kesalahanmu, dan kau harus menanggung semuanya. Ya, benar, hanya kau yang akan menanggungnya," gumam Kaili sambil mengelus dada.

 

Di apartemen ini hanya ada satu kamar, serta ruang tamu yang kecil. Dapur yang mini serta mini bar. Perlengkapan makan yang hanya ada dua pasang. Oke, itu bukan yang menjadi pokok permasalahannya, tetapi akan di mana Kaili tidur? Apakah dia akan satu kamar dengan Dexter? Maukah pria itu?

 

Ingin sekali rasanya Kaili mandi, badannya terasa lengket, tetapi di sini dia tidak punya sehelai pakaian apa pun. Haruskah ia berbicara pada Dexter? Kembali lagi pertanyaan itu muncul, akankah Dexter bersedia berbicara padanya?

 

avataravatar
Next chapter