10 Mencari tahu isi hati.

Sementara itu, Dexter pergi tanpa tujuan. Mobilnya terus berputar tidak menentu arah. Hingga akhirnya dia berhenti di pinggir jalan. Tempat yang sangat sunyi dan cocok untuk tempat menenangkan pikiran. Suara deru ombak sedikit menghangatkan hatinya. 

 

Dexter membuka pintu jendela mobilnya. Menghirup udara malam yang sangat segar. Kemudian mengambil sebungkus rokok. Menghidupkan lalu mengisapnya dalam-dalam. Menciptakan bulatan-bulatan kecil dari asap rokok dan membuatnya menyatu dengan udara. 

 

Dexter bukan perokok aktif. Dia hanya akan merokok kalau suasana hatinya sedang kacau, seperti saat ini, dan selalu alasannya adalah Kaili. 

 

Pikiran Dexter pergi melayang jauh, tentang saat pertama kali dirinya bertemu Kaili. Masih tersimpan jelas di memori ingatan Dexter wajah Kaili yang penuh dengan rasa khawatir karena Achiera tabrakan. Keberanian Kaili melawan Hans karena sudah membuat Achiera, sahabatnya terluka. Serta tatapan sendu yang menahan air mata kala itu, menggetarkan hati Dexter. Entah kenapa, dia mendadak sangat bersemangat dan merasa bahwa beban hidupnya berkurang, di pertemuan pertama mereka.

 

Hingga pertemuan-pertemuan selanjutnya, Dexter masih belum bisa berhasil berbicara atau sekadar menanyakan nomor telepon Kaili. Tidak disangka, Dewi Fortuna berpihak padanya, mereka bertemu tanpa sengaja di sebuah bar dengan kejadian yang sangat konyol, tetapi manis dikenang. Terbukti, dari Dexter yang selalu menyunggingkan senyum terbaiknya kala mengingat kejadian itu. Itu masih terus berlaku, hingga saat ini, Dexter, tersenyum indah karena kenangan itu.

Sekali lagi, Dexter mengepulkan asap rokoknya ke udara. Walau ada kenangan manis, kenangan pahit itu juga tidak dapat ditepiskan begitu saja. Kenangan tentang bagaimana Kaili pertama kali menghinanya, langsung terpapar dalam balik matanya.

Saat itu, Leo meminta Dexter menjadi model dadakan untuk acara lunching perusahaan terbarunya. Dexter menyanggupi, karena Leo berjanji akan membuatnya dan Kaili bertemu dan menikmati waktu bersama selama acara launching itu berjalan, dan keuntungan bagi Dexter adalah, ia bisa mengetahui isi hati Kaili. (Bisa baca wanita di titik terendah-Chp 156) dan kesempatan itu pun datang, Dexter menghampiri Kaili dengan menyamar sebagai wanita. 

 

Flashback On^^

"Hai...." sapa Dexter begitu sampai di tempat Kaili berada.

Kaili terdiam seakan ingin bertanya siapa yang datang dan tiba-tiba menyapa.

Dexter tertawa melihat ekspresi Kaili dan langsung memperkenalkan dirinya dengan nama samaran yang telah dipersiapkannya dan Leo sebelumnya.

"Saya Priscilla (Mana samaran Dexter), teman sekaligus model Tuan Leo." 

"Saya Kaili..." jawab Kaili dan langsung menyodorkan tangannya untuk bersamaan sebagai mana cara untuk memperkenalkan diri.

 

Dexter menyambut jabatan tangan Kaili dengan tersenyum.

"Tadi Leo memintaku untuk menemanimu di sini." 

"Iya, tadi kak Leo juga sudah mengatakan bahwa nanti temannya akan menemaniku. Aku jadi merasa tidak enak padamu, seharusnya kamu menikmati pestanya, tetapi karena menemaniku, kamu jadi tidak bisa menikmati pesta ini," ucap Kaili penuh penyesalan.

Cih... apa-apaan si Leo ini, baru bertemu sekali sudah menyuruh wanitaku memanggilnya dengan panggilan sok akrab, 'kakak', membuatku jijik saja. Sepertinya aku memang harus menguliti tubuh yang selalu di bangga-banggakan pria bajingan itu, umpat Dexter.

Ada perasaan tidak senang di hatinya mendengar panggilan akrab Kaili kepada Leo, tetapi segera mungkin Dexter mengontrol emosi agar tidak menimbulkan kecurigaan dan rasa tidak nyaman di hati Kaili.

"Tidak kok, aku juga tidak menyukai hal-hal seperti ini, ini terlalu berisik bagiku, jika saja bukan karena bekerja, aku sebenarnya sangat malas menghadiri acara seperti ini." Dexter tersenyum setelah mengatakan demikian. 

"Oh iya, tadi aku melihatmu berjalan di catwalk, kamu sungguh elegan dan sangat cantik, serta menawan. Aku saja wanita bisa mengakuinya apalagi lelaki, pasti banyak lelaki di luar sana yang terkagum-kagum padamu. Aku benarkan?" tutur Kaili memuji Dexter.

Idih amit-amit, seumur-umur aku rela jadi single saja daripada yang kagum samaku lelaki. Entah apa yang terjadi pada Kaili, batin Dexter dalam hati.

"Kamu juga sangat memesona, dan bahkan berhasil membuat setiap pria tidak bergeming karena pesonamu. Kamu memiliki aura itu." Dexter tidak kalah memuji Kaili.

Seorang pelayan pun datang mendekat ke arah mereka, Dexter memanggil pelayan itu dan mengambil anggur 2 gelas anggur, satu untuknya dan satunya lagi untuk Kaili.

"Apa kamu minum?" tanya Dexter, menyodorkan gelas yang berisi anggur di dalamnya.

Kaili menolak, dengan menggelengkan kepalanya.

"Saya tidak peminum," jawab Kaili menolak dengan sopan.

Bukannya tempo hari wanita ini mabuk-mabukan di bar? Ada apa dengannya hari ini, kenapa malah tidak minum sekarang, batin Dexter lagi.

Dexter bermain mata, sambil menggoyang-goyangkan gelas yang berisi anggur tersebut. "Minum tidak akan membuatmu mabuk jika hanya dengan segelas anggur. Apa kamu tahu, minum juga bisa dapat menenangkan hati dan mengistirahatkan pikiran, untuk sejenak melupakan kesulitan yang mendesak di dalamnya." 

Sesaat kemudian, Dexter terus melanjutkan ucapannya,

"Jika kamu tidak minum, maka siapa yang akan menjadi temanku bersulang? Percayalah, jika minum hanya sedikit saja tidak akan mengurangi pesona, Nona Goh ini." 

"Kamu tahu dari mana margaku?" Kaili heran, ia mengerutkan keningnya. 

Pertanyaan itu langsung membungkam Dexter, tetapi tidak lama ia kembali normal. 

"Siapa yang tidak kenal dengan putri satu-satunya dari keluarga Goh, Kaili Goh. Seluruh negara F ini sudah mengenal Anda." 

Di momen selanjutnya, Dexter meletakkan kembali gelas tadi yang ingin diberikan kepada Kaili.

"Hei.. kenapa dikembalikan? Aku berubah pikiran!" Kaili  mengambil kembali gelas itu dan langsung meneguk isinya.

"Apa kamu tahu, aku juga tidak suka orang-orang mengenalku dan menghormatiku sebagai anak satu-satunya dari keluarga Goh." Kaili menghempaskan nafasnya.

"Apa hal yang memberatkanmu dengan hal itu? Bukankah itu bagus? Dengan begitu semua orang akan menghargaimu, Nona."

"Karena jadi diriku itu tidak mudah!! Dan orang hanya berpendapat bahwa menjadi nona besar dalam suatu keluarga adalah mimpi bagi setiap gadis di luar sana, padahal sesungguhnya, hidup yang kujalani tidak segampang yang terdengar." Kaili pun meneguk anggurnya kembali. 

"Hei... pelan-pelan minumnya, nanti kau bisa batuk, dan juga akan mabuk." Dexter memperingati Kaili.

Kaili menatap Dexter tepat ke dalam matanya, "Kenapa aku merasa bahwa aku mengenalmu?"

Gawat... apakah aku ketahuan? Tanya Dexter pada diri sendiri.

"Ke-kenal? Mungkin kita pernah bertemu sebelumnya," balas Dexter dengan gugup. "Ah, iya benar, mungkin kita pernah bertemu sebelumnya tapi tidak menyadarinya," tambah Dexter lagi setelah berhasil menetralkan perasaan.

"Ah tidak... tidak... hanya saja, aku merasa bahwa kau itu sangat mirip dengan dia, terutama tatapan matamu terlalu dengannya saat mengkhawatirkanku." 

"Dia ... Dia siapa?" 

"Siapa lagi jika bukan lelaki brengsek yang mengambil keuntungan tanpa sepengetahuanku. Apalagi dia bersikap seakan-akan tidak bersalah."

"Lelaki? Apakah pacarmu?" Dexter ingin mengorek lebih dalam. 

Tampaknya reaksi alkohol itu sudah berlangsung.

"Cih.... dia tidak pantas untuk menjadi pacarku, dia itu hanya seorang lelaki brengsek yang tidak memiliki aturan hidup. Dia selalu semena-mena, bagaimana mungkin aku mencintai lelaki seperti itu." 

Entah kenapa mendengar kata 'tidak pantas' tersebut malah menimbulkan emosi yang mendalam di hati Dexter. Dia menggenggam gelas dengan kuat. Sorot matanya seakan-akan siap untuk membunuh orang. Siapa pun yang mengusiknya, akan habis dalam genggamannya.

avataravatar
Next chapter