11 Flasback

"Siapa nama pria itu?" tanya Dexter dingin, aura dingin itu pun terpancar hingga Kaili  dapat merasakannya.

Namun Kaili mengabaikan hawa dingin yang berada di sekitarnya dan menjawab Dexter, "Namanya adalah Dexter! Pria narsis yang memuakkan. Aku membencinya selama-lamanya. Dia yang mengambil keuntungan dariku tetapi malah seakan-akan merasa paling dirugikan! Apa kau tahu betapa aku sangat membencinya? Aku bahkan ingin meremukkan seluruh tubuhnya agar kekesalanku padam," jelas Kaili lagi.

"Kenapa kau sangat membencinya?"

"Kenapa lagi jika bukan karena dia bertindak semena-mena terhadapku. Dia merasa dirinya sangat hebat. Juga, dia sangat narsis. Apa dia pikir dengan profesinya yang hanya menjadi seorang dokter akan bisa diterima di keluargaku? Pikirannya terlalu dangkal!" Kaili melontarkan isi hatinya terhadap Dexter dan di hadapan Dexter. 

Mendengar hal itu, amarah pun segera memenuhi hati Dexter. Rahangnya mengeras karena menahan emosi. Dia butuh seseorang yang bisa dijadikan sebagai alat melepaskan kesakitan dan kekesalan di hati. Seseorang yang bisa dipukul sampai binasa!

Kaili.... bagaimana mungkin kau menghinaku sedalam itu? Kau hanya memandangku dari profesiku? Aku pikir kau berbeda dengan yang lainnya, ternyata sama saja. Wanita yang haus uang dan kekuasaan!! Aku tidak bisa menerima wanita hina sepertimu! batin Dexter. Wajahnya telah memerah padam karena amarah yang ditahan.

Pantas saja kau selalu menolakku, ternyata karena kau berpikir bahwa aku sangat tidak pantas untuk masuk ke dalam keluarga Goh! Sayangnya pikiranmu terlalu dangkal, Nona Goh, jika pun ada yang tidak pantas untuk masuk ke dalam keluarga kami, itu adalah kalian orangnya! Kau pikir harta keluarga Goh sebanding dengan kekuasaan Chiro?

Dexter menatap Kaili dengan tajam. Amarahnya kini memuncak, hingga gelas yang sejak tadi dipegang pun pecah.

"Entah kenapa semua orang selalu bisa berbuat semena-mena terhadapku," tambah Kaili, kini ia mulai menangis.

"Orang tuaku selalu memaksaku. Apa kau tahu, dunia meyakinkan bahwa Tuhan adalah Sang Penulis takdir, tetapi berbeda denganku, dalam cerita hidupku, takdirku ditentukan orang tua dan keluargaku. Aku tidak memiliki hak untuk membela keinginanku. Tidak hanya orang tuaku, bahkan si 'bajingan Dexter' pun sama, dia yang memperkosaku, tetapi malah menghinaku! Dia selalu bertingkah seakan-akan bahwa dia paling malang dan dirugikan. Kesucianku direnggutnya tanpa aku sadari, dan dia yang rugi, begitu? Aku bertanya kepadamu, bukankah kita yang sebagai wanita yang akan rugi jika hal itu terjadi? Jika papa tahu, bagaimana aku akan menjelaskan? Bagaimana kelak aku menemukan lelaki yang mencintaiku? Lelaki yang hebat menurut ayahku, seseorang yang besar! Mana ada lelaki yang akan menerima aku lagi, jika sudah tidak suci." Kaili tangis kepedihan membasahi pipi merona Kaili.

Kau wanita yang tidak tahu diuntung! Dalam pikiranmu hanya tentang, 'bagaimana cara menemukan lelaki yang besar, untuk dijadikan suami! Awalnya, menilaimu sebagai wanita polos! Kau tidak ada bedanya dengan wanita-wanita hina di luar sana, batin Dexter. 

Sungguh Dexter sudah tidak nyaman berada di dekat Kaili, tetapi walau begitu Dia terus mendengarkan celoteh Kaili. Mendadak Dexter ingin tahu semua penilaian Kaili terhadapnya.

"Ha...Ha..ha... Maaf aku jadi curhat denganmu, nona. Maafkan atas kelancanganku. Aku harap, kau akan merahasiakan semua yang kukatakan ini," ucap Kaili, sambil tertawa.

Mendengar tawa Kaili, segera Dexter meliriknya dengan saksama.

"Ada yang tidak beres," gumamnya lalu menyentuh wajah Kaili.

Sial gadis ini sudah mabuk! Bagaimana mungkin segelas anggur bisa membuatnya mabuk, bukankah ini hanya anggur dan low alkohol, lantas kenapa wanita ini sangat mudah sekali mabuk? Bukannya tempo hari dia mabuk karena menghabiskan 5 botol sampanye dan ini baru segelas saja? batin Dexter, lalu Dexter menahan Kaili yang sudah tidak sadar.

Tidak lama, Leo datang menghampiri Dexter sambil tertawa kecil.

"Sepertinya aku tahu ini ulah siapa!?" ucap Dexter dingin menatap ke arah Leo dengan tajam.

"Hei kenapa kau menatapku seperti itu? huh?" tanya Leo masih terus tertawa seakan tidak peduli dengan tatapan tajam Dexter.

"Tidak perlu berbasa-basi, ini ulahmu kan? Kau menyuruh pelayan itu sengaja datang dan memberikan minuman yang sudah kau campur dengan minuman keras yang mengandung 96% alkoholnya. Kau sengaja mencampurnya dengan sedikit anggur supaya kami berpikir bahwa itu adalah anggur biasa." Dexter langsung menuduh Leo, walau tidak ada bukti.

"Tuduhanmu memang selalu tepat, Tuan Dexter," jawab Leo santai.

"Kau... Berani-beraninya kau masih bersikap normal seperti ini setelah membuat seorang gadis tidak sadar, apa kau tahu ini adalah perbuatan kriminal!!." Dexter benar-benar marah.

"Ayolah Dexter, bukankah dengan membuatnya mabuk, kau bisa tahu isi hatinya. Lebih tepat lagi tentang siapa kau di hatinya."

Dexter terdiam, tidak menanggapi perkataan Leo, terlebih karena memang benar, dia ingin tahu, apakah Kaili memiliki perasaan yang sama terhadapnya seperti perasaannya terhadap Kaili.

Namun, bukan dengan cara membuat Kaili mabuk, kan?

"Persetan dengan isi hatinya, jika itu untuk menyakitinya, lebih baik aku tidak akan pernah tahu isi perasaannya."

"Apa kau yakin? Kau tidak ingin tahu atau kau takut akan mendengarkan sebuah penghinaan?" jawab Leo mengintimidasi.

avataravatar
Next chapter