webnovel

Sopir Selingkuhan

Author: Openg_Nunz
Celebrities
Ongoing · 4.6K Views
  • 21 Chs
    Content
  • ratings
  • NO.200+
    SUPPORT
Synopsis

Chapter 1Pertemuan Tak Terduga

Rachel melangkah keluar dari gedung perkantoran dengan langkah cepat, mencoba menghindari beberapa kolega yang masih berbincang di sekitar area parkir. Hari ini, rasanya lelah sekali. Setelah seharian sibuk dengan rapat-rapat yang tak kunjung usai, pikirannya mulai kacau. Lalu, ada satu perasaan yang kembali menghantui—perasaan sepi yang selalu datang saat ia menutup pintu rumahnya di malam hari.

Setibanya di luar, mobil mewah miliknya sudah terparkir rapi. Namun, bukan hanya mobil yang menarik perhatian, tetapi juga sosok pria muda yang berdiri di samping pintu mobil, menunggu dengan senyum ramah.

"Selamat sore, Ibu Rachel," sapa pria itu dengan suara tenang, namun cukup meyakinkan.

Rachel sedikit terkejut. Ini adalah kali pertama ia bertemu dengan sopir baru keluarga mereka. Biasanya, sopir keluarga mereka adalah orang yang sudah lama dikenal. Namun, kali ini, ada wajah baru yang tampaknya akan menemani rutinitasnya.

"Iya, sore. Kamu yang baru, ya?" tanya Rachel, meskipun dalam hati ia tidak begitu peduli tentang siapa sopir baru ini. Ia hanya ingin pulang dan beristirahat.

"Iya, Ibu. Nama saya Dito," jawab pria itu dengan senyuman yang tidak bisa disembunyikan. "Saya sopir yang baru mulai bekerja di sini. Boleh saya bantu untuk masuk ke dalam mobil?"

Rachel hanya mengangguk, merasa tak ada salahnya memberikan kesempatan kepada pria ini untuk membantunya. Ia masuk ke dalam mobil dan menatap ke luar jendela, merenung tentang hidupnya yang terasa monoton belakangan ini. Rendy, suaminya, selalu sibuk dengan pekerjaannya, sementara ia sendiri sering terjebak dalam rutinitas yang membosankan.

Dito duduk di depan, menghidupkan mesin mobil dan mulai melaju. Suara musik ringan terdengar dari speaker mobil, mengiringi perjalanan mereka. Rachel, yang biasanya tidak banyak berbicara dengan sopir, mulai merasa nyaman dengan kehadiran Dito. Ada sesuatu yang berbeda—sesuatu yang jarang ia rasakan dalam kehidupannya yang cenderung kaku.

"Seharian kerja di luar kota?" tanya Dito dengan nada santai, seolah tak ada beban.

Rachel tersenyum tipis, tak menyangka akan ada percakapan ringan seperti ini. "Iya, rapat dari pagi sampai sore. Rasanya melelahkan."

Dito mengangguk, sepertinya ia paham betul dengan apa yang dirasakan Rachel. "Kerja memang kadang bisa sangat menuntut. Tapi, kadang kita perlu waktu untuk diri sendiri juga, Bu. Mungkin Ibu perlu sedikit waktu untuk santai."

Rachel tersenyum lemah, merasa aneh dengan perhatian kecil itu. Sejak kapan ada orang yang peduli dengan kebosanan dan kelelahan dirinya? Rendy, suaminya, bahkan jarang bertanya tentang bagaimana hari-harinya.

"Ya, mungkin kamu benar," jawab Rachel pelan, merasa sedikit terharu, meski tidak bisa menjelaskan kenapa.

Mereka sampai di rumah besar mereka yang tampak kosong. Rachel mengucapkan terima kasih dan melangkah keluar dari mobil. Namun, ada perasaan yang tiba-tiba muncul di dalam hatinya—perasaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Perasaan itu membingungkan, namun cukup kuat untuk membuatnya berpikir tentang Dito lebih dari yang seharusnya.

Dito hanya tersenyum, tanpa berkata apa-apa, dan melajukan mobil kembali. Namun, Rachel tahu, hari itu adalah awal dari perubahan dalam hidupnya.

Rachel menutup pintu rumah dengan perlahan, dan sejenak berdiri di depan pintu utama. Suasana sepi menyambutnya, dan suara detak jam dinding yang jelas terdengar menambah kesan kesendirian yang menggelayuti hatinya. Tanpa menyadari, matanya menatap ke arah mobil yang baru saja ia tinggalkan di halaman, tempat Dito mengantarnya pulang.

Mungkin dia hanya seorang sopir, pikirnya. Namun ada sesuatu yang berbeda dalam cara Dito berbicara, cara dia melihatnya. Perhatian kecil yang dia berikan terasa hangat dan tulus, seolah ada kepedulian yang jarang ia temukan dalam keseharian. Terlebih, Dito masih muda, jauh lebih muda dari suaminya, Rendy.

"Sudah sampai, Bu?" suara Dito yang lembut terdengar di luar, membuyarkan lamunan Rachel. Ternyata, Dito masih berdiri di dekat mobil, menunggu jika ada yang perlu dibantunya.

Rachel mengangguk perlahan, meskipun ia merasa sedikit canggung dengan dirinya sendiri. "Terima kasih, Dito," ucapnya, berusaha tersenyum meskipun hatinya penuh dengan kebingungan.

Dito membalas dengan senyuman yang lebih lebar, "Sama-sama, Bu. Senang bisa membantu."

Rachel menutup pintu dan melangkah masuk ke dalam rumah besar yang terasa semakin kosong setiap hari. Di dalam rumah itu, ia tidak bisa menghindari perasaan hampa yang terus menggerogoti dirinya. Rendy, suaminya, sudah pulang terlambat setiap malamnya, dan kadang Rachel merasa dia hanya tinggal bersama seorang asing di rumah yang mereka bangun bersama.

Setelah mandi dan berganti pakaian rumah, Rachel duduk di ruang makan, membuka laptop dan mencoba bekerja. Namun, pikirannya melayang lagi. Wajah Dito tiba-tiba terlintas. Terlalu sering, dia merasa seperti ada sesuatu yang tidak beres dengan kehidupannya—dan Dito, dengan cara yang tak terduga, membuatnya merasa sedikit lebih hidup.

Sementara itu, Dito mengemudikan mobil kembali ke rumahnya yang sederhana. Meski tinggal di sebuah rumah kecil di pinggiran kota, Dito merasa cukup bahagia. Kehidupan yang dia jalani penuh dengan kebebasan, meski tak seberapa mewah, namun dia sudah terbiasa. Namun, ada satu hal yang baru saja mengusik pikirannya—Rachel.

Dia belum pernah bertemu wanita seberbeda Rachel. Ia ingat betul bagaimana Rachel tersenyum tipis saat mereka berbicara. Ada sesuatu di mata wanita itu yang menunjukkan kebosanan, kesendirian yang terpendam. Dito tahu, meskipun Rachel tampak sempurna dengan segala kemewahannya, dia juga manusia biasa yang memiliki kebutuhan emosional.

Dito menarik napas panjang. Bagaimana bisa seorang sopir seperti dirinya bisa terlibat lebih jauh dalam kehidupan wanita semewah Rachel? Tetapi, perasaan itu tak bisa ia hindari. Seperti magnet, kedekatannya dengan Rachel mulai menggerakkan perasaan-perasaan yang selama ini ia pendam.

Di keesokan harinya, Rachel tiba di kantor dan mencoba fokus pada pekerjaan. Namun, wajah Dito tetap menghantui pikirannya. Ia mencoba mengalihkan perhatian, namun setiap kali ia membuka email atau memeriksa laporan, pikirannya kembali melayang pada percakapan ringan dengan sopir itu. Bahkan, ketika istirahat makan siang, Rachel merasa ada semacam kekosongan di dalam dirinya.

Setiap kali Dito datang mengantarnya, selalu ada rasa nyaman yang tak pernah ia rasakan bersama Rendy. Tapi, apakah itu benar? Apakah perasaan ini hanya sekadar pelarian dari ketidakbahagiaan yang dia rasakan dalam pernikahannya? Rachel pun mulai merasa bingung.

Saat makan siang berakhir, Rachel meraih ponselnya dan menatap layar, mencoba mengalihkan pikirannya. Namun, tidak sengaja matanya menangkap pesan singkat yang baru masuk. Ternyata itu adalah pesan dari Dito.

"Selamat siang, Bu Rachel. Semoga hari Anda menyenankan. Jika ada yang perlu dibantu, saya siap membantu."

Rachel membaca pesan itu lebih dari sekali. Ada sesuatu yang tidak biasa dari kata-kata Dito. Seakan-akan, dia tahu bahwa Rachel membutuhkan lebih dari sekadar sekadar sopir untuk membawanya ke kantor.

Dengan ragu, Rachel membalas pesan itu.

"Terima kasih, Dito. Hari saya berjalan cukup lancar. Semoga hari kamu juga baik-baik saja."

Tak lama setelah pesan terkirim, Dito membalas.

"Terima kasih, Bu. Saya selalu berharap hari Ibu lebih baik setiap harinya."

Rachel terdiam, membaca balasan pesan itu dengan hati yang berdebar. Ada sesuatu yang lebih dalam antara kata-kata itu. Ia tahu, percakapan seperti ini hanya dimulai dari hal-hal kecil, tetapi bisa jadi berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar.

Akhirnya, Rachel menyadari, bahwa perasaan yang ia rasakan bukan sekadar kebetulan. Ada sesuatu yang jauh lebih besar sedang menanti. Namun, apakah dia siap untuk menghadapi konsekuensi dari perasaannya yang mulai tumbuh terhadap Dito?

You May Also Like