30 EPILOG

Suara tawa bahagia terus terdengar di sekeliling aula kelulusan hari itu. Pelukan hangat dan senyum manis menghiasi wajah setiap wisudawan yang mengenkan baju toga mereka. Aku menghembuskan nafas kecil di depan Aula yang menjulang tinggi di hadapanku dengan setelan formal rapi dan karangan bunga indah di tanganku. Aku terus menatap gedung di hadapanku sambil mengedipkan mataku beberapa kali, berusaha menyiapkan diriku untuk kembali mengambil langkah masuk ke dalamnya. Setelah nafas besar terhembus dari mulutku, aku pun mengambil langkah yakin berjalan masuk ke dalam gedung itu mulai memutar mataku ke sekeliling ruangan mencari wajah yang menjadi tujuanku datang ke aula kelulusan hari itu. Senyumku pun mengembang kecil menemukan sosok yang ku cari dan aku langsung mempercepat langkahku menghampirinya. Aku menyodorkan karangan bunga di tanganku dengan senyum termanis ku

"sunbae chukhahae(1)" ucapku tulus pada Jung Hwan sunbae yang lulus hari itu.

Jung Hwan sunbae pun menerima bunga dariku dengan senyum lebar "gomawo, aku janji aku akan datang di hari kelulusanmu tahun depan" ungkapnya berterima kasih.

"oooh~~ aku akan menjadi salah satu wisudawan terhormat tahun depan jika sunbae benar – benar datang untukku" gurauku jahil.

Setelah berfoto bersama aku pun melambaikan tanganku berpamitan kepada Jung Hwan sunbae dan membalikkan badanku berjalan santai menuju pintu utama Aula. Namun langkahku terhenti dan mataku pun melebar kaget 'Yi Ahn oppa' panggilku dalam hati, aku berusaha mengendalikan diriku dan memaksa kakiku melanjutkan langkahku. Jarak antaraku dengannya semakin pendek seiring kaki kami yang terus melangkah, aku mengepalkan tanganku erat berusaha menguatkan diriku sambil terus berjalan. Namun kakiku terhenti begitu saja, membuatku membeku terdiam di tempat. Aku menghembuskan nafas kecil dari mulutku menatap pria yang membuat luka di hatiku kembali terasa perih, senyumnya mengembang cerah dengan beberapa karangan bunga indah di tangannya. Kakinya terus melangkah ringan, hingga langkahnya membawanya padaku. Ia tampak menatapku yang terdiam membeku menatapnya, senyumnya sedikit memudar namun ia terus melanjutkan langkahnya. Kakinya terus bergerak dan ia melewatiku begitu saja, seolah – olah ia tidak melihat kehadiranku disana. Aku pun menghembuskan nafas kecil dari mulutku, hatiku semakin terasa sakit melihatnya melewatiku begitu saja barusan. Aku pun mengigit kecil bibir bawahku dan meneguhkan hatiku kembali berjalan. Saat itu aku tersadar bahwa itu adalah pilihan kami, kami memilih untuk mengambil langkah yang membawa kami semkain jauh satu sama lain, dan hati kami memilih mengubur luka yang sama yang kami sebut kenangan.

***

(1)Selamat

avataravatar