9 CHAPTER 8:SATU LANGKAH

Aku menggerakkan pensil di tanganku fokus melukis patung putih di hadapanku, sesekali aku melirik kecil ke arah jam menunggu kapan bell istirahat akan berbunyi. Setelah penantian lama, dering bell memecah keheningan ruang seni. Aku dan teman – temanku berjalan lesu sambil memijat pundak kami yang terasa kaku, Tae Hyung menghentikan langkahnya "teman - teman, sepertinya aku kembali ke kelas dulu, aku meninggalkan dompetku di tas tadi" sahutnya teringat. Aku menurunkan bahuku lemas sambil memutar mataku kesal, nafas kecil terhembus begitu saja dari hidungku pelan "baiklah, kami akan menunggumu di depan pintu ruang makan" timpalku datar. Tae Hyung pun segera berjalan cepat kembali ke kelas dan aku dengan teman – teman lainnya ke arah berlawanan menuju kantin sekolah. Kami menunggu Tae Hyung sambil mengobrol kecil di depan ruang makan, Yi El terus mengintip ke dalam ruang makan melihat apa masih ada meja yang tersisa untuk kami "kenapa Tae Hyung lama sekali? Jika mejanya penuh kita harus makan terpisah" keluhnya kesal. Aku hanya tersenyum miring sambil melipat tanganku di depan dada bersender santai di tembok, tiba – tiba seseorang meletakkan tangannya di atas kepalaku pelan, ia menekan kecil kepalaku menolehkan wajahku menghadapnya. Ekspresiku yang awalnya kesal, tiba – tiba menjadi kaget melihat Yi Ahn telah berdiri menunduk kecil menatapku dengan senyum miring kebanggaannya, aku melirik canggung menghindari tatapan lurus dengannya sambil meringis "ooh... sunbae, waeyo?" tanyaku sopan tapi terdengar sangat canggung. Jari Yi Ahn terasa kembali menekan kecil kepalaku, membuatku tidak bisa lagi menghindar dan menatapnya lurus. Senyumnya terlihat puas

"apa yang kau lakukan disini? Kenapa tidak masuk?" tanyanya

aku menunjuk acak entah kemana "a- aku menunggu Tae Hyung.." jawabku canggung,

keningnya tampak berkerut kecil "siapa itu Tae Hyung?" tanyanya ingin tahu.

Aku memiringkan kepalaku kecil "te... man..." jawabku polos, ia tertawa kecil sambil mengusap pelan rambutku. Tiba – tiba terdengar suara dari sampingku "ohh, Yi Ahn oppa" sapa Ye Rin ceria, Yi Ahn pun mengalihkan pandangannya dariku sambil tersenyum lebar menurunkan tangannya cepat, melihat perubahan sikap itu muncul dugaan kecil dalam kepalaku 'apa dia menyukai Ye Rin?' tanyanyaku mengamati. Mereka berbiacara singkat sampai teman – teman Yi Ahn memanggilnya dari belakang, Yi Ahn mengusap rambut Ye Rin sejenak lalu tersenyum ke arahku sebelum masuk ke kantin bersama teman – temannya. Melihat sikapnya yang berbeda barusan membuat dugaanku semakin kuat 'dia 100% menyukai Ye Rin' simpulku yakin.

Setelah istirahat aku dan teman – temanku pun kembali ke ruang seni dan melanjutkan lukisan kami masing – masing, tak lama pelajaran seni pun berakhir dan kami kembali ke kelas dengan hasil lukisan kami masing – masing. Kami berjalan sambil mengobrol asik dan saling menunjukkan lukisan kami satu sama lain, saat sampai di depan pintu kelas getar singkat terasa dari saku seragamku. Aku menitipkan lukisanku pada Woo Hee sejenak dan mengeluarkan ponselku cepat

"apa yang kau lakukan di luar sana?"

Melihat pesan itu, keningku pun bekerut. Aku mendongak cepat ke arah balkon, namun tidak ada sosok si pengirim pesan disana, aku pun kembali menunduk mengetik cepat membalas pesan itu

"aku barusan selesai kelas kesenian, bagaimana sunabe bisa tahu aku diluar kelas?" tanyaku langsung.

Aku menunggu jawaban dari Yi Ahn penasaran, namun jawaban itu tak kunjung datang. Aku menaikkan alisku tenang kembali memasukkan ponselku kedalam saku seragam dan masuk ke dalam kelas melanjutkan hariku di sekolah.

000

Aku duduk di bawah pohon sakura dengan tasku yang tergantung di punggung dan memangku hasil lukisanku hari ini. Aku menoleh ke sekeliling sekolah yang sedikit sepi karena jam pulang sudah lewat 15 menit yang lalu, aku mengincar pandangan ke ruang guru yang teletak jauh di seberang pohon sakura menunggu Yi El dan Ye Rin melangkahkan kakinya keluar dari sana. Aku menghembuskan nafas besarku lelah menunggu, aku berdiri memutuskan untuk pergi ke ruang guru memanggil mereka atau paling tidak melihat situasi di dalam sana. Aku membenarkan posisi tasku dan memeluk lukisanku erat, melangkahkan kakiku pelan berjalan keruang guru, tiba – tiba suara seseorang terdengar memanggil namaku dari jauh

"Yoo So Eun" teriak suara itu lantang.

Aku menghentikan langkahku menoleh santai, mataku melebar dan aku semakin erat memeluk lukisanku. Yi Ahn tampak berlari kecil lalu berhenti tepat di hadanku, ia membenarkan posisi tasnya yang hampir jatuh di bahu kirinya santai lalu tersenyum lurus menatapku. Ia menghembuskan nafas besarnya lega sejenak, lalu membuka mulutnya memulai pembicaraan "mwohae? Kenapa belum pulang?" tanyanya santai. Aku melirik canggung lalu membuka mulutku

"aku menunggu Ye Rin dan Yi El, mereka di ruang guru" jawabku sambil menunjuk ke belakang cepat.

Yi Ahn tampak mengangguk sambil membuka mulutnya hampa, matanya pun tertuju pada lukisan di pelukanku. Ia mengeluarkan satu tanganya dari saku celana lalu menunjuk lukisanku "boleh aku melihatnya?" mintanya hati – hati, aku menunduk mengikuti arah jari telunjuknya lalu menatapnya dengan mata melebar, aku menggeleng kuat sambil memeluk lukisanku semakin erat. Yi Ahn tertawa kecil dengan reaksiku itu "ada apa? Apa itu bukan milikmu?" tanyanya, aku tertawa canggung "ini milikku... tapi..." timpalku ragu. Yi Ahn menaikkan sebelah alisnya curiga "tapi?" tanyanya berekspektasi

"aku tidak percaya diri, lukisanku jelek" jawabku terus terang sambil meringis ke arahnya.

Tawa Yi Ahn pun pecah mendengar alasan konyolku barusan, ia mengusap cepat rambutku "kau ini, lucu sekali" sahutnya. Ia menggerakkan tangannya menarik lukisanku pelan "tidak apa, aku tidak akan menghinamu" ucapnya tulus, tanganku pun perlahan melemas mendengar perkataannya yang terdengar sejuk itu. Yi Ahn perlahan membalikkan lukisanku, senyum kecil terlihat di ujung bibirnya, ia mengangkat pandangannya

"boleh ku sentuh?" tanyanya meminta ijinku

aku tersenyum lebar sambil mengangguk kecil mempersilahkannya melakukan apa yang dia mau. Ia menggerakkan tangannya perlahan meraba pelan lukisanku, lalu melihat noda pensil tipis menempel di tangannya, senyumnya terlihat mengembang dan ia menurunkan tangannya pelan. Yi Ahn kembali menatapku sambil menyodorkan lukisan di tangannya kembali padaku, aku pun menerima lukisan itu kembali dan memeluknya erat, lalu menatap lurus pria yang berdiri di hadapanku.

Keheningan canggung kembali menyerang kami sampai aku berinisiatif membuka pebicaraan "apa sunbae tidak pulang?" tanyaku terkesan mengusir secara halus, ia menggeleng kecil "aku akan pergi dengan Min Ki dan teman – teman lainnya" jawabnya santai. Aku membuka mulutku hampa sambil mengangguk paham beberapa kali, aku melirik kecil ke arahnya

"eodiga(1)?" tanyaku hati – hati

"tempat yang terasa bagai surga" jawabnya santai,

aku mengerutkan keningku bingung "surga?" tanyaku

Yi Ahn menunduk kecil "PC bang(2)" bisiknya pelan lalu tertawa kecil.

Tawa kecilku ikut pecah mendengar jawabannya itu, aku menatapnya lurus dan kami pun tertawa bersama. Tawa kami terhenti mendengar suara Min Ki yang memanggil temannya itu dari kejauhan, Yi Ahn menoleh kecil sejenak lalu kembali menatapku. Ia menghembuskan nafas besar "kalau begitu aku pergi duluan" pamitnya singkat, aku pun mengangguk kuat sambil tersenyum lebar tanpa mengatakan apapun. Yi Ahn terdiam menatapku lurus, ia mengangkat tangannya mengusap rambutku pelan "hati – hati dalam perjalanan pulangmu" sahutnya terdengar gagah, setelah mengatakan itu ia menarik tangannya pelan lalu membalikkan badannya meninggalkanku yang mematung di tempat menatap punggungnya yang lebar.

000

Ponselku bergetar kecil membuyarkan konsentrasiku dari buku pelajaran. Aku melirik kecil berusaha menahan diri, namun rasa penasaran akhirnya mengalahkan keteguhanku untuk belajar. Aku meletakkan bolpenku cepat dan meraih ponselku yang tak jauh dari jangkauanku, senyum kecil tersungging di bibirku melihat nama Yi Ahn yang tertera di layar

"aku baru saja sampai di rumah, apa yang sedang kau lakukan sekarang?"

Aku pun membenarkan posisi tanganku mengetik "aku sedang bela-.." jariku terhenti dan aku berpikir ulang, otakku pun mulai melakukan pertimbangan kecil 'jika aku bilang kalau aku belajar, dia akan menghentikan pembicaraan dan menyuruhku belajar, tidak... tidak...' timbangku cepat dan menghapus pesan itu. Aku mengigit kecil bibir bawahku

"aku sedang santai saja" jawabku singkat

"apa kau menunggu lama setelah aku pergi tadi?" tanyanya tiba – tiba,

aku mengangkat alisku bingung dengan pertanyaan baru ini "tidak terlalu lama"

"tapi kau menunggu kan?" tanyanya menekan

"ya, aku menunggu... karena aku berjanji untuk menunggu mereka" jawabku.

Perasaanku mulai berharap menanti jawaban apa yang aku terima darinya, aku terus menatap lurus ponselku sampai pemberitahuan pesan masuk di iringi getaran singkat datang dari ponselku. Aku menggerakkan jariku membuka pesan itu, mataku melebar kecil

"seharusnya aku menemanimu lebih lama, lain kali katakan padaku jika kau harus menunggu".

Hatiku pun mulai merasa aneh, aku memiringkan kepalaku berfikir keras. Jariku pun mulai mengetikkan apa isi kepalaku dan mengirimkannya cepat

"waeyo?"

"kenapa lagi? Tentu saja aku akan menemanimu" tekannya yakin.

Aku menutup mulutku yang terbuka hampa kaget membaca pesan itu, apa kami sudah sampai pada tahap dekat? Menurutku tidak. Aku tidak pernah merasa ada perubahan yang besar dari jarak antara kami, aku bahkan tidak mengambil langkah maju ke arahnya sama sekali. Namun jawabnnya hari itu merubah pikiranku. Aku pikir jika aku tidak mengambil langkah maju, ia juga tidak mangambil langkah. Namun, kata – katanya hari itu membuatku berfikir bahwa ia mengambil selangkah ke arahku, apa aku juga harus mengambil langkah? Tetapi karena keraguanku, mulai terdengar bisik ketakutan dalam hatiku 'saat aku melangkah maju ke arahmu, apa kau mengambil langkah mundur dariku?'

***

(1)Kamu mau pergi kemana?

(2)Ruangan / tempat. PC Bang: Warnet

avataravatar
Next chapter