8 CHAPTER 7:KONTAK

Aku berjalan santai menyusuri halaman sekolah, tanpa terasa satu hari melelahkan telah berlalu. Seperti biasa hari – hari di sekolahku masih terasa damai dan penuh cerita dengan teman – temanku, aku keluar dari kamar mandi santai sambil menggerakkan tanganku cepat mengeringkan rambutku yang basah, dering singkat ponselku membuatku menghentikan gerakanku pelan. Aku berjalan santai ke arah tempat tidur meraih ponselku, melihat nomor tidak di kenal membuat keningku berkerut dalam, aku menyampirkan handukku ke bahu kiri santai semakin fokus membuka pesan dari si nomor tidak di kenal ini. Isi pesan itu hanya berbunyi "hey". Pesan yang singkat, jelas, dan mencurigakan bagiku. Jariku menari cepat di atas layar ponsel "maaf sebelumnya, ini siapa ya?" tanyaku pada pengirim pesan itu, aku menatap lurus ponselku menunggu balasan dari nomor misterius ini, namun balasan tak kunjung datang. Aku melemparkan ponselku cuek ke atas kasur dan keluar menjemur handukku yang basah, tak lama aku pun kembali ke dalam kamar dan kembali mengecek ponselku. Mataku melebar melihat si nomor tidak dikenal itu membalas pesanku, aku membuka cepat pesan itu dan mataku semakin melebar

"ini aku Han Yi Ahn, aku meminta kontakmu dari Ye Rin" balasnya menjelaskan.

Tanpa kusadari aku telah membuka mulutku kaget, aku menutup pesan itu dan mengirimkan pesan pada Ye Rin "kau memberikan kontakku pada Yi Ahn sunbae?" tanyaku memastikan. Aku menempelkan ponselku di depan dagu sambil menunggu jawaban Ye Rin cemas, tak lama dering singkat terdengar membuatku langsung membuka pesan yang masuk cepat

"dia meminta kontakmu, jadi aku memberikannya. Maaf aku lupa mengabarimu, apa dia mengirimkan pesan padamu?" jawabnya menjelaskan.

Aku menghembuskan nafas panjang dari mulutku, perasaanku terasa aneh, aku memang ingin tahu tentangnya namun entahlah, aku menjadi ragu. Aku mengetikkan "dia mengirimkan pesan untukku, namun aku tidak mengenalinya, baiklah kalau begitu" jawabku singkat. Aku kembali pada pesan Yi Ahn dan mengetikkan sesuatu membalas pesannya

"maaf sunbae aku tidak tahu, Ye Rin lupa memberi tahuku jika ia memberikan kontakku padamu"

"aaa... begitu rupanya, tidak apa"

"kenapa sunbae mengirimkan pesan untukku? Apa ada sesuatu yang ingin sunbae bicarakan?"

"tidak aku hanya ingin tahu tentangmu, karena kau teman Ye Rin".

Membaca pesan itu aku merasa semakin aneh, otakku berputar 'apa dia menyukai Ye Rin?' tanyaku dalam hati, aku menggaruk kecil belakang kepalaku bingung aku harus menjawab apa kali ini, aku juga tidak mungkin bertanya "apa sunbae menyukai Ye Rin?" secara terang – terangan. Telunjukku mengetuk kecil belakang ponsel sambil berfikir keras, tiba – tiba pesan baru kembali masuk ke ponselku

"tidur?"

Aku langsung menggerakkan jariku mengetik cepat "tidak..." jawabku singkat

"apa kau sudah lama berteman dengan Ye Rin?"

"aniyo(1), kami bertemu saat awal masuk sekolah".

Pembicaraan kami hari itu hanya membahas tentang Ye Rin dan pertemanan kami yang cukup akrab. Namun semakin hari pembicaraan kami terus berlanjut, kami saling bercerita tentang banyak hal, kami bergurau tentang banyak hal, yang terpenting adalah kami semakin dekat satu sama lain.

Aku duduk bergurau bersama teman – temanku di bawah pohon sakura hari itu, angin sejuk berhembus menyapu helaian rambutku lembut. Aku menyisir rambutku pelan lalu menyampirkannya kebelakang telinga sambil mengobrol kecil bersama teman – temanku. Tiba – tiba ponselku bergetar singkat "hey, ada pesan" sahut Hye In sambil menyikut kecil lenganku, aku yang tidak menyadari ada pesan yang masuk pun segera meraih ponselku. Aku membuka pesan yang masuk dan keningku langsung berkerut kecil, aku menoleh ke arah lapangan basket melihat bukan tim basket Yi Ahn yang sedang bermain di lapangan. Aku kembali melihat pesan itu

"pembicaraan kalian terlihat menyenangkan, apa yang kalian bicarakan?"

Aku pun menyipitkan mataku curiga 'seolma(2)...' dugaku. Aku pun menaikkan pandanganku perlahan, mataku melebar melihatnya telah berdiri di balkon menunduk kecil menatap kami. Ia tersenyum lebar mengangkat tangannya yang menggenggam ponsel melambai padaku santai. Aku hanya tercengang diam melihatnya melambai ke arahku, entah sejak kapan dia berdiri disana, namun aku tidak percaya bahwa ia berdiri disana dan menatapku lurus. Aku mengedipkan mataku beberapa kali menundukkan kepalaku perlahan, aliran panas terasa di pipiku, perlahan pipiku pun terlihat memerah. Aku mengusap pipiku pelan dengan satu tangan sejenak, aku berdeham kecil dan menggetik pesan di ponselku cepat

"sejak kapan sunbae berdiri disana?"

Aku melirik kecil melihatnnya sedang mengetikkan sesuatu, senyum kecil terulas di ujung bibirku samar. Getar ponselku membuatku bersemangat dan menggerakkan jariku cepat membuka pesan yang masuk

"entahlah, sejak aku melihatmu disana" jawabnya,

aku memutar mataku kembali melirik ke atas canggung sejenak lalu membalas pesan itu singkat "kenapa sunbae melihatku?" tanyaku sedikit berharap.

Hye In yang melihat sikap anehku pun menggeser badannya ke arahku, mengintip ponselku jahil. Aku reflek menarik ponselku menutupi layar cepat lalu menoleh jahil pada Hye In "wae?" tanyaku sambil menaikkan sebelah alisku, Hye In meliriku curiga

"nugu? Pacar?" sahutnya balik bertanya.

Aku menggeleng kecil "aniyo.." jawabku, aku menurunkan ponselku pelan "Hye In ­–ah.." panggilku. Hye In menaikkan alisnya "hmm..." gumamnya singkat, "jika seseorang selalu memperhatikanmu dari jauh, apa maksudnya?" tanyaku ambigu. Kening Hye In tampak berkerut kecil, ia memiringkan kepalanya sambil menatapku bingung

"nugu?" tanyanya lagi

"hanya seseorang.." jawabku merahasiakannya,

"seseorang yang kau kenal dekat?" tanyanya lagi.

Aku memutar mataku berfikir singkat, aku merasa belum sampai di tahap yang di sebut dekat dengan Yi Ahn saat itu, aku pun memutuskan untuk menggeleng kaku sambil meringis canggung. Hye In menjentikkan jarinya cepat "dia stalker" putusnya sangat yakin dan percaya diri. Aku menghembuskan nafas kecil dengan wajah datar berpaling dari Hye In, jelas aku tidak setuju dengan jawaban itu, aku tidak merasa bahwa dia stalker atau semacamnya. Namun aku juga tidak bisa menyebutkan dengan jelas kepada orang lain hubungan apa yang kami miliki ini. Aku pun kembali membuka ponselku, ekspresiku menjadi kaku melihat pesan Yi Ahn yang belum ku balas tadi, aku mengigit bibir bawahku perlahan menaikkan pandanganku ke arah balkon atas melihat apa ia masih berdiri menatapku disana. Nafas lega terhembus kecil dari mulutku, ia tidak lagi berdiri disana. Aku kembali menatap pesannya di layar ponselku

"karena aku mengenalmu."

Aku bahkan tidak menyadari, untuk pertama kalinya kata – kata sederhana itu dapat menyejukkan hatiku.

***

(1)Jangan – jangan / ungkapan dugaan.

avataravatar
Next chapter