6 CHAPTER 5:KEPALSUAN

"SO EUN –ah!" teriak Yi El dari kejauhan.

Aku langsung menoleh cepat, lalu kembali menoleh menatap Yi Ahn di hadapanku. Aku kembali mengedipkan mataku beberapa kali canggung, lalu menarik tanganku cepat dari genggamannya. Yi Ahn pun berdeham kecil dan memasukkan tangannya canggung ke dalam saku celana, Yi El pun langsung menyelipkan tangannya ke sela lenganku santai

"gaja(1).." ajaknya begitu saja.

Aku memaksakan tawa kecil "ohh.. gaja.." sahutku canggung,

Yi El dan Tae Hyung pun langsung menatap Yi Ahn bersamaan. Mereka memutar matanya kompak melirikku bingung. Aku pun melirik mereka bergantian sejenak lalu menatap Yi Ahn yang mematung di hadapanku. Aku langsung membuka mulutku "oohh... hey, kenalkan ini Yi Ahn sunbae, dia teman Ye Rin" timpalku cepat, Yi El dan Tae Hyung pun langsung membungkukan badannya kaku bersamaan setelah mendengarkan perkenalan singkatku barusan. Sangat canggung, semakin sangat canggung. Aku yang tidak tahan dengan situasi ini menepuk tanganku "ayo kita pulang..!" ajakku cepat lalu menunduk sopan pada Yi Ahn sejenak. Aku langsung menarik tangan kedua temanku lalu melarikan diri dari suasana aneh yang menyerang taman hari itu.

Setelah hari itu, perlahan – lahan sikap kami berubah terhadap satu sama lain. Aku yang awalnya sangat canggung menjadi sedikit lebih nyaman, kami mulai saling melempar senyum pada satu sama lain saat bertemu. Hanya saja, aku selalu menjadi masalah. Tentu saja perubahan sikap kami menjadi perbincangan menarik, kali ini perbincangan yang muncul "adik mantan pacar Min Ki dekat dengan para senior" itu sangat menyebalkan.

Tentu saja itu membuatku semakin tidak tenang menjalani masa SMAku, banyak siswi – siswi berusaha terlihat dekat denganku agar mereka bisa berkenalan dengan anggota tim basket yang terkenal. Salah satunya ketua kelasku, Shin Ji Ae. Hari itu bermula saat aku tidak menyadari maksud Ji Ae yang sebenarnya, aku berjalan dari gerbang sekolah menuju ke kelas sambil memainkan ponselku santai, tiba – tiba seseorang menepuk kecil pundakku

"So Eun –ah.." sapanya ceria.

Aku menoleh kaget mendapati Ji Ae sedang menatapku dengan seneyuman manis di wajahnya, aku langsung memaksakan senyum di ujung bibirku "ooh... Ji Ae" sapaku canggung. Jika hari itu aku tidak terlalu polos dan bisa menilai orang dengan baik, mungkin semua akan baik – baik saja. Kami berjalan santai asuk ke dalam sekolah bersama, dan Ji Ae pun mencondongkan kepalanya mengintip layar ponselku "mwohae(2)?" tanyanya santai. Aku yang sedikit tidak nyaman dengan sikapnya, menarik ponselku menutupi layarnya dan tersenyum sambil menggeleng kecil "bukan apa - apa, aku hanya melihat – lihat SNS(3)" tepisku kaku. Aku benar – benar tidak merasa akrab dengannya, namun anehnya hari itu dia terasa sangat akrab denganku. Tidak, lebih tepatnya ia berusaha terlihat akrab denganku. Langkahku pun berhenti di papan pengumuman sekolah, mataku tertuju pada pemilihan cover majalah sekolah edisi terbaru. Entah kenapa aku pun langsung memiliki perasaan baik tentang pemilihan itu. Aku membaca kententuannya dengan sangat teliti sampai Ji Ae membuyarkan konsentrasiku

"kau tertarik?" tanyanya,

aku menoleh cepat "oh?" tanyaku begitu saja, aku pun mengangguk kecil "Ooh... aku tertarik" jawabku canggung.

Ji Ae tampak melebarkan matanya kaget, ia menepuk kecil pundakku "bagus kalau begitu, kau bisa menitipkan desainmu padaku, aku calon anggota tim majalah sekolah" timpalnya antusias.

Aku pun meringis kecil "baiklah..." jawabku singkat.

Aku kembali menoleh menatap poster yang terpajang rapi di papan pengumuman, lalu menghembuskan nafas besar sejenak. Aku menoleh kembali menatap Ji Ae sambil tersenyum kecil lalu kami pun kembali melanjutkan langkah menuju kelas bersama.

Teman – temanku pun langsung mengerumuniku melihat pemadangan baru yang aneh pagi ini, mereka berkumpul di mejaku cepat "hey hey, sejak kapan kau dekat dengan Ji Ae?" bisik Woo Hee heboh. Aku melirik kecil berpikir sejenak lalu mencondongkan badanku "sekitar 15 menit yang lalu" jawabku berbisik. Woo Hee pun memukul kecil lenganku "mwoya.." sahutnya kesal, Hye In pun mengembuskan nafas panjang sambil menggeleng kecil

"tidak! Kau tidak boleh dekat dengannya" timpalnya tiba – tiba.

Mata kami langsung tertuju pada Hye In dengan ekspresi bingung yang sama "wae(4)?" tanya kami kompak. Hye In menundukkan kepalanya sambil menghela nafas dalam, dia mengangkat kepalanya cepat "dia bermasalah" jawbanya tegas. Aku melebarkan mataku kaget menatap Hye In diam menuggunya menceritakan apa yang ia ketahui. Hye In pun membenarkan posisi duduknya dan mulai bercerita. Saat SMP Ji Ae pernah terkena kasus pencurian di sekolah, semua bukti yang ada mengarah padanya. Setelah kasus itu diselidiki lebih dalam, tiba – tiba kasus itu di tutup begitu saja dan tidak terdengar lagi bagaimana akhir kasus itu. Hal yang lebih mencurigakan adalah siswa yang melapor pindah ke sekolah lain, sementara Ji Ae tidak menerima hukuman apapun. Kasus itu berakhir seperti tidak terjadi apapun saat itu, hingga saat ini tidak ada yang tahu apa dia bersalah atau tidak.

Mendengar cerita Hye In aku semakin ragu dan tidak percaya pada Ji Ae, namun aku berusaha menghilangkan perasaan itu dan mempercayai Ji Ae. Sekali lagi, karena teori bodoh yang ku anggap prinsip yaitu bagiku semua orang baik pada dasarnya. Beberapa hari kemudian, aku berjalan ke meja Ji Ae dan menyerahkan amplop putih panjang padanya penuh harap. Ji Ae melihat amplop putih yang ku sodorkan padanya bingung, lalu menerima amplop itu dengan kedua tangannya

"apa ini?" tanyanya sambil membuka amplop putih ditangannya.

Aku menggaruk kecil belakang kepalaku canggung "soal pemilihan cover majalah, aku ingin mengumpulkan desainku" timpalku.

Ji Ae membuka mulutnya teringat, ia tertawa canggung "a- ah.. begitu, baik – baik, serahkan padaku" jawabnya terbata – bata. Aku menyodorkan amplop putih ditanganku pada Ji Ae dengan senyum kecil "gomawo" sahutku tulus lalu melambaikan tangan meninggalkan meja Ji Ae dengan perasaan ringan.

000

Aku berjalan santai keluar dari kamar kecil dan menghentikan langkahku di bawah pohon sakura di hadapanku, senyumku selalu mengembang tiap kali aku aku menatap pohon itu. Aku menatap pohon itu sejenak lalu membalikkan badanku hendak kembali ke kelas, langkahku terhenti melihat Yi Ahn telah berdiri diam di depan balkon menatapku lurus. Ia terlihat menunduk kecil menatapku lurus dan senyum kecil tersungging di ujung bibirnya, melihat senyum yang tertuju padaku itu, bibirku ikut menyunggingkan senyum kecil ke arahnya. Setelah senyum singkat itu, aku memalingkan wajahku dan berjalan menuju ke kelasku. Aku merasa lega hari itu, karena aku tidak perlu melihatnya dengan rasa canggung lagi.

Hari menegangkan yang ku tunggu pun tiba, hari penantianku akan desain cover majalah yang terpilih. Aku dan teman – temanku berlari kecil menuju perpustakaan dan dengan harapan mengeluarkan majalah terbaru sekolah dari barisannya di rak. Aku membuka mulutku hampa melihat bahwa desainku telah terpajang di sampul depan majalah bulan ini, teman – temanku bersorak kecil melihat desainku yang telah ku tunjukkan pada mereka beberapa hari lalu melalui ruang obrolan. Mereka langsung merebut majalah di tanganku cepat dan membuka daftar redaksi di halaman paling terakhir, Woo Hee membuka mulutnya sambil menjujuk daftar redaksi pelan "nama So Eun kan ada disi-" sahutnya terhenti. Senyum lebar yang merekah di bibirnya perlahan meredup, ia menoleh ke arah kami bingung

"hey, apa maksudnya ini?" tanyanya datar

Tae Hyung langsung merampas majalah itu dari tangan Woo Hee dan membaca nama yang tertulis teliti, ia menoleh menatapku kaget, melihat ekspresi aneh itu aku pun merasa ada yang tidak beres, aku meringis kecil menatap Tae Hyung "w- wae?" tanyaku dengan perasaan yang tidak enak. Mereka yang telah membaca majalah itu menoleh ke arahku dengan tatapan canggung yang sama, melihat itu perasaanku semakin tidak enak. Aku menarik majalah itu dari tangan Tae Hyung, membaca nama yang tertulis di majalah itu dengan mataku sendiri. Mataku melebar kecil dan nafas tidak percaya keluar dari mulutku, aku menunduk sambil tersenyum kesal, majalah itu menuliskan desain cover oleh Shin Ji Ae. Aku langsung menutup majalah itu kasar dan melempakannya ke atas meja kesal, aku membalikkan badanku cepat meninggalkan perpustakaan. Teman – temanku hanya diam di dalam sana membiarkanku pergi dengan perasaan berat yang sangat canggung, aku berjalan kesal menerobos siapa saja di depanku kasar. Tanpa berlama – lama lagi, langahku langsung membawaku pada Ji Ae, ia tersenyum kecil menatapku seakan tidak terjadi sesuatu di antara kami. Aku yang tidak ingin berusrusan dengannya terus berjalan melewatinya begitu saja, Ji Ae membuka mulutnya

"gomawo(5)..." ucapnya senang.

Langkahku terhenti dan disaat yang bersamaan kami membalikkan badan saling mneatap satu sama lain, Ji Ae melipat tangannya di depan dada menatapku angkuh, aku hanya menatapnya lurus sambil berusaha meredam emosiku. Aku menyunggingkan senyum miringku berusaha sekeras mungkin membuat wajahku terlihat sinis, aku menaikkan sebelah alisku "nikmatilah kemenangan palsumu, ingtalah ini tidak bertahan lama" timpalku memperingatkan lalu kembali membalikkan badan melanjutkan langkahku masuk ke dalam kelas.

Tentu saja perkataanku menjadi semacam kutukan baginya, sebenarnya aku tidak bermaksud untuk mengutuk atau semacamnya, namun waktu telah berputar dan menunjukkan bahwa kata – kataku menjadi kenyataan. Desain – desain selanjutnya terasa berbeda sejak pemilihan cover hari itu, perbedaan yang sangat mencolok membuat tim majalah sekolah meragukan kinerja Ji Ae. Desain yang Ji Ae berikan tidak sesuai dengan keinginan tim majalah sekolah, tentu saja setelah hari itu menjadi awal jatuhnya Ji Ae di tim majalah sekolah. Hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk berhenti menjadi pendesain majalah sekolah, sebelum seluruh tim mengeluarkannya dan semakin menjatuhkan harga dirinya. Rasa kasihan sebenarnya menyerang hatiku ketika melihat Ji Ae, namun aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama, aku pun mengabaikan perasaan itu dan terus diam. Aku menutup mata dan telingaku rapat, kembali pada kehidupan sekolah yang aku inginkan. Kehidupan sekolah yang damai.

***

(1)Ayo kita pergi.

(2)Sedang apa?

(3)Sosial media.

(4)Kenapa?

(5)Terima kasih dalam bahasa informal.

avataravatar
Next chapter