16 CHAPTER 15:PERJALANAN

Hari yang paling ku tunggu pun akhirnya tiba. Sekolah mengadakan karya wisata untuk seluruh angkatan, tentu saja ini merupakan perjalanan sekolah pertamaku di SMA SONGHWA. Aku berusaha bersikap biasa dengan teman – temanku dan melupakan perasaan – perasaan aneh antara kami sejenak, dengan begitu kami dapat menikmati perjalanan hari ini dengan nyaman. Tapi tetap saja, seberapa keras usahaku untuk bersikap biasa, sikap Ye Rin menunjukkan sebaliknya. Ia membuat jarak diantara kami terlihat semakin jelas. Aku sudah bertekad untuk tidak merusak hari indah ini dengan perkelahian hebat dengan Ye Rin, aku hanya menghadapinya dengan sabar sambil terus menghela nafas besar tentunya.

Kami sampai di tujuan pertama kami di yaitu Museum Nasional di kawasan Jinju. Tentu saja tujuan perjalanan ini bertujuan untuk belajar, tapi bagi beberapa murid sepertiku dan teman – temanku tujuan perjalanan ini adalah untuk bersenang – senang dan pergi menghabiskan waktu bersama. Aku dan teman – temanku berkeliling museum, mendengarkan pemandu wisata yang menjelaskan berbagai kisah sejarah sambil mencatat hal – hal penting yang berguna bagi laporanku. Setiap tingkat SMA mengunjungi lokasi yang berbeda, namun kami akan bertemu setiap jam makan dan di tujuan terakhir nanti. Aku berjalan mengelilingi lemari – lemari kaca yang memamerkan berbagai benda bersejarah, sambil mengambil gambar dari beberapa benda yang terpajang rapi di depan mataku menggunakan ponsel.

Senyumku mengembang kecil melihat pesan yang muncul di layar ponselku saat aku mengambil gambar, aku melirik ke sekeliling memastikan Yoon seonsaengnim tidak melihatku dan menggerakkan jariku cepat membuka pesan yang masuk. Tanpa ku sadari senyumku semakin melebar membaca pesan itu, aku berdeham kecil melipat bibirku masuk berusaha mengendalikan diriku untuk bersikap biasa. Jariku menari cepat membalas pesan itu dan mengirimkannya secepat mungkin, aku kembali melirik ke sekeliling memastikan tidak ada yang melihatku dan memasukkan ponselku ke dalam saku dengan perasaan geli. Setelah berjalan mengelilingi Museum besar itu, kami berpindah ke tujuan kedua kami sebelum makan siang. Tujuan keduaku hari ini adalah Institute of Science Education Exhibition Hall tentu saja tujuan kedua ingin sangat menguras tenaga dan pikiran, namun kau berusaha menikmatinya sambil saling melempar gurauan pada teman – temanku. Aku pun berheni di depan sebuah cermin besar, mengeluarkan ponselku cepat lalu berbisik menahan teman – temanku

"hey, hey! Ayo kita foto bersama" ajakku cepat.

Kami pun langsung mendekatkan tubuh kami memastikan seluruh enam orang masuk ke dalam kamera. Setelah sesi foto singkat itu kami tertawa kecil dan melanjutkan langkah kami kembali fokus pada pemandu yang sedang menjelaskan tentang hal yang tidak aku minati, namun tentu saja aku memperhatikannya demi laporanku semata. Getar ponselku menggangu konsentrasiku pada materi, aku menarik kecil ponselku keluar dari saku jaket melihat pemberitahuan pesan masuk yang terpampang di layar ponsel, keningku berkerut kecil melihat nama Yi Ahn sebagai pengirim pesan. Aku pun menoleh kecil memastikan tidak ada yang melihatku, setelah kondisi terasa aman, aku mengeluarkan ponselku sembunyi – sembunyi lalu membuka pesan yang masuk itu. Aku melirik kecil ke sekeliling lalu menggerakkan jariku membalas pesan Yi Ahn secepatnya

"Kamu ada dimana sekarang?"

"Science Education Exhibition Hall. Sunbae sendiri ada dimana? Kenapa bisa buka ponsel?"

Aku memasukkan ponselku kembali ke dalam saku cepat, lalu mengalihkan perhatianku cepat kepada pemandu yang menjelaskan berbagi hal. Tak lama, getar singkat ponselku kembali terasa membuatku meletakkan bolpenku cepat, aku mengeluarkan ponselku sambil menunduk menyembunyikan senyum kecilku

"Aku mengirimkan pesan diam – diam, Hahahaha. Jangan dibalas lagi, aku hanya ingin bilang padamu waktu bebas nanti kita makan bersama, sampai nanti Yoo So Eun."

Senyumku semakin melebar membaca pesan itu, aku menutup mulutku dengan perasaan geli menjalari seluruh tubuhku. Aku menghembuskan nafas kecil memasukkan ponselku kembali ke dalam saku dan kembali memperhatikan pemandu di depan. Entah mengapa perasaanku langusng berubah menjadi lebih baik, yang terutama adalah aku semakin tidak sabar menunggu waktu bebas nanti.

000

Waktu yang kutunggu pun akhirnya tiba. Puncak dari perjalanan hari ini adalah Sungai Namgang & Benteng Jinjuseong, bus rombongan sekolah kami sampai di saat yang bersamaan. Aku tersenyum kecil melihat bus angkatan Yi Ahn terparkir sempurna di samping bus angkatanku, aku dan teman – temanku pun turun dari bus sambil bergurau kecil. Saat kakiku menapaki tanah dari tangga bus, mataku pun bertemu dengan seseorang yang ku tunggu, senyum kecil yang tersungging di bibir Yi Ahn pun perlahan mengembang semakin lebar saat matanya bertemu denganku, begitu pula denganku. Woo Hee pun berteriak kecil mengalihkan pandanganku dari Yi Ahn cepat "hey, ayo kita kesana!" ajaknya antusias. Aku pun menoleh kecil mengikuti arah jari Woo Hee lalu menggangguk cangguk "ohh, gaja(1)!" sahutku, Yi El dan Tae Hyung pun menggandengku cepat lalu berlari kecil menarikku pergi. Aku pun kembali menatap Yi Ahn yang masih berdiri menatapku diam di tempatnya, mataku terus tertuju padanya sampai aku tidak dapat melihatnya lagi. Aku sesekali menoleh melihatnya masih berdiri menatapku diam di tempat yang sama, melihatnya menatapku seperti itu membuat perasaan aneh menjalari tubuhku, aku tersenyum kecil lalu membalikkan badanku perlahan.

Langit yang semakin gelap menambah keindahan Benteng Jinjuseong, setelah berjalan singkat dan foto bersama rombongan sekolah kami pun pergi untuk makan malam. Menyadari waktu makan malam membuatku teringat akan pesan yang kuterima tadi siang 'ahh benar, aku setuju untuk makan bersamanya...' sahutku teringat dalam hati, aku pun mulai melirik teman – temanku sambil menggigit kecil bibir bawahku ragu. Hal yang ku pikirkan sederhana "apa yang akan teman – temanku pikirkan jika mereka tahu Yi Ahn mengajakku makan dengannya?"

Saat teman – temanku sedang sibuk sendiri, aku perlahan melangkah mundur menjauh dari mereka. Aku tahu ini terasa seperti aku membohongi mereka, tapi aku tidak siap untuk menjawab berbagai pertanyaan aneh yang keluar dari pikiran mereka, aku berharap mereka tidak akan mengetahuinya sampai kapanpun. Setelah aku berhasil menghilang dari teman – temanku aku pun mengeluarkan ponselku sambil berjalan tidak tahu arah dan mengetikkan pesan pada Yi Ahn

"Sunbae ada dimana sekarang?"

"Aku akan kirimkan lokasinya padamu."

Aku pun berjalan mengikuti kemana peta membawaku pergi menurut lokasi yang Yi Ahn kirimkan. Mataku melebar dan aku mengangkat tangan cepat menutup mulutku yang terbuka hampa melihat café besar yang menyambut kedatanganku, aku pun mulai berfikir ulang melihat bentuk bagungan café itu yang jelas menunjukkan berapa harga makanan disana, pastinya mahal 'sial' keluhku dalam hati.

Yi Ahn keluar dari café itu menyadari kedatanganku, ia berhenti di hadapanku dengan senyum miring andalannya

"kenapa kau tidak masuk?" tanyanya santai,

aku meringgis canggung sambil memutar mataku "ini bukan seperti bayanganku..." bisikku pelan.

Yi Ahn tampak mendengar perkataanku barusan, ia mengeluarkan satu tangannya dari saku jaket biru tua panjang yang di kenakannya lalu mengusap rambutku "kau ini" timpalnya geli. Aku pun megangkat tanganku ragu hendak menyentuh tagannya di atas kepalaku namun aku mengurungkan niatku dan hanya tersenyum kecil. Ia pun menunduk meluruskan matanya denganku dekat "ayo kita masuk, aku kedinginan" ajaknya lalu mengusap kepalaku singkat sekali lagi sebelum membalikkan badannya masuk ke dalam café. Aku menunduk kecil sambil merapikan rambutku yang sedikit berantakan lalu melangkahkan kakiku masuk kedalam café itu, mataku semakin melebar melihat apa yang tidak nyata di depan mataku itu. Aku memutar mataku canggung dalam sekejap aku merasa seluruh tubuhku terasa membeku, aku pikir ini hanya makan biasa dangan pembicaraan kecil, namun aku salah. Semua teman – temannya berada di dalam café itu, melihat kedatanganku pun membuat teman – temannya menghentikan gerakan mereka kaget dan menatapku heran. Yi Ahn yang awalnya duduk bersama teman – temannya itu mengambil barang – barangnya santai dan pindah ke meja yang tak jauh dari mereka untuk dua orang. Ia duduk di meja itu santai lalu menatapku bingung

"mwohae? Duduklah" sahutnya santai.

Aku melirik kecil ke arah teman – temannya yang masih tercengang melihat kedatanganku barusan, aku menghembuskan nafas besar lalu berjalan melewati meja teman – temannya canggung. Ia tersenyum puas melihatku duduk di hadapannya, ia sama sekali tidak menyadari bahwa aku sangat canggung hari itu. Bagaimana aku tidak merasa canggung? Semua mata terasa melihat ke arahku dan setelah aku melewati teman – temannya itu, mereka bahkan saling berbisik satu sama lain sambil sesekali melirikku curiga.

Pelayan café pun datang membawakan makan yang bahkan aku belum pesan, aku hanya menatap makanan – makanan di hadapanku canggung dan mengalihkan mataku ke arah Yi Ahn diam meminta penjelasan. Yi Ahn tersenyum kecil "makanlah" sahutnya singkat, ia mengangkat garpunya dan mulai menyantap berbagai hidangan yang ada di meja. Aku pun mengangguk kecil lalu mengangkat garpuku mulai menyantap makanan yang tersedia. Aku memutar mataku meliriknya diam – diam 'dia menungguku dan tidak makan dengan teman – temannya' dugaku dalam hati, namun memikirkan hal itu sendiri membuatku merasa lebih baik. Memikirkan itu membuatku sedikit senang.

Kami berjalan menyusuri pinggir Sungai Namgang yang sangat indah di hiasi lampion – lampion yang berlayar di tengah – tengah sungai. Aku tersenyum kecil melihat keindahan yang menyegarkan mataku itu, langkahku terhenti melihat satu lampion yang diam di ujung sungai, aku pun berjalan mendekati lampion itu dan mendorongnya berlayar ke tengah – tengah sungai. Senyum Yi Ahn mengembang melihat perbuatanku itu, ia mendekatiku cepat

"kau mau buat satu?" tawarnya.

Senyumku merekah mendengar tawaran itu, tentu saja kau sangat ingin. Aku menoleh menatapnya dengan senyum lebar menghiasi bibirku dan mengganguk kuat menyetujui tawarannya itu. Senyum Yi Ahn semakin mengembang melihat anggukanku, ia mengusap lembut rambutku "baiklah, ayo kita buat" timpalnya santai. Kami masuk ke toko yang menjual lampion – lampion itu dengan senyum cerah, aku mengelilingi toko itu perlahan melihat satu – persatu lampion yang terpajang di dalamnya, mataku pun tertarik pada satu lampion merah dengan lukisan bunga mawar yang sangat indah di dalamnya. Aku menghampiri lampion itu cepat lalu mengambilnya dari gantungan

"aku mau yang ini" sahutku sedikit manja

Yi Ahn melihat lampion pilihanku "ini? Baiklah..." timpanya santai.

Kami langsung berjalan ke arah kasir untuk membayar lampion yang ku ingingkan, aku pun menoleh memperhatikan tangan Yi Ahn yang tidak membawa apapun. Aku menahan lengannya membuatnya menghentikaan gerakkannya lalu menoleh ke arahku

"sunabe tidak beli?" tanyaku

"gwaenchanha, aku tidak punya keinginan apapun saat ini" timpalnya santai

"aku juga tidak punya saat ini, tapi tidak ada salahnya kan meminta keinginan yang tidak kau ketahui" sahutku yakin.

Aku membalikkan badanku cepat lalu berkeliling mencari satu lampion yang cocok untuknya, aku kembali sambil tersenyum kecil dengan lampion di tanganku. Yi Ahn melepaskan tawa kecilnya lalu mengusap kepalaku, senyumku melebar melihatnya tersenyum padaku dan aku senang aku bisa membuatnya tersenyum.

Setelah menuliskan harapan kami masing – masing kami kembali ke bibir sungai untuk meyalarkan lampion kami. Aku memegang lampionku dengan dua tangan lalu menoleh menatap Yi Ahn yang berdiri diam di sampingku, menyadari tatapanku tertuju padanya, Yi Ahn pun menoleh ke arahku dan melemparkan senyum kecilnya. Setelah tatapan singkat itu aku pun menghela nafas panjang

"baiklah, bisa kita layarkan sekarang?" tawarku santai,

Yi Ahn mengganguk kecil lalu berlutut meletakkan lampionnya di atas air. Aku pun ikut menekuk kakiku berlutut dan meletakkan lampionku ke atas air, aku perlahan mendorong lampionku dan melihatnya berlayar indah ke tengah – tengah sungai. Yi Ahn tersenyum kecil melihat lampionku yang berlayar menjauh, perlahan ia pun mendorong lampionnya dan senyumnya melebar lampion itu mengejar lampionku yang telah berlayar jauh. Kami pun berdiri dengan mata yang tertuju pada lampion kami, aku pun teringat akan sesuatu dan membalikkan badanku ke arahnya

"ayo kita berdoa agar keinginan kita cepat terkabul!"

"aku bahkan tidak tahu keinginanku apa..." tolaknya cuek.

Aku menyipitkan mataku curiga "sunabe benar – benar tidak tahu, atau pura – pura tidak tahu?" godaku jahil.

Yi Ahn membalikkan tubuhnya cepat menatapku dan memuka mulutnya "hey Yoo-" sahutnya terhenti "saatnya berdoa!" timpalku cepat lalu memejamkan mataku dengan tangan terlipat di depan bibir. Bibirku tersenyum berusaha menahan tawaku yang hampir pecah, dalam pikiranku tergambar wajah kesalnya karena aku menjadikkannya bahan tertawaan sekarang. Tiba – tiba tawaku terhenti begitu saja merasakan tangannya mengusap rambutku secepat kilat dalam sekejap, aku pun membuka mataku dan menatapnya lurus, namun Yi Ahn tampak memejamkan matanya dengan tangan terlipat serius. Senyumku semakin melebar melihatnya, aku pun kembali memejamkan mataku perlahan dan berdoa dengan tulus

"semoga apa yang ia inginkan dapat terwujud."

***

(1)Ayo kita pergi

avataravatar
Next chapter