webnovel

Sebuah penderitaan saat terbangun

```

Sopir taksi terperangah ketika ia berhenti di depan kawasan perumahan yang sangat mahal dan mewah. Ia tidak menduga bahwa wanita gila yang dijemputnya tadi ternyata adalah seorang Missy yang kaya raya.

Namun, dia tidak salah jika ada orang lain yang melihatnya di jalanan pasti akan berpikir bahwa dia adalah seorang wanita gila. 

Ia berbalik dan melihat Ari keluar dari mobil, meskipun dia tidak tampak seperti salah satu dari wanita berprofil tinggi, keanggunan dan kecantikannya mengimbangi penampilannya yang berantakan. 

Setelah melihat beberapa kali lagi, sopir taksi secara alami membuat beberapa asumsi sendiri. Jika wanita ini tidak gila, maka hanya ada satu alasan lain mengapa dia tampak seperti ini... patah hati.

Wanita itu tidak mengatakan apa-apa ketika ia mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya padanya, "Pergi dan nikmati makan malam yang enak dengan keluargamu." 

Ketika sopir taksi melihat bahwa wanita itu memberinya seratus dolar, dia terkejut. Dia menatap Ari lalu berkata, "Tidak perlu seperti ini, nona." 

Ari tersenyum kemudian mendorong seratus dolar ke tangan sopir taksi sebelum berkata, "Kamulah satu-satunya orang yang menunjukkan kebaikannya padaku malam ini. Anggap ini sebagai hadiahmu." 

Dia berputar di tumitnya lalu berjalan pergi, meninggalkan sopir taksi di belakang. Dia menatap seratus dolar di tangannya sebelum bergumam, "Siapa di dunia ini yang tega menyakiti wanita baik seperti ini?" 

****

Ari berjalan melewati jalan setapak berbatu yang bersih menuju Rumah Nelson. Meskipun dia tidak mabuk, langkahnya tidak stabil saat dia terantuk pada batu kerikil yang tidak terlihat. Beberapa kali dia tersandung tetapi entah bagaimana dia berhasil berdiri lagi.

Akhirnya, dia tiba di sebuah rumah besar yang tampak megah dengan lampu emas redup yang bersinar di pintu depan. Di depan mansion itu terdapat sebuah air mancur dengan patung empat wanita di setiap sisi, masing-masing memegang vas di tangan mereka yang mana air mengalir keluar dari vas itu. 

Ari berjalan menuju air mancur dan memandang air yang cetek tapi cukup untuk tenggelam dan menatap refleksinya di air yang berkerut. 

Dia menggelengkan kepala dan mencibir, "Mungkin aku memang sudah hilang akal. Kenapa aku malah memikirkan hal seperti ini? Apakah layak bunuh diri demi pria tak berhati itu?" Hatinya, yang pernah terbakar dengan kasih sayang dan cinta untuk Noah, akhirnya berubah menjadi tidak lebih dari sekumpulan abu. "Aku perlu tidur sebentar sebelum pikiranku menjadi semakin gila." 

Ari berjalan menyusuri tangga marmer yang megah dengan pincang dan mendorong pintu terbuka sebelum berjalan ke dalam rumah tapi begitu dia masuk, sebuah sosok menghampiri dia, dan sebelum dia bisa mengerti apa yang terjadi, sebuah tamparan nyaring mendarat di wajahnya. 

Perih tajam di pipinya membuat pikirannya sedikit jernih. 

Diia mengangkat tangannya dan menyentuh pipi yang ditampar, lalu mengangkat kepalanya untuk menatap wanita itu. Matanya terisi dengan kejutan saat dia melihat ibu mertuanya, Nyonya Nelson. 

Dengan rambutnya diikat asal ke atas dengan beberapa helai jatuh di dahinya dan kacamata bulat terletak di atas hidungnya, wanita itu menatapnya dengan mata coklatnya. Dia berpakaian kaos longgar abu-abu dan celana hitam sambil menatap Ari seolah-olah dia melihat wanita terkutuk di bumi. 

"Apa maksud ini, ibu?" tanya Ari dengan sedikit kemarahan di suaranya. 

"Jangan panggil saya ibu, saya tidak tahan mendengar panggilan ini dari mulutmu," Nyonya Nelson mengejek sambil menyilangkan tangannya di depan dan menanyai Ari seolah-olah dia adalah seorang kriminal menunggu vonisnya. "Katakan, apa kamu pergi ke Bar Muse lalu membuat keributan di pesta kembalinya Ariel?"

Mata Ari berkedip. Dia seharusnya tahu bahwa Ariel tidak akan membiarkan masalah ini berlalu. Mengingat betapa Nyonya Nelson memanjakannya, Ariel pasti telah memberi tahu Nyonya Nelson segalanya agar dia dapat membawa Ari ke 'keadilan'.

"Apakah Ariel yang mengatakan ini?" tanya Ari dengan getaran ringan di suaranya. 

Adik iparnya, Glynn, yang merupakan duplikat dari ibunya kecuali memiliki rambut coklat, mendengus kemudian memotong pembicaraan, "Bagus juga. Kalau tidak, kami tidak akan tahu kalau kamu berlaku kasar di hadapan banyak pewaris kaya generasi kedua. Sungguh memalukan." Dia kemudian menatap Ari yang berantakan dan memutar bibirnya dengan penghinaan. "Tidak hanya bertingkah kasar, tapi kamu juga tampak seperti itu." 

"Saya tidak——"

"BERANI-BERANINYA KAMU MENYANGKAL?!" Nyonya Nelson berteriak saat dia menunjuk Ari dengan ekspresi marah. "Saya sudah mendengar semua tentang itu, tidak hanya kamu membuat pameran besar, tapi kamu juga menyiram air dan apa saja ke anak saya! Kamu bahkan melukai anak Nyonya Baker! Apakah kamu tidak tahu betapa memalukannya itu bagi saya?"

Ari terdiam. Dia menatap ibu mertuanya sebelum menurunkan tangannya yang memegang pipi yang ditampar. Dia bertanya, "Apakah Anda bahkan mendengar mengapa saya membuat keributan?" Sebelum ibu mertuanya dapat berkata apa pun, Ari menambahkan, "Atau apakah Anda mengharapkan saya untuk bersorak bagi anak Anda saat saya menemukannya sedang berciuman dengan wanita lain padahal dia sudah menikah dengan saya?" 

Nyonya Nelson cukup terkejut saat dia melihat Ari membantah. Dia belum pernah melihat wanita ini membuka mulut di depannya sejak dia menikah dengan anaknya, tetapi tidak hanya tindakan Ari tidak menenangkannya, malah semakin memicu amarahnya saat dia menegur Ari dengan keras, "Apakah saya perlu mengingatkan kamu bagaimana kamu menikah dengan anak saya? Jika tidak karena kamu mengusir Ariel pada hari pernikahan… dia yang akan menjadi Nyonya Nelson! Jangan lupa posisimu, Ariana Harlow!" 

Dia berhenti lalu menambahkan, "Bagaimanapun, anak saya itu luar biasa. apa yang salah dengan dia mengejar kebahagiaanya saat kamu tidak bisa memberikannya padanya?" 

Ari hanya menatap Nyonya Nelson. Dia entah gila atau terlalu bodoh karena dia tidak mengerti apa yang coba dikatakan Nyonya Nelson. Apakah dia mencoba menggaslightnya dengan mengatakan bahwa dia tidak cukup baik untuk Noah dan tidak seharusnya membuat keributan, bahkan ketika dia selingkuh dari dirinya? 

Apakah pernikahan hanya tentang siapa yang memiliki kekuatan yang lebih megah? Yang lebih kuat bisa menginjak kepala pasangan mereka sesuka hati. 

Tapi lagi pula, Ari tidak bisa mengerti kerumitan pikiran orang lain, karena kepribadiannya berbeda dari orang kebanyakan. Namun, meski kepribadiannya berbeda dari yang lain, Ari tahu satu hal pasti dan itu adalah ——

Dia tidak salah, dan tidak ada jumlah penyalahan atau gaslighting yang akan menggoyahkan dia. 

Ari mengerucutkan bibirnya lalu berkata, "Jangan khawatir, Ibu. Sangat segera, anak Anda dapat mengejar kebahagiaannya. Karena dia sangat menginginkannya, akan terlalu berlebihan jika saya tidak memberikannya kepadanya."

————————————

******

Jangan lupa tinggalkan powerstones jika Anda menyukai bab-babnya.

```

Next chapter