webnovel

Chapter 15

Tiga jam yang lalu.

"Kepala kepolisian Jung, mohon maaf saya dan tim saya tidak dapat menyelesaikan kasus ini"

Pemuda itu mendengarkan sembari menyandarkan dagunya pada punggung tangan kiri, ia membaca isi berkas kasus mutilasi untuk kelima kalinya, untuk merekap kembali detail kasus. Ia meletakkan berkas itu di atas meja yang ada di hadapannya. Ruangan kepala inspektur jenderal selalu terasa suram bagi siapa pun yang berpangkat di bawah posisi kepala kepolisian, dikarenakan hampir semua perbincangan yang terjadi di ruangan itu seringnya melibatkan amarah kepala inspektur jenderal.

Jung Dae Joon bukanlah tipe orang yang gemar melampiaskan emosinya kepada orang lain, ia lebih suka memendamnya sendiri dan memikirkan jalan keluar dari permasalahannya sendiri. Meski para petugas kepolisian tahu tentang kepribadian Dae Joon yang seperti itu, mereka tetap menghormati kepala kepolisian atau kepala inspektur jenderal tanpa pandang umur. Kemungkinan karena para petugas itu sadar diri akan posisi mereka, atau karena Jung Dae Joon memiliki aura seram yang membuat mereka cemas.

Kebanyakan, para orang yang pendiam sebenarnya lebih terbuka kepada orang terdekat mereka, contohnya seperti teman, keluarga, dan lain-lain. Begitu pula dengan Jung Dae Joon dengan wajahnya yang garang itu. Jung Dae Joon juga sering kali mendapat masalah dalam hal berkomunikasi (namun ia tidak peduli tentang hal itu karena ia tidak tertarik untuk berkomunikasi). Sebenarnya, Dae Joon akan berbicara jika ia diajak berbicara, namun jika tidak, ia tidak akan berbicara.

Jung Dae Joon mengubah posisi duduknya menjadi lebih formal. Ia memijit pelipisnya sembari melirik ke berkas yang ia letakkan di atas meja. "Kalian tidak dapat menyelesaikan kasus itu, jadi kalian serahkan kasus itu kepada pak kepala inspektur senior Han?"

"Kami tidak menyerahkannya kepada pak Han, pak Han sendiri yang menawarkan diri untuk menangani kasus mutilasi itu"

Dae Joon melirik ke jam dinding yang ada di atas pintu ruangan. "Anda sudah tahu bahwa pak kepala inspektur Han telah menangkap pelaku mutilasi pada siang hari ini?"

"Sudah, pak"

Dae Joon terdiam, ia merenung sesaat. "Baiklah inspektur Yoo, terima kasih atas waktunya" tegas Dae Joon sembari melihat inspektur Yoo membungkuk dan keluar dari ruangan, setelah itu ia melihat ke sudut kiri dan kanan mejanya yang dipenuhi berkas-berkas kasus yang belum terselesaikan.

Ditemani dengan suara jam dinding yang berdetak, kepala kepolisian sementara itu menyelesaikan beberapa berkas kasus dengan petunjuk dan bukti yang telah lengkap. Satu, dua, empat, tujuh, sepuluh, belasan kasus telah diselesaikan oleh Jung Dae Joon hingga habis dan hanya tersisa satu berkas kasus mutilasi. Tentunya Dae Joon tidak berniat untuk istirahat dan malah mengambil buku harian Jang Sooya untuk membaca kembali isinya. Sebenarnya membaca buku harian orang lain itu tidak sopan dan merupakan perilaku yang tidak beretika, namun Dae Joon tidak punya pilihan lain selain membaca buku harian milik korban dan mencari sebisa mungkin gagasan yang merujuk ke kasus mutilasi. Ia merasa telah meninggalkan poin penting dalam buku harian tersebut. Selagi membaca, Dae Joon sesekali melihat isi berkas kasus Jang Sooya untuk ia sandingkan dengan isi buku harian korban.

Sekilas, isi berkas kasus Jang Sooya singkatnya sebagai berikut:

Nama korban: Jang Sooya

Umur: 32 tahun

Pekerjaan: Pembantu rumah tangga

Status: Menikah dengan Jang Ryoo

Tersangka utama: "Tora"

Mayat Jang Sooya ditemukan pada malam hari Jumat, sekitar pukul 23.56 oleh seorang vigilante berkode nama "Tora". Mayat Jang Sooya ditemukan dalam kondisi terbelah menjadi beberapa bagian: kedua lengan; kedua kaki; kepala; dan dada hingga rahim. Diperkirakan meninggal pada pukul 18.00 dan dibunuh dengan cara korban dibuat pingsan terlebih dahulu lalu korban ditembak menggunakan revolver tepat pada bagian jantung, setelah itu korban dimutilasi dan bagian-bagian tubuhnya diletakkan di dalam boks kontainer berwarna hitam.

Hasil autopsi korban keluar pada hari Sabtu, pukul 08.00. Hasil autopsi menyajikan beberapa fakta yang tak lain adalah organ dalam korban seperti ginjal, hati, dan lambung telah diambil oleh pelaku tepat setelah kejadian memutilasi. Korban memiliki beberapa luka memar di sekujur tubuhnya, diperkirakan dipukul dan dicekik sampai mati lalu dimutilasi oleh pelaku karena adanya kerusakan saraf di sekitar leher.

"Pak! Anda harus melihat apa yang sedang terjadi di TV!"

Lamunan Dae Joon dipecahkan oleh seorang pekerja kepolisian yang bertubuh ramping dan berwajah bulat, memasuki ruangan Dae Joon tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Jika ada orang yang berani melakukan hal seperti itu, maka sudah jelas bahwa berita yang akan disampaikan oleh orang ini sangat penting.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Dae Joon menyalakan TV yang ada di sudut ruangan dengan remote kontrol layar sentuh.

"...kepolisian kota Daegam menangkap tersangka pelaku pembunuhan sekaligus mutilasi pada siang ini, pukul 11.30 di rumah tersangka yang berada di daerah timur kota Daegam. Kepala inspektur senior Han Yoongin melaporkan, bahwa penangkapan pelaku berdasarkan bukti berupa arloji milik pelaku yang tertinggal di kawasan TKP, dan saat ini pelaku sedang ditindak lanjuti oleh kepolisian, dan menunggu masa sidang datang..."

*

Tiga jam kemudian.

"Hei, Dae Joon" seorang gadis berambut ungu muda memasuki ruangan kepala inspektur jenderal sembari mengibaskan poni rambut yang mengganggu pandangannya.

Dae Joon menoleh ke temannya itu, melihat-lihat sekitar Haeri. "Ada di mana si orang naif itu?"

"Sibuk bekerja" Haeri duduk di kursi yang ada di depan meja Dae Joon. "Jadi, kau menemukan apa?"

"..." Dae Joon meraih kertas memo berwarna kuning yang tertempel di pinggir monitor di atas mejanya. "Buku harian korban merujuk kepada orang-orang di sekitarnya yang sedang dalam bahaya. Aku sudah mencari semua kontak orang-orang terdekatnya dan mengamankan mereka untuk saat ini hingga keadaan terkendali"

Dae Joon memberikan memo itu kepada Haeri. Sepenggal kalimat dari buku harian korban yang menjadi sebuah petunjuk pun dibaca oleh wanita itu. "Lalu petunjuk tentang pelakunya?"

"Baca lagi memonya"

Haeri membaca ulang memo yang ia pegang. "Ah!" mata Haeri terbuka lebar. "Pelakunya adalah orang terdekatnya?"

Dae Joon mengangguk.

"Kenapa kamu tidak langsung menangkapnya?"

"Kamu pasti belum melihat berita di TV"

Haeri memeriksa ponsel hologramnya, ia membuka aplikasi berita dan mulai scrolling laman berita. Yang ia cari pun ia temukan, berita penangkapan pelaku mutilasi. Haeri membaca artikel berita yang ia temukan itu, setelah itu ia mencari lagi artikel yang serupa lalu membacanya. "Apa yang ada di pikiran bawahan bodohmu itu?! Bagaimana bisa dia melakukan penangkapan dengan bukti seperti ini? Aku yakin tidak ada laporan petunjuk dari TKP yang bernamakan 'Arloji'...ini sudah pasti barang bukti palsu!"

Dae Joon hanya menganggukkan kepalanya. "Kamu tahu benar bahwa orang-orang yang berada di bawah atap kantor kepolisian ini tidak berani macam-macam terhadapku"

"Ya, itu berarti inspektur senior itu disuap oleh seseorang, dan kamu yakin pasti kepala inspektur kepolisian (yang asli) tahu akan hal ini"

Dae Joon mengangguk lagi. "Kita harus segera menyelesaikan kasus ini sebelum hal buruk lainnya akan terjadi"

Haeri mengiyakan, ia menyimpan memo yang ia bawa di saku celana jeans-nya, setelah itu berlalu keluar ruangan. "Aku tidak akan memberi tahu kan hal ini ke Kyo Seung. Jadi, aku akan serahkan urusan cerita-bercerita padamu!"

Next chapter