webnovel

Chapter 6

Langit di tempat yang gelap ini lebih gelap dan hampa dari pada langit kota Daegam yang berada di atas. Di bagian kiri, ada sebuah papan tulisan yang terbuat dari kayu, dengan penerangan berupa lampu pijar berwarna kuning, tertulis dengan huruf besar: "Underground city of Daegam". Lurus setelah papan nama, ada jalan yang lumayan besar. Mengarah ke pusat kota bawah tanah Daegam dengan cahaya yang didominasi oleh cahaya berwarna merah dan biru. Kyo Seung berjalan lurus dengan langkah yang besar, ia menuju ke pusat Underground city tanpa ragu. Lampu-lampu terang berwarna putih dipasang di setiap pinggir jalan, memandu Kyo Seung untuk berjalan. Walau sudah sering kemari, namun tetap saja Kyo Seung selalu merinding ketika ia berjalan di jalan tersebut.

Setelah sampai pada pusat Underground city, penampakan kota yang menyeramkan dari luar, tapi ternyata memanjakan dari dalam. Underground city bercahayakan lampu neon sama seperti kota Daegam, banyak peralatan dan mesin-mesin canggih seperti di kota Daegam atas, namun di kota ini sarana transportasi tidak memadai, melainkan hanya disediakan sepeda manual yang digunakan oleh orang-orang di luar kota Daegam. Para pemilik toko yang berjualan makanan, minuman keras, rokok, narkoba, dan lainnya sedang sibuk mempromosikan toko mereka kepada para pengunjung Underground city. Meski terlihat seperti kota Daegam atas, Underground city memiliki banyak penduduk yang miskin dan tunawisma. Anak-anak kecil yang sedang meminta uang kepada orang-orang dan penjahat yang melakukan berbagai tindak kriminal sudah dianggap seperti kebiasaan sehari-hari penduduk kota itu. Entah kenapa, para penduduk Underground city masih mau bertahan di kota yang mengerikan ini. Di tengah pusat kota, Kyo Seung mendekati sebuah air mancur berwarna putih dengan patung seorang elf yang sedang membawa guci berisi air yang ditumpahkan ke kolam air mancur. Ia duduk di tepi kolam air mancur, dan ia mulai melihat sekelilingnya. "Apakah mereka anak-anak yang tidak tinggal di panti asuhan? Di mana orang tua mereka?" batin Kyo Seung sembari melihat tiga hingga empat anak sedang mengemis kepada orang-orang yang lewat di sekitar mereka. Kyo Seung merogoh saku celananya, dan ia mendapati uang 5.000 won berupa recehan dari sakunya. Dengan cepat, Kyo Seung menghampiri salah satu pengemis yang berpakaian warna hijau lusuh. Ia memberikan 1000 won kepada pengemis tersebut.

Kyo Seung memerhatikan wajah pengemis tersebut. "Permisi adik, kenapa kamu mengemis di sini? Banyak sekali penjahat di sekitar sini, kau bisa mendapat masalah dari mereka jika terus berlama-lama di sini"

Anak pengemis itu melirik dengan tajam ke Kyo Seung. Anak itu berpikir bahwa Kyo Seung pasti menginginkan sesuatu darinya, ia memasang wajah marah kepada Kyo Seung. Kyo Seung tidak memerdulikan wajah garang anak itu, dan ia masih menunggu jawaban dari pertanyaannya itu. "Apa maumu?" tanya anak pengemis itu sembari memutar tubuhnya sedikit ke samping dengan tangan yang membawa tas selempang coklat lusuh, mengekspresikan rasa tertutup dan tidak nyaman.

Kyo Seung mengatupkan mulutnya, memproses kata-kata yang tepat untuk dikeluarkan kepada anak tersebut. "Aku hanya mau memberitahumu bahwa tempat ini tidak cocok untuk anak yang seumuran denganmu…", Kyo Seung menepuk dahinya, dan mulai merasa bodoh ketika kata-kata yang ia ucapkan tidak sesuai dengan yang ia harapkan. "Maksudku, daerah kota ini berbahaya untuk anak sepertimu. Kenapa kamu tidak…'bekerja' di daerah pertokoan saja?"

"…" Anak pengemis itu terdiam. "Daerah di sana sepi" balasnya dengan judes.

Kruuyukk…..

"Ah" Kyo Seung mendengar suara keroncongan dari perut anak pengemis itu. "Kamu lapar?"

"Aku tidak lapar"

Krucuukk….

"…" anak pengemis itu memalingkan wajahnya dari Kyo Seung, pipinya memerah sedikit.

Kyo Seung meraba saku dari utility belt-nya. Ia mengambil sebungkus roti dari sakunya, dan ia memberikannya ke anak pengemis tersebut. "Ini untukmu"

Anak pengemis itu melirik ke bungkusan roti yang diberikan oleh Kyo Seung. Ia berusaha untuk tidak tergoda untuk mengambil makanan dari Kyo Seung. "Kedaluwarsa"

Kyo Seung memeriksa tanggal kedaluwarsa dari kemasan roti, dan ia melihat roti yang berada di dalam kemasannya lewat bagian transparan kemasan. "Aku cukup yakin ini belum kedaluwarsa"

Dengan cepat, anak pengemis itu langsung menyambar kemasan roti yang dipegang oleh Kyo Seung. Ia membuka bungkus roti tersebut, dan langsung menyantap roti tersebut dengan cepat layaknya harimau yang kelaparan.

*

Kyo Seung dan si anak pengemis tersebut duduk di pinggir kolam air mancur. Sebenarnya Kyo Seung harus segera ke markas sekarang, namun ia berusaha meluangkan sedikit waktu untuk membantu anak pengemis yang duduk di sebelahnya itu. Diponselnya, ia mengirim pesan ke Gom-Hong dan menyuruhnya untuk menunggu dirinya sebentar lagi.

Kyo Seung menoleh ke samping kirinya, ia memberikan lagi sebungkus roti isi coklat kepada anak pengemis tersebut. "Jadi, siapa namamu?"

Anak pengemis tersebut langsung menyantap roti kedua yang diberikan oleh Kyo Seung tanpa ragu-ragu. "Ha Taehyuk"

"Baiklah Ha Taehyuk, kamu tinggal di mana?"

Taehyuk menunjuk ke serong kiri di hadapannya. "Di kawasan pemukiman" balasnya dengan datar. Kyo Seung melihat ke arah tangan Taehyuk menunjuk, dan ia mulai mengasihani si anak pengemis itu.

"Di mana orang tuamu?"

"Tiada. Dua tahun yang lalu"

"Dua tahun? Aku tidak pernah melihatmu 'bekerja' di sekitar sini"

"Aku biasanya mengemis di daerah pertokoan. Ini pertama kalinya aku mengemis di sini"

"Kenapa kamu tidak ke panti asuhan? Pasti mereka akan merawatmu di sana"

Taehyuk tidak membalas apa pun. Kyo Seung dapat melihat tangan Taehyuk yang semakin erat memegang roti yang ia berikan, dan ia bisa mengetahui bahwa sesuatu telah terjadi ketika ia berpikiran untuk pergi ke panti asuhan. Kyo Seung melihat jam tangannya, "Ah, aku harus pergi sekarang"

Taehyuk tidak memerdulikan Kyo Seung, ia hanya meliriknya dan tidak mengatakan sepatah kata pun.

"Kalau kamu butuh bantuanku, kamu bisa menghubungiku" pinta Kyo Seung sembari memberikan secarik kertas kecil bertuliskan nomer teleponnya kepada Taehyuk. Taehyuk mengangguk, ia menerima secarik kertas tersebut. Kyo Seung pun berlalu meninggalkan Taehyuk, menuju ke markas.

Tidak jauh dari pusat kota, Kyo Seung sampai di markas tidak lebih dari lima menit. Semua anggota komunitas vigilante memanggil markasnya dengan sebutan "Markas", dengan tujuan untuk membuat orang luar tak menggubris perkataan anggota komunitas dan menganggapnya sebagai tempat perkumpulan biasa. Tidak terlalu efektif, namun jika pemimpin komunitas sudah membuat peraturan seperti itu, maka tidak ada anggota yang bisa menyelanya. Jalan masuk menuju markas hanya bisa dilalui lewat bar Le Samang, jadi memasuki markas harus memasuki bar terlebih dahulu, lalu menuju loteng. Di loteng bar Le Samang, terdapat sebuah peti mati yang disandarkan di tembok sebelah kiri loteng, peti mati tersebut berwarna coklat dengan lambang salib tertera pada atasnya. Di dalamnya, terdapat sebuah kalkulator yang dilekatkan di dasar peti mati tersebut, kalkulator tersebut ditempel dengan lakban hitam. Tampak seperti lelucon untuk orang luar, namun jika diketik sebuah kode pin dengan empat digit pada kalkulator tersebut, sebuah pintu masuk yang lebar akan terbuka…dari bawah.

Kyo Seung terjun ke bawah tepat setelah ia menekan tombol "C" pada kalkulator. Terjun hanya untuk sesaat, angin besar berembus kencang dari bawah, membuat tubuh Kyo Seung melayang layaknya terbang. Angin besar tersebut makin lama makin redup embusannya, sehingga Kyo Seung pun mendarat dengan pose superhero landing ke lantai yang dipenuhi lubang-lubang saluran keluarnya angin. Ruangan yang ditempati oleh Kyo Seung sangatlah besar, berbentuk tabung, dinding dan atapnya berwarna abu-abu muda. Kyo Seung keluar dari ruangan melewati pintu besi yang ada di ruangan tersebut, dan ia mendapati dirinya sedang berada di ruangan besar yang gelap berhias cahaya biru dan kuning. Di ruangan tersebut, komputer besar ada di setiap sisi, orang-orang berpakaian luaran jas putih mondar-mandir ke setiap komputer yang sedang menyala, dan layar hologram besar tertera pada bagian atas tengah ruangan yang berhias cahaya lampu. Markas bagian pengawasan. Bagian pengawasan dengan ruang komunikasi memiliki fungsi yang berbeda, bagian pengawasan biasanya dipakai untuk mengawasi seluruh penjuru kota Daegam. Sedangkan ruang komunikasi digunakan untuk menyampaikan informasi dari bagian pengawasan ke para vigilante yang sedang aktif di kawasan penugasannya.

Kyo Seung berjalan menuju ruang komunikasi. Ia harus melewati Training Room 1, tempat latihan bela diri para vigilante, lalu ke ruang komunikasi. Sebenarnya ia juga bisa melewati Training Room 2 lalu ruang berkas, namun jalannya panjang dan Kyo Seung malas untuk berjalan sepanjang itu. Ketika pemuda tersebut sampai di Training Room 1, ia menghampiri seseorang yang ia kenal dan menanyakan keberadaan sang operator ruang komunikasi, Gom-Hong.

"Dia ada di ruang komunikasi seperti biasanya" jawab orang tersebut sembari melanjutkan latihan bela dirinya.

Tibalah Kyo Seung di ruang komunikasi, dan ia melihat Gom-Hong yang sedang fokus memperhatikan layar komputernya besar. Kyo Seung ikut melihat ke layar tersebut, "Gom-Hong, tadi aku menghubungimu tapi kamu tidak ada di ruang komunikasi. Tadi kamu ke mana?" tanya Kyo Seung sembari menunjuk ke arah layar. "Biasanya kamu selalu stand by di ruang komunikasi 10 menit sebelum jam kerjamu"

Mata Gom-Hong terbelalak begitu ia melihat tanda-tanda kemunculan segerombolan orang-orang dengan topeng pantomim. "Rumah seseorang sedang dirampok, Daegam bagian selatan. Tora, cepat pergi ke gang di kawasan rumah sakit Daegam 2!"

"Baiklah" Kyo Seung langsung membuka pintu yang ia lewati tadi, ia langsung berlari keluar dari markas vigilante.

Ah...akhir-akhir ini jadwalku porak-poranda. aku jadi jarang menulis. maaf.

Keidou_Kurobacreators' thoughts
Next chapter