webnovel

Chapter 37. boneka Komodo yang merepotkan.

     Hari itu adalah hari kelima Susan berada di rumahnya di keraton. Selama 4 hari terakhir ibunya dan kakaknya pergi ke Jepang untuk suatu urusan, mereka tidak menjelaskan alasan mereka pergi dan tidak mengatakan berapa lama mereka akan berada disana dan kapan mereka akan pulang. Susan di rumahnya dengan telaten menggantikan ibunya mengerjakan tugas tugas administratif yang menjadi tanggung jawab keraton. Setelah beberapa hari berurusan dengan padatnya pekerjaan ia mulai merasa jenuh, dokumen demi dokumen ia baca dan ia cek, proposal ia setujui, tolak, atau minta di tinjau ulang Kembali, dan ia terlibat dalam beberapa rencana pengembangan lingkungan di daerah sekitar keraton.

     Susan akhirnya memahami beban yang harus di hadapi ibunya setiap hari, ia merasa malu mengingat dulu ia merajuk karena ibunya tidak bisa datang ke acara kenaikan kelasnya, ia belum memahami beratnya menjadi orang dewasa dan orang tua. Ia jadi terpikir akan seperti apa dirinya nanti di masa depan, masuk universitas mungkin adalah pilihan yang paling masuk akal, ratusan murid yang lulus dari Nusantara di terima di perguruan tinggi ternama baik di dalam negri maupun luar negri, tapi Susan masih ragu jika itu memang hal yang di inginkannya.

     Pada malam kelima menuju hari sabtu, sebuah mobil sedan memasuki komplek istana keraton dengan beberapa mobil polisi terlihat memberikan pengawalan di depan dan di belakangnya. Lambang keraton terlihat di sebuah bendera kecil yang ada di depan mobil, melihat hal itu Susan langsung tahu jika ibunya dan kakaknya sudah pulang. Susan langsung bergegas ke kamar adiknya dan memberitahu adiknya.

"Susi!" ucap Susan memanggil adiknya dari luar ruangan. "kenapa kak?" tanya Susi dari dalam.

"Ibunda sudah pulang, ayo kita kedepan, kita sambut ibunda" Susan menjelaskan dengan intonasi cepat. Susi tanpa mengatakan apapun langsung bergegas keluar dari kamarnya, terdengar suara gedebukan dari dalam ruangannya.

"Ayo kak !" ucap Susi dengan tergesa gesa. Ia sudah mengenakan kebaya berwarna kuning dengan rok batik, rambutnya sudah ia gulung dan di tahan dengan tusuk konde. Kedua kakak beradik itu langsung berjalan menuju pintu depan dan menunggu ibu dan kakak tertua mereka masuk.

     Di kedua sisi pintu masuk Susan dan Susi menunggu, mereka bisa mendengar suara riuh dari luar, suara sirine yang mengiringi konvoi itu berhenti setelah beberapa menit berbunyi dengan keras. Dapat terdengar beberapa anggota abdi keraton memberikan sambutan dengan bahasa jawa halus, ibu mereka sudah sangat dekat.

     Pintu di buka dari luar, Susan dan adiknya langsung membungkuk dan mengucapkan selamat datang "Sugeng rawuh ibunda" ucap keduanya berbarengan.

"Ibu pulang, Susan, Susi" ucap Kanjeng Dewi dengan lembut, ia senang mendapati kedua putrinya menyambut kedatangannya malam itu. Susan dan Susi bergantian mencium tangan ibunya dan ibunya dengan lembut mengelus rambut mereka.

"Susan, gimana pekerjaan ibu?" tanya Kanjeng Dewi, memastikan Susan tidak kesulitan mengerjakan pekerjaan rutinnya.

"tidak ada masalah ibunda, Cuma beberapa ada yang perlu tanda tangan ibunda jadi Susan tidak bisa selesaikan dulu" Susan menjelaskan sambil tersenyum, ia merasa bangga dapat membantu pekerjaan ibunya.

"nanti ibu selesaikan, terimakasih ya untuk bantuannya" Kanjeng Dewi tersenyum dan mengelus pipi kanan anak tengahnya itu, Susan mengangguk dan tersenyum menjawab pujian dari ibunya.

"Kartika, tolong nanti berkas yang dibawa dari sana di taruh di kamar ibunda ya" ucap Kanjeng Dewi. "Nggih ibu" Kartika membungkuk mengiyakan permintaan ibunya itu.

"ibu" Susi memanggil ibunya. "anu….oleh oleh yang Susi minta, ada kah?" Susi dengan gugup menagih benda yang ia minta belikan.

"oh iya, Anjani dan Ratih, tolong ambilkan kotak warna oranye dan merah" Kanjeng Dewi teringat sesuatu, ia meminta dua orang abdi keraton mengambilkan barang yang ada di mobil pengawal.

     Sebuah kotak besar berwarna oranye dibawa oleh kurang lebih 2 orang abdi keraton, di ikuti oleh satu orang lagi yang membawa sebuah kotak kecil berwarna merah, mereka kemudia menyerahkan barang yang di minta ke Kanjeng Dewi dan Kartika. Kanjeng Dewi membuka kotak besar berwarna oranye yang ternyata berisikan oleh oleh yang di minta Susi.

"ini oleh oleh yang kamu minta, Susi" Kanjeng dewi menyerahkan boneka peluk berbentuk Komodo yang berukuran sama besarnya dengan anak bungsu nya itu.

"waaaah, matur nuhun ibu" Susi langsung mengambil boneka itu dari tangan ibunya dan memeluknya dengan erat, ia langsung menyayangi boneka yang baru di dapatnya itu.

"nah, Satu lagi…" Kanjeng dewi mengambil kotak berwarna merah yang ada di tangan Kartika dan membawanya kedepan Susan.

"ini oleh oleh yang Susan minta" Kanjeng Dewi membuka kotak itu. "ini adalah kain katun berkualitas tinggi yang biasanya di gunakan untuk membuat kimono di jepang" lanjut Kanjeng Dewi menjelaskan barang yang ia beli untuk Susan, ia membelikan kain yang akan di gunakan Susan untuk membuat batik, kain yang ia belikan cukup mahal, terlihat dari kotak yang membungkusnya terlihat begitu premium dan berkelas.

"terimakasih ibunda" Susan melongo melihat kain yang di belikan ibunya. "Susan akan ubah kain ini jadi batik yang indah" lanjut Susan dengan sungguh sungguh, ia tidak akan menyia nyiakan kain bagus itu.

"Ibu tidak sabar ingin melihat hasil jadinya" Kanjeng Dewi tersenyum melihat kesungguhan hati anaknya itu.

     Setelah reuni kecil mereka, Susan dan adiknya membantu ibu dan kakak tertua mereka merapikan barang barang yang dibawa pulang Kembali, beberapa koper yang berisi pakaian kotor di keluarkan dari dalam mobil dan dibawa ke ruang cuci pakaian untuk nantinya di bersihkan oleh abdi keraton. Setelah membereskan barang barang Susan menyediakan camilan dan minuman untuk para anggota polisi yang mengkawal ibunya dari bandara sampai istana keraton, Susan mengobrol banyak hal dengan mereka, meski gugup dan canggung Susan berusaha untuk berkomunikasi dengan lancar dan memberikan kesan yang baik.

     Setelah semua urusan selesai, semua anggota polisi meninggalkan istana keraton. Susan dan keluarganya dapat melakukan hal yang ingin mereka lakukan dari tadi, mengisi perut mereka dengan makanan. Dalam perjalanan pulang, Kanjeng dewi membeli beberapa makanan jepang instan, makanan seperti Sushi, Takoyaki, Tempura, dan Gyoza yang di bungkus dalam kemasan instan. Semua makanan itu hanya perlu di panaskan dengan microwave dan dalam beberapa menit makanan itu sudah siap untuk di santap.

     Keempat anggota keluarga Ayu sudah duduk di belakang meja makan dengan sabar menunggu makanan mereka di hidangkan.

"maaf menunggu lama" seorang abdi dalem meletakan nampan yang berisi makanan hangat ke meja makan, makanan-makanan itu sudah di pindahkan ke piring atau mangkuk agar lebih enak di lihatnya Ketika di hidangkan. Terbukti, dengan uap panas menyembul dari mangkuk dan piring, makanan instan itu menjadi lebih menarik dan membuat semua orang yang ada di meja makan ingin segera mencobanya.

"Terima Kasih mbak Gendis, maaf membuat mbak bekerja sampai selarut ini" ucap Kartika mengapresiasi pengabdian yang dilakukan abdi dalem itu. "sami sami Ndoro" abdi dalem itu membungkuk dan mengundurkan diri dari ruang makan.

"selamat makan" ucap semuanya setelah membaca doa di dalam hati.

     Susan mengambil Sushi ke piring kecil dengan menggunakan sumpit, meski awalnya kesulitan karena ia tidak pernah menggunakan sumpit untuk makanan seperti itu, biasanya sumpit digunakan untuk makanan seperti mie, dan bihun. Namun Susan tidak mau menyerah, rasa laparnya mengalahkan kesulitannya, ia akhirnya bisa menggunakan sumpit dengan benar dan menaruh makanannya dengan aman ke piring kecilnya. Di sisi lain, Susi yang tidak mau repot menggunakan garpu untuk menusuk Gyoza dan tempura, ia lalu menaruh makanan itu ke piring kecil dan baru menyantapnya. Kanjeng Dewi dan Kartika menyantap katsudon yang sudah di hidangkan di sebuah mangkuk sehingga mereka tidak perlu susah susah memindahkan makanan mereka ke piring lain.

"mmmm, enak banget, pasti ibu dan kak Kartika betah banget disana tiap hari makan makanan seperti ini" ucap Susi merasa iri dengan makanan yang kakaknya dapat makan selama ia dan ibunya ada di Jepang.

"ya, ibu sih betah betah aja, tapi kakakmu tuh…" Kanjeng Dewi dengan perlahan membelokkan pandangannya ke arah anak tertuanya itu.

"eh, kenapa kakak?" tanya Susan bingung.

"kakakmu kayaknya menderita banget karena ga ada sambel bawang disana" lanjut Kanjeng Dewi menjelaskan alasan Kartika tidak betah berada di Jepang. Susan dan Susi melihat kearah kakak tertua mereka, tidak percaya dengan apa yang di katakan ibunya.

"mbak, itu guyon doang kan? Susan bertanya keheranan. "Berisik!" jawab Kartika jengkel di ejek oleh kedua adiknya dan ibunya.

"ndak ada sambel bawang ndak afdol, hamf" ucap Kartika ketus, ia langsung menyantap potongan ayam fillet goreng yang sudah di taburi sambal bawang kesukaanya.

"yah, mungkin itu juga alasan kak Kartika memilih untuk kuliah di dalam negri" ucap Susi sambil tersenyum memaklumi keanehan kakaknya itu.

     Obrolan kecil terus berlanjut selama makan malam itu berlangsung, Susi menanyakan bagaimana ibunya bisa mendapatkan boneka yang diinginkannya. Kanjeng Dewi menceritakan perjuangannya mendapatkan boneka yang cukup langka itu.

     di hari kedua setelah menyelesaikan beberapa urusan dengan federasi Senshado di sana, Kanjeng dewi pergi ke sebuah toko boneka yang cukup terkenal di akihabara, tokonya besar dengan banyak perempuan menggunakan pakaian yang imut berdiri di depan toko, menyebarkan pamphlet produk produk yang mereka jual. Kanjeng dewi dan Kartika masuk ke dalam toko dan langsung menanyakan ke kasir apakah boneka yang mereka cari ada.

     Kasir menjelaskan jika barang yang mereka cari saat ini sudah kosong, ia lalu menjelaskan jika mungkin barang itu baru akan ada hari jum'at dengan stock terbatas, jadi pembeli harus cepat cepat, jika tidak mereka akan keduluan pembeli lain. Mendengar itu Kanjeng Dewi memutuskan untuk Kembali lagi di hari jumatnya.

     Di hari jumatnya Kanjeng Dewi dan Kartika Kembali lagi ke toko boneka di jam yang sama seperti sebelumnya, tapi kali ini situasinya sama sekali berbeda dengan beberapa hari yang lalu, kali ini kerumunan orang sudah menunggu di depan toko itu, menunggu karyawan toko membuka pintu dan membiarkan mereka masuk. Tidak percaya dengan apa yang terlihat di depan matanya, Kanjeng dewi bertanya ke seorang gadis yang mengenakan pakaian maid di depan sebuah kafe, gadis berpakaian maid itu mengatakan jika itu adalah hal biasa setiap hari jumat, toko boneka itu membuat promo khusus dan banyak barang langka yang di jual di hari itu sehingga orang berbondong bondong mendatanginya.

     Kanjeng dewi menjadi ragu setelah melihat banyaknya orang yang akan memasuki toko itu, ia tidak yakin bisa mendapatkan boneka yang di carinya dengan persaingan seketat itu. Kanjeng Dewi berencana untuk membatalkannya dan akan memesan boneka itu dari online shop, tapi Ketika ia mengecek online shop nya ternyata stock nya juga habis, mau tidak mau, suka tidak suka, ia harus menembus kerumunan orang orang itu dan mendapatkan boneka itu.

 Kanjeng Dewi bergabung dengan kerumunan orang di depan toko dengan Kartika menjaga ibunya dari belakang, beberapa menit mereka menunggu dan pintu belum juga dibuka, kerumunan bertambah banyak di belakang mereka, membuat mereka sedikit demi sedikit terdorong ke depan. Kartika meminta orang orang di belakangnya agar mereka tidak saling mendorong dalam bahasa inggris tapi sepertinya mereka tidak mengerti bahasa inggris dan tidak menggubris permintaan Kartika.

     Setelah menunggu cukup lama akhirnya pintu dibuka dan orang orang langsung berjalan cepat masuk kedalam toko, Kanjeng Dewi dan Kartika tidak mau tertinggal dan diselak langsung mengikuti kerumunan didepan mereka dan masuk kedalam toko. Karena ramainya pengunjung Kanjeng Dewi dan Kartika tidak bisa berhenti sejenak untuk melihat rak rak yang ada di sekeliling mereka, mereka hanya berkeliling mengikuti arus pengunjung dan berharap menemukan boneka yang mereka cari.

     Setelah melewati beberapa rak yang tersusun mereka tidak kunjung menemukan boneka yang mereka cari, mereka mengira perjuangan mereka hari itu sia sia sampai mereka menemukan sebuah gunungan boneka yang ada di ruangan terbuka di depan barisan rak, gunungan boneka itu terdiri dari berbagai jenis boneka Binatang, di puncaknya terlihat sebuah boneka Binatang dengan badan yang panjang berwarna oranye, dengan wajah yang terlihat konyol dan lidah bercabang yang menjulur keluar, itulah boneka yang mereka cari.

     Mereka sudah menemukan boneka yang mereka cari tapi untuk dapat mengambilnya bukan hal yang mudah, gunungan boneka itu di kelilingi oleh banyak orang yang saling berebut mendapatkan boneka yang mereka inginkan sehingga untuk mendekat saja sangat sulit, selain itu boneka yang di inginkan ada di puncak gunungan, bahkan Kartika, dengan tinggi badan 171cm yang lebih tinggi dari ibunya tidak bisa menjangkaunya bahkan dengan berjinjit.

     Kartika kemudian terpikir sebuah cara untuk dapat mengambil boneka itu, ia menyarankan agar ibunya naik ke pundaknya dan kemudian meraih boneka itu, awalnya Kanjeng Dewi menolak melakukan hal konyol seperti itu tapi Kartika menekankan jika itu cara paling cepat agar mereka bisa segera keluar dari kerumunan itu. Kanjeng Dewi akhirnya setuju, Kartika berjongkok dan ibunya langsung naik ke pundaknya, Kartika dengan hati hati berdiri dan berusaha menyeimbangkan tubuhnya dengan beban tambahan di pundaknya, meski ibunya tidak begitu berat dengan hanya 39kg, namun tetap saja bukan hal mudah untuk Kartika.

     Setelah dapat berdiri dengan tegap dan stabil, Kartika berjalan ke kerumunan di depannya, Kartika berusaha untuk masuk ke celah celah yang ia bisa dapatkan dan sebisa mungkin mendekat ke gunungan boneka di depannya. Setelah cukup dekat, Kanjeng Dewi langsung mengulurkan tangannya dan berusaha meraih boneka yang dibutuhkannya, bahkan setelah mencondongkan tubuhnya kedepan ia tidak bisa mencapainya, sementara Kartika terdorong ke kanan dan kiri oleh orang orang di sampingnya.

     Tiba tiba Kartika terdorong oleh seseorang di belakangnya, dengan hentakan kecil itu Kanjeng Dewi merentangkan tangannya kedepan dan akhirnya berhasil mencengkram buntut dari boneka Komodo itu, Kanjeng Dewi memberitahu Kartika jika ia sudah memegang boneka itu dan hanya tinggal menariknya, Kartika tersenyum lega karena kesulitan mereka akan segera berakhir. Namun saat Kanjeng Dewi mencoba menariknya, boneka itu tidak kunjung bergerak seperti ada sesuatu yang menahannya, Kanjeng Dewi mencoba menarik lebih keras namun tetep tidak berhasil. Kanjeng dewi melongok ke samping untuk melihat apa yang menahan boneka itu, ia lalu melihat ada gadis muda yang juga sedang di gendong oleh pacarnya dan sepertinya ia mengincar boneka yang sama dengan Kanjeng Dewi.

     Gadis itu menarik boneka itu dengan Kanjeng Dewi yang masih memegangnya, Kanjeng Dewi balas menarik boneka itu dan gadis itu ikut tertarik, aksi Tarik menarik terus di lakukan oleh keduanya dan keduanya kesal karena tidak ada yang mau mengalah. Kanjeng Dewi meminta gadis di depannya untuk melepaskan boneka itu dengan bahasa inggris, gadis itu juga meminta agara Kanjeng Dewi melepaskannya, keduanya mengalami kebuntuan. Karena kesal Kanjeng Dewi meminta Kartika untuk mengambilkannya sebuah boneka kecil, dengan satu tangan Kanjeng Dewi melempar boneka kecil itu ke gadis di depannya dan menghantam pundaknya, Gadis itu terlihat kesal dan meminta pacarnya mengambilkan boneka kecil juga, ia lalu melemparnya dan boneka itu mendarat tepat di wajah Kanjeng Dewi.

     Kanjeng Dewi dan gadis di depannya saling melempar boneka untuk membuat salah satu melepaskan genggamannya, lemparan Kanjeng Dewi serampangan dan hanya mendarat di sekitar kepala dan dada, sedangkan beberapa kali gadis itu mendaratkan lemparannya ke wajah Kanjeng Dewi. Kanjeng Dewi memutar otak, jika ia tidak bisa membuat gadis itu menyerah mungkin ia bisa membuat pacarnya mundur, Kanjeng dewi melempar boneka berebentuk capybara ke pacar gadis itu yang langsung mengenai wajahnya, entah karena terkejut atau merasa sakit karena lemparan kali itu cukup keras, pacar gadis itu terlihat berjalan mundur sambil mengusap wajahnya. Gadis itu harus membungkuk untuk mempertahankan pegangannya namun itu membuatnya tidak seimbang, Gadis itupun menyerah dan melepaskan boneka itu untuk mengembalikan keseimbangannya.

     Kanjeng Dewi memerintahkan Kartika untuk mundur dari gunungan boneka itu setelah mereka mendapatkan boneka yang mereka butuhkan, sambil terus menggendong ibunya, Kartika berjalan menuju kasir untuk melakukan pembayaran, mereka disambut dengan tatapan kasir yang takjub sekaligus terheran dengan usaha yang mereka lakukan untuk mendapatkan boneka itu. Boneka kemudian di serahkan ke pihak toko untuk nanti di kirim ke pembeli, dalam mereka, boneka akan di kirim ke Hotel tempat mereka menginap. Susan dan Susi tercengang dengan apa yang di lalui ibunya untuk mendapatkan boneka yang kelihatannya sepele itu.

"kalau bukan karena untuk anak sendiri, ibunda pasti ga akan mau sampai sejauh itu" ucap Kanjeng Dewi mengakui jika ia melakukan hal sejauh itu karena anaknya yang ia sayangi.

"maaf ya, Susi merepotkan ibunda sampai segitunya" Susi tersenyum canggung.

"dijaga baik baik ya bonekanya" pinta Kanjeng Dewi dengan tatapan serius, mengingat betapa sulitnya ia mendapatkan boneka itu, ia ingin anaknya itu menjaganya dengan baik. "nggih ibunda" jawab Susi dengan beberapa kali anggukan. Kartika dan Ajeng mengangguk mengikuti adik mereka.

"baiklah, sudah larut malam, kalian semua segera beristirahat" ucap Kanjeng Dewi mengakhiri kebersamaan mereka di meja makan malam itu.

     Ketiga bersaudari berdiri dan membungkuk memberikan ucapan terimakasih untuk makan malam yang berkesan itu. Ketiganya berdiri dari kursi lalu merapikannya kembali ke balik meja, Susan menjadi yang terakhir meninggalkan meja itu karena ia hendak membereskan alat makan yang sudah di pakai ke dapur. Saat ia akan beranjak ke dapur ibunya memanggilnya dan menghentikan langkahnya.

"Susan" Kanjeng Dewi memanggil anak tengahnya itu. Susan membalikkan tubuhnya dan melihat ke arah ibunya. "ibu nanti mampir ke kamarmu ya, ada yang mau ibu bicarakan" lanjut Kanjeng Dewi menjelaskan apa yang ingin dilakukannya. "Nggih, ibunda" Jawab Susan mengiyakan, ia lalu pergi meninggalkan ruang makan untuk menyelesaikan tugasnya. 

Next chapter