webnovel

Chapter 28. Tersenyumlah walaupun tanpa kemenangan.

Pertempuran singkat itu berkahir dengan hasil yang mengecewakan, tidak ada pemenang dari Angkatan baru itu, hal yang belum pernah terjadi selama 7 tahun terakhir.

Semua anggota kelas 1 kembali ke Gedung klub dengan menaiki kendaraan angkut Bren, sementara tank yang sudah di lumpuhkan di Tarik oleh kendaraan reparasi Kembali ke Gudang untuk di perbaiki. Para anggota kelas 1 memanfaatkan waktu itu untuk beristirahat, semuanya kelelahan karena pertempuran yang begitu sengit terutama awak dari Turangga dan Ambarawa yang bertempur lebih lama dari tank tank lain. Ajeng dan awaknya ada di dalam satu Bren carrier dan mereka saling membantu melemaskan otot otot yang tegang dan kaku karena pertempuran, Ajeng memijat lengan atas Rani yang kesemutan akibat menggenggam tuas yang di gunakan untuk membidik, Nur mengurut kaki Citra yang kebas karena memainkan pedal gas dan rem terlalu sering.

Anggota anggota dari tim lain ada yang tidur atau sekedar meluruskan kaki dan lengan untuk melancarkan peredaran darah. Susi di sisi lain tidak dapat tenang dengan hasil pertandingan itu, ia merasa terlalu percaya diri akan dapat memenangkannya dan memiliki kesempatan untuk bertempur melawan kakaknya dalam duel satu lawan satu, namun ternyata ia di kalahkan oleh teman satu angkatannya sendiri yang baru pertama kali berada di dalam tank.

Sesampainya di depang bangunan klub semua anggota senior sudah berbaris di depan Gedung klub membelakangi pintu pintu besar tempat tank di simpan, mereka menyambut anggota kelas 1 dengan senyap dan wajah datar, Susan berdiri di depan barisan disertai dengan wakilnya, Husodo yang berdiri di sisi kiri dan beberapa Langkah di belakangnya.

Semua anggota kelas 1 turun dari kendaraan angkut yang membawa mereka dan langsung membuat barisan per tim dari masing masing tank, dengan pandangan tertunduk Susi berjalan pelan ke arah kakaknya untuk memberikan laporan atas pertandingan hari itu, melihat wajah kakaknya yang hampir tak menunjukkan ekspresi apapun membuat pikiran Susi di penuhi dengan pertanyaan dan kekhawatiran, Ia berpikir jika ia seharusnya tidak membuat janji yang tidak dapat di tepati kepada kakaknya di awal pertandingan, ia yakin kakaknya pasti akan menyinggung hal itu di depan teman temannya.

Setelah berjalan dengan pikiran yang semerawut Susi sampai di depan kakaknya dan melihat sepatu pantofel warna coklat gelap milik kakaknya, Susi dengan sedikit cemas mengangkat pandangannya dan berusaha untuk menatap wajah kakaknya saat memberika laporan.

"total 25 orang anggota kelas satu sudah Kembali dari pertandingan, tidak ada yang terluka!" ucap Susi berusaha mengatur suaranya agar tidak ketara jika ia sedang gugup, namun raut wajahnya tidak dapat menyembunyikan perasaan yang di alaminya saat itu.

"maaf Mbakyu, Susi kalah…" lanjut Susi pelan. Pandangannya tertunduk Kembali, ia pasrah dengan tanggapan yang akan di berikan kakaknya.

"pertandingan yang hebat, Adhine" jawab Susan datar setelah memberi jeda beberapa waktu dengan keheningannya.

Terkejut mendengar pujian yang di berikan kakaknya, Susi langsung mengangkat Kembali pandangannya dan melihat kakaknya tersenyum di hadapannya, hal yang jarang di perlihatkan oleh kakaknya di depan umum.

"kakak….." ucap Susi dengan terharu, jantungnya berdegup kencang mendapatkan apresiasi dari orang yang sangat menginspirasinya, matanya mulai basah karena air mata kebahagiaan.

"lain kali, menanglah!" ucap Susan sambil mengelus kepala adiknya dengan lembut.

"Baik!" Susi mengangguk dan menjawab dengan tersedu sedu.

Semua anggota senior memberikan tepuk tangan yang sangat meriah, hal itu membuat anggota kelas 1 yang tadinya kelelahan, mendapatkan Kembali semangat mereka. Semuanya bersorak sorai merayakan kesuksesan pertandingan pertama mereka, mereka saling melempar pujian dan sanjungan ke masing masing tim.

Retno mendatangi Ajeng dan mengucapkan selamat kepada Ajeng, Ajeng juga membalas Kembali ucapan selamat kepada Retno. Ajeng memuji Retno yang mengejarnya dengan sangat agresif, aksi kejar kejaran yang mereka lakukan sangat berkesan buat Ajeng dan menjadi pengalaman seru yang tidak akan pernah ia lupakan. sebaliknya, Retno memuji Ajeng yang mampu menjebaknya masuk kedalam lubang pasir, Retno menjelaskan ia tidak menyadari jika ia sedang di giring dan Ketika ia menyadarinya itu sudah terlambat, Retno menjelaskan jika ia sama sekali tidak menyesal di jebak seperti itu, malahan ia ingin mempelajari cara Ajeng mengambil keputusan dan caranya mengatur kru nya selama pertandingan, Ajeng dengan senang hati menerima permintaan temannya itu.

Rani mendatangi Anis dan menceritakan apa yang di lakukannya saat Anis akan menyebrang Jembatan, ia menjelaskan jika tidak ada cara lain untuk memperingatinya jadi ia memutuskan untuk menembak saat itu, Anis merasa malu karena panik sendiri mendengar suara tembakan yang begitu keras dan akhirnya malah menjadi korban dari kerja sama Dewi dan Dinda. Rani memberi saran kepada Anis untuk lebih berhati hati kedepannya dan memperhatikan sekitarnya dan saran itu diterima dengan baik oleh Anis.

Dewi dan Dinda saling mengejek dan berdebat satu sama lain seperti yang mereka lakukan sebelumnya, Dinda menyarankan jika sebaiknya kedepannya ialah yang akan maju lebih dulu untuk memastikan situasi aman atau tidak, namun Dewi dengan keras kepala menolak mentah mentah saran itu dan tidak memerlukan perlindungan dari siapapun, ia juga merasa jika ia hanya sedang apes hari itu. Dinda mengingatkan Kembali jika mereka hampir berhasil melumpuhkan Ajeng tadi, ia juga mengakui jika memang keberuntungan tidak sedang memihak mereka berdua, ia menjelaskan jika mereka bekerja sama seperti sebelumnya, peluang untuk keberuntungan memihak mereka akan lebih besar ketimbang bertempur sendiri sendiri, Dewi menyadari jika ucapan kakaknya itu benar adanya dan dengan berat hati Dewi mengangguk kecil, menyetujui usulan kakaknya, keduanya akhirnya sepakat untuk saling bekerja sama di pertandingan pertandingan yang akan datang.

Husodo dan Yuliana mengobrol dengan Susi dan memuji taktik yang di gunakannya selama pertandingan, Susi mengatakan jika ia tidak dapat begitu aktif dalam pertandingan kali ini karena lawan lawan yang di hadapinya sama sekali baru. Husodo mengangguk memahami alasan Susi. Yuliana memuji Gerakan yang digunakan Susi untuk menjepit tank Ajeng, Yuliana begitu terkejut Ketika melihatnya, rahang bawahnya jatuh dengan sendirinya dan tak bisa menutup sampai Husodo mengingatkannya. Susi menjawab jika ia mempelajari Gerakan itu dari kedua kakaknya Susan dan Kartika yang pernah menggunakan gerakan itu saat berlatih tempur di lapangan belakang keraton rumahnya. Yuliana mengatakan jika ia sangat ingin mempelajarinya dan Susi dengan senang hati bersedia untuk mengajarkan seniornya itu.

Ditengah keramaian dan euphoria itu Susi melihat kakaknya dan sahabat karibnya Euis berjalan pelan menjauh meninggalkan Gedung klub, Susi hendak mengejar kakaknya namun di hentikan oleh teman temannya dan seniornya yang ingin bercengkrama dengannya, dengan cepat Kakaknya pun menghilang dari pandangannya.

Next chapter