webnovel

He Should Come More Dramatic Next Time

Tapi Fyrena tidak menceritakan hal sejauh ini pada Aiden, karena masa lalu itu tidak perlu di ketahui oleh seseorang. Dia hanya kehadiran jahat yang entah kenapa memiliki niat baik untuk menyelamatkan lelaki menyedihkan ini.

"Sebenarnya, aku ingin kamu bekerja sama denganku. Bisakah aku tahu soal namamu?"

"Namaku Aiden."

"Bisakah kamu menyebutkannya dengan lengkap?"

"Apakah harus?"

"Harus! Aku harus mengenalmu sepenuhnya."

"Aiden Leonore."

"Baiklah, kami sudah menyebutkan namamu."

Matanya yang merah kemudian bersinar terang seketika membuat Aiden merasa kesakitan di seluruh tubuhnya, seperti di tabrak oleh puluhan ribu meteor.

AKRGHHHH!!!

dia berteriak kesakitan lagi.

"Cukup! Biarkan temanku dan yang lain saja menyiksaku, tolong jangan siksa aku lagi seperti ini."

"Aku tidak menyiksamu."

Sambil berjalan-jalan di hadapan Aiden yang tertidur di tanah menahan rasa sakit, dia terus berputar dan berjalan bolak-balik kesana kemari dengan arah tak tentu.

"Aku hanya membuat tubuhmu kuat atas kekuatan ku, apakah kamu ingin bekerja sama denganku? Bantu aku menemukan jiwa ku yang terpisah."

"Lalu, apa??"

"Aku akan bereinkarnasi kembali secara sempurna dengan tubuh, terlahir kembali dan aku bisa memberi mu sedikit kekuatan Will Power ku, bagaimana?? Aku bisa membantumu dalam kesulitan apapun yang akan kamu hadapi."

"Kamu memang orang tidak jelas, aku bertanya sejak awal siapa dan siapa, kamu hanya terus mengatakan raja iblis dan raja iblis, aku adalah raja iblis selanjutnya, sayang sekali!"

"Jika kamu berpikir bahwa aku ingin menjadi raja iblis selanjutnya, maka kamu salah. Karena aku sudah menjadi raja neraka, tidak akan ada iblis yang bisa menandingi ku."

Aiden masih tetap tidak peduli, namun selama ada jaminan untuk terus menyelamatkan hidupnya, dia pasti mau mendengarkan setiap kalimat Fyrena yang tidak penting untuknya.

"Jika kamu menerimanya, maka tempat ini resmi akan menjadi pertemuan kita di masa yang mendatang, dan lagipula aku terlalu bosan untuk berdiri lagi."

Fyrena menciptakan tempat duduk dan meja nya di atas rumput hijau lembut ini. Kehadiran jahat pun bisa membuat sesuatu yang indah seperti pemandangan ini, karena ini hanyalah sebagian kecil gambaran dari rumah asal atau alam surga.

"Bisakah aku berdiri dan mendapatkan kursiku?"

"Oh hahaha, tentu saja tidak~ bukankah berbaring di rumput ini dan mencium sepatuku jauh lebih baik? Bersyukurlah, aku menyelamatkan hidupmu. Apakah aku mendapatkan setengah jiwaku yang hilang atau tidak, kuharap aku menemukannya dan kamu adalah perantara bagaikan alatku."

"Ini terlalu sakit, apa yang sebenarnya kamu berikan padaku??"

"Aku mengubah Will Power ku menjadi Demonic Power pada tubuhmu, setidaknya kamu mampu menahan energi sebesar itu, bahkan jika kamu berada di ambang kematian lagi, aku terpaksa harus memasuki tubuh lemah itu, dan menyelamatkanmu lagi."

Demonic Power adalah cabang kekuatan yang mengandung sebagian kekuatan dari sumbernya yang merupakan Will Power. Tapi Fyrena masih tidak tahu apakah Will Power sudah menjadi yang terkuat? Atau mungkin Elgine masih memiliki kekuatan yang jauh lebih besar. Jika benar seperti itu, maka Will Power tidak lain hanyalah pecahan dari kekuatan lain yang tidak terbayangkan lagi.

Sebenarnya, sekarang dia bisa pulang, karena Fyrena tahu bahwa gadis berambut merah itu sangat mengkhawatirkan anak ini.

"Bisakah aku bertanya lagi?"

"Apapun itu akan kujawab, asalkan tidak ada lagi kekuatan menyakitkan yang kamu masukkan ke dalam tubuhku."

"Kamu bodoh, idiot! Terlalu pecundang, dan lemah. Bagaimana ingin menjadi raja iblis bahkan seperti itu saja kamu sudah merasakan sakit? Haruskah aku membunuh dan membangkitkanmu lagi? Biarkan kami merasakan sakitnya setidaknya satu kali."

"Tolong hentikan! Aku harus mencoba menenangkan diriku, dan menjawab

pertanyaanmu."

Fyrena berdiri kembali dari kursi nya dan berjalan pada Aiden yang merangkak di tanah. Dia mendekat dan jongkok ke bawah pada Aiden, menatap wajah bodoh ini dan bertanya.

"Siapa nama gadis itu? Rambut merah!!"

"Kisaragi Marie, jahat, suka menyiksaku, dengan hidup selama ribuan tahun, memiliki banyak bawahan iblis dan pasukan setan kepala kambing yang menghantuiku malam itu."

"Dengan adanya diriku, kamu tidak perlu mencemaskan segala hal yang ada di depanmu, kurasa kita memang saling melengkapi satu sama lain, kamu tidak memiliki kekuatan ini, dan aku tidak memiliki sifat lemah dan pecundang seperti dirimu."

Baginya, gadis itu lumayan kuat. Menjaga gelar raja iblis nya dengan baik. Keteraturan dunia iblis juga baik-baik saja di bawah kendalinya. Gadis ini memilih hidup menyamar sebagai iblis biasa rupanya, hanya untuk mendekati Aiden ini.

"Menarik~" Ucapnya dalam hati.

Dia membuat langit menjadi hitam gelap di penuhi awan dan gemuruh seketika, membuat Aiden yang lemah menjadi berdiri karena melihat pemandangan yang mengerikan di depannya. Dia berjalan sambil terpindah bersama Aiden tepat pada pantai di bawah tebing setinggi tiga ratus meter itu.

"Cepatlah berdiri, atau aku harus-"

"Baiklah! Aku sudah berdiri!"

Aiden berdiri sekuat tenaga agar tidak di sakiti lagi sebanyak mungkin. Mengikuti kemana Fyrena berjalan ketika sepatunya hampir menyentuh sedikit air di bibir pantai ini. Dia terlalu lambat berjalan mengikuti Fyrena, karena ragu akan apa yang di lakukan Fyrena selanjutnya.

Tidak lagi, ketika laut biru cerah yang menjadi gelap di sertai gemuruh langit badai terbelah menjadi dua. Lautan seluas mata memandang terbuka sangat besar, memberi jalan untuk Fyrena dan membawa Aiden pergi ke depan sana.

Dia masih tetap mengikuti Fyrena di belakangnya, Fyrena hanya menyuruhnya untuk meninggalkan dirinya di tempat ini, Aiden harus pulang kembali.

Di lautan yang terbelah luas menjadi dua, jalan pijakan di depan adalah kehampaan udara yang merobek dimensi menjadi pemandangan di tempat lain. Aiden tahu pemandangan di balik celah itu, itu adalah pemandangan rumahnya yang terlihat jika dari depan.

Marie merasakan aura tidak terduga yang hadir di sekitarnya, aura yang cukup kuat untuk mengacak-acak dunia. Dia keluar dari dalam rumah beserta dua pelayan ini. Sisanya empat orang yang mencari keberadaan Aiden kembali kepada Marie, menyaksikan celah yang terbuka, lebih besar dari yang mereka lakukan untuk berpindah-pindah ruang.

"Aura siapa ini?"

Pemandangan yang mereka lihat di balik sana adalah lautan luas yang terbelah dua, Aiden yang menginjak dasar lautan yang di penuhi karang dan bebatuan laut yang terlihat. Langit hitam dengan gemuruh seperti petir yang bisa memecahkan langit. Membuat Marie dan yang lain cukup tercengang.

Kekuatan ini tidak mungkin dimiliki Aiden begitu saja, tapi yang pastinya di depan sana adalah Aiden yang berjalan lurus kepada mereka di tengah belahan laut.

Marie mendekat ke robekan besar ini, ketika dia akan memasuki tempat itu, tubuhnya tidak bisa lagi berjalan ke depan. Dia harus menjemput Aiden, sesuatu terjadinya padanya, jarak mereka masih sangat jauh.

Yang ada di pikirannya hanyalah memerintah yang lain untuk masuk membawa Aiden kembali. Semuanya mencoba masuk, ketika tubuh mereka semakin dekat akan semakin lambat. Tubuh mereka tidak di hentikan, mereka sebenarnya akan terus berjalan. Walau hanya tiga langkah kaki untuk memasuki tempat itu, tapi sebenarnya Fyrena membuat batasan untuk orang lain. Mereka harus melewati jarak tanpa batas antara tempat mereka dan dunia ciptaanya.

Semakin mereka melangkah maju, terlihat melambat dan seperti berhenti, sebenarnya mereka sama saja melangkah pada jarak yang tidak terbatas, tidak akan sampai dan jalan ini tidak akan ada habisnya, membuat Marie muak dan harus mengabaikan hal yang dia tidak ketahui ini.

Aura nya meningkat bersama ketidaksabaran dirinya, menghancurkan jarak tanpa batas hanya dalam satu langkah, artinya dia sudah melangkah sejauh langkah tidak terbatas hanya dalam satu langkah saja dengan menghancurkannya.

Satu-satunya yang berhasil masuk kesana, karena raja iblis memiliki kekuatan yang begitu tinggi, mereka tidak bisa di remehkan sepenuhnya. Dia berlari menuju Aiden yang terlihat jauh di tengah daratan bawah laut.

"Anak ini, dia masih belum tahu bersikap keren? ataukah dia hanya tidak terbiasa??"

Ucap Fyrena di dalam hatinya.

Namun, Marie tidak bisa melihat sosok Fyrena di belakang Aiden yang menuntunnya maju kedepan.

"Pergilah, dia sudah menunggumu. Lainkali lakukan hal seperti ini dengan kedatangan yang dramatis. Begitulah seharusnya raja iblis memperlihatkan sosoknya, walau kamu belum saatnya menempuh gelar itu."

Fyrena menjentikkan jarinya, membuat jarak yang sangat jauh antara Aiden dan Marie hanya dalam sekejap menjadi sejauh lima langkah saja. Marie yang berlari langsung menabrak Aiden dengan rasa khawatir, dia berpikir bahwa Aiden akan di bunuh oleh kehadiran yang tidak di kenal itu.

Baru kali ini dia merasa khawatir seperti itu pada seseorang, kepedulian yang membuatnya hampir merasa kehilangan, dia menyesal karena membuat Valerie harus melatih Aiden di luar batas kemampuannya. Marie memegang wajah Aiden dengan kedua telapak tangannya yang menyentuh pipi dingin itu.

"Kamu baik-baik saja? Apakah kamu terluka?"

"Tidak, aku baik-baik saja. Raja iblis Fyrena adalah orang yang baik, aku tidak akan mati karenanya."

"Dimana dia?!?!?"

Dengan rasa ingin tahu dan sungguh ingin melihat sosok Fyrena. Aiden menunjuk ke arah di belakangnya yang begitu jauh, sekarang sosok seseorang terlihat. Tapi Marie hanya melihat sesosok bayangan penuh hitam gelap yang seperti memakai jubah bayangan.

"Mari kita pulang, Aiden."

"Pulang?"

"Pulang, ke rumah."

Di sertai angin badai yang menyapu rambut mereka secara acak, Marie menggengam tangannya untuk membawa Aiden berjalan kembali ke dunia mereka.

Tempat ini jelas bukan dunia iblis, karena semua yang terjadi di dunia iblis bisa di lihat olehnya, terkecuali itu berada di luar dunia iblis. Fyrena mulai menamai tempat ini sebagai "Aku dan kamu" makna hanya antara dirinya dan Aiden, kehadiran jahat yang menyelamatkan calon raja iblis. Sudah jelas...

Aku dan kamu...

Suatu tempat berada di luar realitas.

Tidak akan ada yang menemukan keberadaan mereka berdua di dalam aku dan kamu, kecuali satu-satunya dengan penglihatan segalanya adalah Elgine.

Next chapter