webnovel

Bab 315 evolusi sihir

setelah selesai dengan gudang penyimpanan, Roland membawaku ku ke taman belakang untuk bertemu dengan penyihir lainnya.

melihat ke taman belakang hampir 40 wanita cantik sedang bermain dan berlatih bersama.

melihat kedatangan ku, Roland dan Margaret, mereka semua menghentikan apa yg mereka lakukan dan segera menyapa kami.

"kalian terlihat baik baik saja." aku memberi senyum ringan pada semua orang dan mereka juga membalas dengan senyum mereka.

"yang mulia memperlakukan kami dengan baik seperti yg tuan Robert katakan. sekarang kami sedang berlatih untuk mengembangkan kemampuan kami."

aku memberi anggukan ringan pada penyihir yg menjawab.

"aku akan pergi untuk sementara waktu, jadi kalian harus baik baik di sini."

"kemana kamu akan pergi?" leaf bertanya dengan expresi cemas di wajahnya.

"berkeliling kota untuk menemukan saudari kalian yg lain, setelah itu aku akan segera kembali lagi."

"tuan Robert tolong hati hati" melihat wajah leaf semakin cemas, aku memberinya tatapan main main.

"kenapa terdengar seperti seorang wanita yg mencemaskan kekasihnya yg akan pergi berperang."

semua orang menatap leaf dengan senyum jahat yg membuat wajah leaf langsung memerah.

"jangan salah paham" leaf melambaikan tangannya dengan panik. "aku tidak bermaksud seperti itu"

"lalu apa maksudnya..."

"itu... itu... " leaf terlihat kebingungan untuk menjawab.

"apa kamu menyukai ku"

"ya ya.." tapi wajah leaf semakin memerah seperti ada asap yg keluar dari kepalanya. "tidak... tidak seperti itu..." leaf segera berlari menjauh dari ku yg membuat semua orang tertawa terbahak bahak.

"kalian lanjutkan saja apa yg kalian lakukan, aku hanya ingin melihat kalian sekilas sebelum pergi."

"tuan Robert, boleh aku minta mie ramen cup yg pernah di berikan oleh nightingale."

aku mengangguk ringan dan mengeluarkan beberapa dus yg berisi 40 cup mie instan di masing masing dus. "bagi rata dengan semuanya."

"yeahh...." mereka berbondong bondong membuka semua dus dan mulai membagi bagian mereka.

"kamu bahkan membuat mie instan, seberapa besar pabrik mu?" Roland menepuk dahinya sambil menggelengkan kepalanya.

"itu tidak seperti yg kamu bayangkan, semua di buat dengan sihir jadi tidak bisa di produksi masal" aku menganggap mesin produsi adalah sihir dan itu memang sebuah kebenaran bahwa mesin itu memang bekerja seperti sihir.

"apa kamu bisa membuat senjata api juga."

"tentu saja... tapi aku tidak akan menjual hal seperti itu pada mu, lebih baik kamu memproduksinya sendiri karena semua ini tentang perubahan jaman."

Roland mengangguk dengan expresi serius. "kamu benar."

"Robert ini enak sekali." entah sejak kapan Margaret ikut bergabung dengan para penyihir untuk menyeruput mie instan.

"makan pelan pelan" aku segera memperingatkan Margaret agar tidak tersedak.

"aku juga mau beberapa dus untuk di bawa pulang."

"nanti akan kuberikan."

lalu aku mendekati Agatha yg sedang kebingungan menatap kap mie.

"biar ku bantu." aku segera mengambil cup mie yg ada di tangannya dan membantunya memasukan bumbu lalu menambahkan air panas.

aku juga menambahkan potongan dendeng sapi sebelum menutup nya.

"duduk dulu dan tunggu selama beberapa menit."

Agatha dengan patuh duduk di bangku kosong dan aku juga duduk di sebelahnya.

"apa kamu mengejar ku" Agatha yg dari tadi diam tiba tiba bertanya.

"aku hanya ingin kamu sedikit menikmati hidupmu, aku yakin di dalam hati mu kamu pasti lelah berurusan dengan iblis ini."

"....." Agatha kembali diam, tapi wajahnya menunjukan expresi melankolis.

"aku tidak ingin kamu kecewa, sebenarnya aku sudah memiliki 2 penyihir sebagai istri ku."

Agatha segera memalingkan wajahnya dengan kesal. "siapa juga yg mau menjadi selir mu"

tapi aku mengabaikan kata kata Agatha dan mulai mengaduk mie di dalam cup yg sudah matang.

"ini sudah matang" aku menggunakan garpu plastik untuk mengangkat mie dan meniup nya agar panasnya sedikit mereda.

"ayo buka mulut mu"

"aku bisa makan sendiri."

"...." tapi aku hanya diam yg membuat Agatha dengan pasrah membuka mulut nya.

"apa kamu menyukainya?"

"mm" segera Agatha melupakan rasa kesalnya pada ku dan aku terus menyuapinya.

"banyak pengetahuan yg akan kamu dapat jika bekerja bersama Roland, kamu pasti akan menikmati tinggal di sini"

"bagaimana dengan mu?"

"aku punya cara lain untuk mempersiapkan pertempuran yg akan datang."

"cara apa, tidak bisakah aku ikut membantu mu?"

"aku tidak butuh peneliti seperti mu yg aku butuhkan prajurit elit setia yg siap mati bersama ku."

"kamu ingin membentuk pasukan mu sendiri"

aku memberinya anggukan ringan.

"kenapa tidak bergabung dengan pasukan Roland, kita bisa mengalahkan iblis itu bersama." melihat wajah cemas Agatha aku memberinya senyum main main.

"hari ini ada dua wanita cantik yg mencemaskan ku, satu adalah leaf dan yg satu nenek buyut para penyihir."

"aku serius..." Agatha melipat kedua tangannya di dada sambil menatapku dengan kesal dan pipi yg sedikit memerah.

"kita akan bertarung bersama saat itu, tapi aku dengan tim elit ku dan Roland dengan tentaranya."

"terserah, lakukan saja sesuka mu" walupun expresi nya terlihat kesal, tapi dia tetap menerima suapan mie instan yg aku berikan.

semua orang terdiam menyaksikan pria tampan yg sedang menyuapi wanita cantik yg sedang merajuk di sebelahnya dengan senyum lembut.

bahkan Soraya langsung mengabadikan momen ini dengan gambarnya.

"Soraya kenapa gambar mu terlihat memancarkan cahaya" kata salah satu penyihir yg mengamati gambar Soraya.

seketika semua orang melihat gambar yg di buat oleh Soraya.

"benar... itu memang memancarkan cahaya" tegas salah satu penyihir.

"kenapa aku merasa bahagia saat melihat gambar ini."

"aku juga."

"whuuuu ibu..." salah satu penyihir tiba tiba mulai menangis, beberapa mulai menunjukan expresi melankolis dan ada yg hanya meneteskan air mata mereka.

melihat ini, Roland terlihat sedikit panik. "cepat gulung lukisan itu" Soraya segera menggulung lukisan itu dan memasukannya ke dalam tasnya.

melihat kegaduhan itu, aku dan Agatha segera mendekat.

"sepertinya sihir Soraya berevolusi lagi"

"benarkah... bagaimana sihir bisa berevolusi begitu mudah?" Agatha bertanya sambil menatap ku dengan expresi tak percaya.

"sihir seni seperti lukisan dan nyanyian bisa berevolusi jika kita menyalurkan hati dan perasaan kita pada sihir tersebut."

"aku terpesona oleh keromantisan kalian dan membayangkan bahwa aku ada di posisi Agatha, lalu aku mulai melukis dan jadilah seperti ini." saat itu Soraya menunjukan lukisannya pada kami berdua.

melihat lukisan indah itu, Agatha menunjukan expresi terharu dan dengan ragu ragu bertanya pada Soraya. "boleh aku menyimpan lukisan ini"

Soraya memberi anggukan ringan dan menyerahkannya pada Agatha.

Agatha yg menerima lukisan itu dengan cepat menggulungnya lalu memasukannya ke dalam pakaiannya.

"tidak akan ada yg mencurinya."

"huh" Agatha hanya memberiku desahan kesal sebagai balasan.

"tuan Robert apa kamu tahu kekuatan apa yg aku bangkitkan."

"lukisan mu bisa memancarkan energi dan aku tidak tahu apakah itu permanen atau tidak. tapi banyak cara penerapan untuk itu, misalanya menggunakan sihir rune."

saat itu aku mengeluarkan pena sihir dan mulai menulis beberapa rune di udara.

setelah sesaat huruf rune tersebut berubah menjadi bola cahaya berwarna kuning ke emasan. "ini di sebut rune cahaya suci yg mampu menangkal energi negatif di sekitarnya."

lalu aku kembali menulis rune di udara yg berubah menjadi bola cahaya hijau. "ini disebut rune cahaya kehidupan yg mampu memulihkan vitalitas orang orang di sekitarnya."

"masih banyak lagi jenis rune dan bahkan ada rune yg bisa membuat sihir skala besar yg mampu menghancurkan sebuah kota dalam sekejap."

semua orang hanya bisa terdiam dengan mulut terbuka mendengar penjelasan ku.

yg lebih mengejutkan adalah mereka melihat sihir pena ku juga berevolusi seperti Soraya.

"tapi untuk penerapan lebih lanjut kamu bisa berdiskusi dengan Roland, apa yg aku katakan adalah dari segi sihir tapi jika itu dari segi teknologi kamu harus meminta saran Roland."

"bisakah tuan Robert mengajari ku tentang sihir rune?"

aku memberi anggukan ringan pada Soraya, lalu menciptakan sebuah buku dengan sihir scroll dan menyerahnya pada Soraya. "ini dasar dasar rune, biasanya penulisan rune membutuhkan darah dari binatang ajaib atau penyihir sebagai tinta dan batu ajaib sebagai sumber energi. tapi sihir pena mu bisa meniadakan semua syarat ini sama saat kamu menggambar dengan pena ajaib tanpa perlu cat tambahan."

Soraya memeluk buku yg aku berikan. "terima kasih tuan Robert."

"santai saja, aku hanya memberimu rune tipe pendukung karena terlalu berbahaya belajar rune tipe serangan tanpa pengawasan ku."

Soraya mengangguk dengan sungguh sungguh. "aku mengerti."

Next chapter