webnovel

A Legendary Red-Spectre is Real??

Note : Time-line cerita pada chapter kali ini masih sama dengan time-line pada chapter-chapter sebelumnya yakni sekitar sepuluh hingga sebelas tahun sebelum cerita Cannon dimulai.

.

.

.

.

.

.

.

.

Ada pepatah yang mengatakan 'Setiap pertemuan akan berakhir dengan sebuah perpisahan' dan hal ini juga di-alami oleh Ruwo, sang penghuni baru dari Green Cottage Apartment aka GCA...

Satu tahun telah berlalu semenjak Ruwo bertemu serta menjalin hubungan persahabatan dengan sisi Leo serta Zing'er (Si hantu pra-sejarah) setidaknya itulah panggilan yang diberikan oleh Ruwo kepada Zing'er, hantu pra-sejarah kan??

Ruwo jelas sangat memahami betul apa yang akan ia alami pada saat menjalin hubungan persahabatan dengan sosok ataupun manusia lain, tapi tidak pernah terbayangkan oleh Ruwo kalau pertemanan mereka harus berakhir dalam jangka waktu satu tahun saja...

Bagi Ruwo itu jelas merupakan waktu yang sangat singkat sekali, bahkan ia belum memberitahukan nama aslinya kepada pihak lain. Hal ini jelas membuat Ruwo merasa sangat buruk padahal pihak lain telah terbuka serta memberitahu nama aslinya kepada dia tapi apa yang ia lakukan?? Justru berdiam diri dan berpura-pura mengatakan kalau ia tidak memiliki nama sama sekali, sungguh teman seperti apa dirinya ini??!!!

"Benar saja, sosok genduruwo sepertiku sama sekali tidak bisa menjalin hubungan pertemanan dengan makhluk lain ya.." Dengan helaan nafas panjang, Ruwo hanya bisa berbaring di sebuah ruangan yang saat ini telah kosong melompong ditinggalkan oleh pemilik ruangan tersebut.

Ruangan yang saat ini menjadi tempat bernaungnya Ruwo tak lain merupakan kamar tidur milik Leo sebelumnya, bagaimana ceritanya sosok Ruwo bisa berada di dalam kamar tersebut???

Anggap saja ini terjadi karena permintaan kecil dari teman manusianya tersebut sebelum mereka berpisah, kejadiannya terjadi sehari sebelum Ruwo berada di kamar.

.

.

.

.

[Flashback : One days ago...]

Waktu itu, ketiga sosok yakni Leo, Zing'er beserta Ruwo tengah menelusuri balkon lantai lima....

Salah satu lantai yang dikatakan merupakan tempat paling angker di bangunan GCA, dan keangkeran tersebut terbukti dengan fakta kalau tidak ada satu-pun penghuni di lantai lima tersebut. Sangat berbanding terbalik dengan lantai-lantai satu hingga empat yang bisa dikatakan sebagai tempat para manusia beraktivitas...

Meski bisa dikatakan kalau lantai empat agak sedikit kosong juga sih, lagipula Ruwo sendiri berdiam diri di lantai ke-empat bahkan para penghuni gaib lainnya pun memilih tinggal di lantai ke-empat sehingga tak jarang ada kasus penampakan di lantai tersebut...

Meskipun pihak Ruwo beserta teman-temannya sama sekali tidak memiliki niatan untuk menakut-nakuti para manusia yang tinggal di lantai tersebut sih, lagipula mereka semua merupakan lansia dan akan sangat tidak terhormat jika seandainya mereka (Para hantu) justru menakuti-nakuti sesepuh manusia bukan???

"He'i Leo kecil, apa kau yakin ingin naik ke lantai lima??? Di lantai lima merupakan sarang tempat makhluk-makhluk mengerikan tinggal lho??" Sebagai sosok teman yang baik jelas Ruwo sangat tidak menginginkan teman manusia kecil beserta teman hantu pra-sejarahnya mengalami bahaya.

Leo kecil seperti halnya sesosok orang dewasa pun hanya tersenyum kecil menenangkan sosok genduruwo yang menjadi teman hantu keduanya tersebut sambil berkata "Hihihi, tenang saja.. Jangan khawatir dengan Zing'er beserta Ruwo disini, aku pasti akan baik-baik saja".

Mendengar balasan dari Leo kecil yang bisa dikatakan termasuk dalam kategori acuh tak acuh jelas membuat Ruwo sedikit tertekan tapi paruh kalimat kedua Leo kecil jelas membuat Ruwo merasa agak senang, karena Leo kecil benar-benar rela mempercayakan keselamatan nyawanya kepada dirinya dan hantu pra-sejarah tersebut..

'Tapi meski begitu, menghadapi sosok nenek tua sialan tersebut bahkan jika ada sepuluh dari kami berdua pun... Itu agak mustahil dilakukan, semoga saja kami bertiga baik-baik saja' Batin Ruwo sambil terus mengawasi area sekitar mereka dengan penuh rasa waspada, lagipula mau bagaimana-pun bukan hanya nenek tua itu sajalah yang mendiami lantai ke-lima.

Ada cukup banyak keberadaan dengan kekuatan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dirinya menempati lantai ke-lima juga, mungkin ada sekitaran lima sampai sepuluh keberadaan yang seperti itu?

.

.

.

.

.

Tidak terasa ketiga-nya pun telah menempuh perjalanan yang cukup jauh sekarang, mereka telah sampai di depan pintu kamar 55 yang bisa dikatakan sebagai pertengahan lantai ke-lima tersebut..

Tentu saja sesuai dengan dugaan Ruwo di awal, enam dari sepuluh keberadaan tersebut memunculkan dirinya dan ya mereka-pun mengalami sedikit pertikaian yang berakhir dengan enam sosok tersebut masuk ke dalam perut Ruwo sekarang....

Apa mau dikata lagipula Zing'er sama sekali tidak memunculkan niatan untuk mengkonsumsi jiwa serta kebencian hantu lain jadi segala hal-pun berakhir dengan Ruwo yang memakan ke-enam sosok tersebut, bisa dikatakan perjalanan singkat lantai ke-lima ini memberikan cukup banyak manfaat untuk dirinya. Sungguh luar biasa sekali.

Sekilas tepat di persimpangan antara kamar 55 dan kamar 56, Ruwo yang bisa dikatakan cukup sensitif dengan perubahan energy di sekitarnya agaknya merasakan ancaman kematian sekarang...

Ancaman kematian ini muncul ketika para hantu bertemu dengan keberadaan yang bisa dikatakan berkali-kali lipat dibandingkan dirinya sama seperti ketika ke-enam sosok tersebut memunculkan dirinya, Ruwo juga merasakan ancaman kematian dari mereka.

Tapi ancaman kematian yang dibawa oleh ke-enam sosok tersebut hanyalah sebuah tetesan air jika membandingkannya dengan ancaman kematian di persimpangan kamar 55 dan kamar 56 ini.

Perlahan tapi pasti, gumpulan kabut merah yang entah darimana datangnya mulai berkumpul dan tepat di mata ketiganya sesosok makhluk-pun terbentuk begitu saja.

Sosok itu membuka kelopak matanya dengan santai tapi bagi Ruwo beserta Zing'er, tindakan santai makhluk tersebut jelas membuat keduanya merasa kesusahan untuk menstabilkan energy mereka bahkan Leo kecil pun hanya bisa menahan nafas seketika.

Tidak memiliki keberanian untuk bernafas sama sekali, sungguh 'Sosok dengan energy kematian yang sangat intens' Pikir ketiga secara serempak, bisa dibayangkan seberapa mengerikannya hal tersebut sampai-sampai Leo yang hanya seorang anak kecil berumur tujuh tahunan-pun berpikir seperti itu.

"Sudah lama sekali, nenek tidak berjumpa dengan manusia... Jadi katakan apa yang kalian bertiga lakukan di lantai ini??" Tanya sosok berwujud nenek-nenek berpakaian kebayan khas orang-orang zaman lampau.

Ketiganya saling memandang satu sama lain,sedikit bingung harus memberikan jawaban seperti apa kepada sosok nenek ini??

.

.

.

.

Keheningan pun melanda seketika itu juga sampai pada akhirnya Leo kecil-pun memberanikan dirinya untuk menjawab pertanyaan dari sosok nenek ini, lagipula Leo berpikir kalau nenek di depannya ini mungkin merupakan sosok yang baik serta ramah seperti halnya Zing'er dan Ruwo mungkin??

"Se-selamat pagi nenek, ka-kami hanya ingin berkeliling saja.. Tanpa ada niatan untuk menganggu makhluk-makhluk di sekitar sini"Meskipun Leo kecil telah mencoba mengumpulkan keberaniannya tetapi tetap saja ia masih agak terbata-bata menjawab pertanyaan sosok tersebut, lagipula energy kematian yang dibawa olehnya lebih dari cukup untuk membuat orang dewasa agak gila lho...

Kedua kelopak mata nenek itupun berkedip pelan mendengar ucapan Leo kecil, ia-pun mengarahkan tatapannya kepada Leo kecil memberikan sebuah tatapan intens.

"Kalau begitu, nenek akan dengan senang hati menyambut keberadaan kalian bertiga tapi dengan satu syarat kalian tidak boleh memasuki area nenek... Apa kalian mengerti??" Ucap nenek tersebut dengan nada santai tapi bagi ketiganya ucapan sang nenek justru terdengar seperti sebuah perintah dengan ancaman kematian.

"Glup... Mengerti nenek!!" Mewakili kedua temannya Leo kecil pun hanya bisa meng-iyakan perintah sang nenek, lagipula ia masih menyayangi nyawa kecilnya tersebut terlebih lagi ketika sang ibu dan ayah tercinta baru-baru ini akan menjumpainya serta membawa teman kecil untuknya juga.

Mustahil bagi Leo untuk bertindak nekat hanya demi kepuasan semata, ia masih sayang nyawa bung!!!

"Sampai jumpa lagi.." Ucap sang nenek sebelum akhirnya menghilang menjadi gumpalan kabut merah darah, meninggalkan ketiga sosok yang saat ini tengah ketakutan setengah mati.

.

.

.

.

.

"Makhluk apa itu?!!!" Serempak ketiganya berteriak dengan ekspresi horror, bahkan tanpa ada niatan untuk melanjutkan perjalanan. Mereka pun memutuskan untuk kembali ke lantai empat, tempat dimana mereka bisa bersantai tanpa harus tercekik oleh ancaman kematian !!!!

.

.

.

.

.

TBC

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Arlie_Kongsucreators' thoughts
Next chapter