webnovel

11. Sikap Fajar Yang Aneh

Aku mencoba memperhatikan betapa cantik parasnya dan baiknya Risma ini kepadaku dan kepada orang lain di sekitarnya. Alasan itu yang membuatku menjadi tertarik padanya.

"Gimana Ris, keadaanmu sampai di pos 3 ini apakah masih kuat?" Tanyaku sambil tersenyum.

"Masih kuat kok, nanti kalau udah ngerasain capek pasti bilang." jawab Risma sambil tersenyum kepadaku.

"Ya udah nanti kalau butuh apa-apa atau kecapekan, ingin dipijitin kakinya, bilang aja kepadaku, nanti aku bantu pijitin atau bantu bawa barang-barang." jawabku kepadanya sambil merasakan detak jantungku yang tidak menentu ini.

"Iya siap, terima kasih banyak atas tawarannya." jawab Risma sambil memegang tanganku.

Hatiku semakin dag dig dug tidak karuan saat tanganku dipegang oleh Risma, perempuan yang aku sukai selama ini, oh Tuhan apakah ini yang namanya jatuh cinta. Ingin sekali rasanya menghabiskan waktu hanya berdua dengannya. Itupun kalau boleh haha.

Setelah beberapa menit di dalam tenda Siswanto memanggilku untuk segera membantu memasang terass di depan tenda kami.

"Kalian ngapain aja sih di dalam kok lama banget, ayo cepat buruan bantuin aku masang teras tenda ini, entar keburu malam, kita belum makan juga jangan sampai kita bermalam di sini sebelum kita sampai ke puncak." ucap Siswanto kepadaku.

"Iya siap, aku bantuin ini masih bantuin Risma berberes ransel kita." jawabku sambil agak terburu-buru merilekskan diriku yang nerves ini.

Akupun keluar meninggalkan Risma yang ada di dalam tenda untuk membantu Siswanto untuk memasang tenda teras.

"Sebentar ya Ris, aku tinggal dulu untuk bantuin Siswanto masang teras." ucapku pada Risma.

"Iya enggak papa tinggal aja, ini udah sedikit lagi selesai kok." jawab Risma sambil tersenyum.

Sesampainya di luar ternyata Siswanto sudah menunggu ku, akupun langsung ditanya oleh Siswanto alasan mengapa lama sekali berada di dalam tenda.

"Kamu ngapain aja sih di dalam tenda sama Risma, ini temennya susah payah masang mantel kok malah kamu tinggal berduaan waaahhh parah." ucap Siswanto.

"Iya maaf, aku kan enggak tahu, aku cuma bantu Risma kasihan kan perempuan kalau capek capek." jawab ku sambil tersenyum.

"Yasudah, sekarang ayo kita masang teras ini sebelum keburu malam kasihan itu temen-temen udah pada nungguin sebelum keburu malam." ucap Siswanto.

Aku pun membantu Siswanto memasang teras tenda, aku membuka kain tenda untuk terasnya dan Siswanto kembali merakit pipa untuk kerangka teras tenda tersebut. Aku mulai membuka kain dengan perasaan yang sedikit menyesal dan dan agak marah sama Siswanto karena mengganggu momen ku berduaan bersama Risma yang jarang banget aku mendapatkan nya.

"Gimana kerangkanya apa sudah siap? ini kain terasnya sudah siap nih." ujarku pada Siswanto

"Udah nih, yasudah ayo kita pasang terasnya kamu masukkan dari sebelah sini, aku nanti narik dari sebelah sana ya." jawab Siswanto kepadaku.

"Oke siap laksanakan." jawabku.

Aku dan Siswanto pun mulai memasang teras tenda yang ada ada untuk kami beristirahat sambil menikmati suasana di luar.

Kurang lebih 10 menit sampai memasang teras tenda ternyata sudah selesai dan akupun bergegas beranjak pergi meninggalkan Siswanto untuk memberitahukan teman-temanmu yang lain karena tandanya sudah siap.

"Bentar ya Sis, aku tinggal dulu untuk ngabarin temen-temen kalau tenda nya udah siap." Ucapku

"Oke nggak papa, kamu tinggal aja aku nungguin kamu dan teman-teman disini aja jangan lupa bawain tas ranselku ya." ucap Siswanto.

"Oke siap laksanakan." jawabku.

Aku beranjak berlalu meninggalkan sesuatu yang berada di luar tenda dan Risma yang berada di dalam tenda untuk menuju teman-temanku yang berada di sekitar batu yang cukup besar tadi. Dari kejauhan Fajar yang tadi mencari air ternyata juga sudah berjalan kembali menuju tenda yang telah berdiri.

Namun ada yang sedikit berbeda dari raut wajah Fajar yang terlihat tampak kosong dan pucat, Hmmm apa yang sebenarnya terjadi padanya, aku khawatir akan kondisinya saat ini.

Tapi aku berlalu saja menuju teman-teman yang lain terlebih dahulu untuk memberitahukan mereka bahwa tenda sudah siap.

"Tenda nya udah siap, ayo sekarang kita pindah ke sana." ucapku memberitahukan kepada teman-teman.

"Ya udah ini mumpung apinya masih kecil, aku bawa ke sana aja tolong ya si Simon bawain itu sisa kayu bakarnya ke sana biar aku yang bawa apinya ke sana ucap." Mas Ryan menyuruh Mas Simon.

"Ini kayu bakarnya dibawa semua atau bagaimana atau kita nanti cari lagi di sana di dekat tenda sana." ucap Mas Simon ke Mas Ryan.

"Ya udah bawa aja semuanya siapa tahu nanti diperluin di sana."

"Oke siap." jawab Mas Simon

Mas Simon dan Mas Ryan berjalan menuju tenda yang sudah aku dan Siswanto siapkan sambil membawa api unggun dan kayu bakarnya. Aku lalu menuju batu yang cukup besar tadi untuk memberitahukan kepada Shella karena tenda nya udah berdiri dia bisa beristirahat sebentar melepas lelah di dalam tenda.

"Shel ini tandanya udah selesai, ayo kita pindah ke sana nanti di sana kamu bisa istirahat dengan tenang." ucapkan kepada Shella

Tanpa aku sadari ternyata Shella sudah dalam keadaan tertidur lalu aku mencoba untuk membangunkannya dengan menepuk pundak bagian kirinya nya.

"Shella bangun, itu tendanya udah siap kamu bisa istirahat di sana."

Shella dengan perlahan lahan membuka kedua matanya.

"Iya ada apa? apa tendanya siap? oh kamu tadi membangunkanku ya maaf ya aku tadi ketiduran." ucap Shella sambil mengucek matanya setelah tertidur tadi.

"Iya tenda nya udah siap kamu bisa tidur di sana kamu masih bisa jalan aku nggak atau butuh bantuan berjalan ke sana." tawaranku pada Shella.

"Bisa kok bisa jalan, ini udah enakan ayo kita bareng-bareng aja, terus kalau temen-temen apa sudah kamu kasih tahu masalah tenda ini selesai?".

"Udah kok, itu temen-temen udah pada di sana nungguin kita, ayo buruan kita ke sana agar kita bisa makan dan beristirahat di sana." ucapku sambil mencoba membantu Shella turun dari batu besar tadi.

Aku dan Shella berjalan menuju tenda ternyata teman-teman sudah menunggu disana. Tampak dari kejauhan aku mulai sedikit khawatir dengan kondisi si Fajar dengan raut muka yang tatapan wajah kosong dan sedikit pucat itu. Dia seolah menyendiri di tenda bagian belakang, aku cukup khawatir melihat keadaannya sekarang ini.

Hmmm, semoga saja tidak ada hal buruk yang akan terjadi padanya, karena aku bisa merasakan aura darinya yang berubah daripada sebelumnya.

Aku dan Shella pun sampai di tenda dan ternyata teman-teman sudah berada di sana menyiapkan peralatan untuk masak dan apinya sudah menyala dan siap untuk digunakan. Mas Ryan dan masing-masing bagian menjaga kondisi api agar tetap stabil tidak padam akibat diterpa angin malam yang berada di Latar Ombo ini. Aku coba membantu Shella untuk masuk ke dalam tenda dan beristirahat di sana.

"Kamu istirahat aja dalam sini, biar aku dan teman-teman yang mempersiapkan makanan." ucapku sambil menggandeng Shella masuk ke dalam tenda.

"Iya siap terima kasih banyak ya dan mohon maaf tidak bisa membantu kalian nanti kalau kondisi badanku dan lukaku udah bener-bener baik dan sehat, nanti aku bantu kalian." jawab Shella sambil duduk meluruskan kakinya.

Next chapter