webnovel

6. Api Unggun

Setelah itu Risma dan Putri membukakan mie instan dan kopi yang akan kami masak selanjutnya.

Fajar menuangkan air yang dibawanya tadi ke dalam panci yang ada di atas api unggun, untuk mendidihkan air memasak kopi dan mie instan untuk kami semua.

Aku berkata kepada Risma yang berada di sampingku.

"Aku minta mie instan yang ada kuahnya aja, rasa Mie sedap kuah rasa soto Aceh."

Risma pun menjawab "iya ini mie instannya yang ini kan bener." dia sambil memberikan aku sebungkus mie instan Mie sedap rasa soto Aceh.

Kemudian Mas Simon memberitahu kepada putri, dia meminta kopi sachetan yang memiliki rasa kopi Moka cappucino "Aku minta kopi yang rasa Moka Cappucinonya satu ya."

Putri pun menjawab "Oke mas siap laksanakan, terus Mas Ryan kopinya rasa apa? biar sekalian aku bikinkan nanti."

"Aku sama Put, kayak punya Simon kopi Moka Cappucino." jawab Mas Ryan.

Putri dan Risma melaksanakan tugasnya sebagai pendaki yang memiliki tugas bagian chef atau memasak.

Aku sama teman-teman lainnya menjaga kondisi api agar tetap stabil, agar tidak padam diterpa angin. Karena suhu yang ada di sini cukup sangat dingin dan basah akibat guyuran hujan deras di saat kami berada di perjalanan menuju ke Kota Batu ini.

Fajar mengumpulkan sampah-sampah plastik dari dan kopi sachetan yang ada di sekitar api unggun. Dia memasukkan sampah-sampah tersebut ke dalam sebuah plastik yang kami bawa saat menuju ke puncak.

Sembari kami menunggu makanan instan dan kopi kami matang, kami melakukan obrolan-obrolan sedikit dengan sesama. Obrolan-obrolan kecil mewarnai kami, malam hari itu sambil menunggu masakan matang. Ada candaan yang membuat kami sedikit tertawa pada malam itu, karena Fajar menceritakan pengalamannya tentang dia menyukai seseorang perempuan, tetapi dia justru ingin mengungkapkan perasaannya, Justru penolakan yang ia dapat.

"Gini, aku mau cerita sesuatu kapan hari aku nembak seseorang di sekolah itu loh, tempatnya di dekat pendopo sekolah. Di situ aku tuh udah bawa bunga, bawa coklat, mau mengungkapkan perasaanku sama dia, namanya si Maya. Dia anaknya cantik sih tinggi, putih kayak perawakan Cina gitu, cuma dia agak cuek gimana gitu, itu yang bikin aku penasaran dan suka sama dia." ungkap Si Fajar.

"Kamu sih Jar di sekolahan mukanya muka-muka buaya! Makanya banyak perempuan yang enggak percaya sama kamu." jawab ku sambil tertawa.

"Enggak juga, emang aku ini ganteng dan baik hati makanya banyak perempuan yang dekat sama aku, tapi aku juga selektif sih, enggak gampang terpikat sama perempuan-perempuan yang aku nggak suka." jawab Fajar sambil membela, memperlihatkan dirinya yang sok keren di depan teman-temannya.

"Itu coba kamu tanya si Shella Putri sama Risma kalau nggak percaya, wajah-wajahmu itu memang wajah-wajah buaya, itu yang bikin para perempuan itu nggak percaya sama kamu, makanya kamu ditolak tuh sama si Maya." Jawab Siswanto sambil menepuk bahu Fajar.

"Iya nih Fajar ini memang wajah-wajah buaya, suka genit sama teman-temanku di sekolah." jawab Risma dan Putri saling bersahutan.

"Iya Fajar pernah deketin aku diam-diam waktu dulu, tapi aku nggak respon, karena dari kejauhan saja udah terlihat kalau dia itu wajah-wajah buaya, suka mempermainkan wanita! jadi ya aku cuekin dia aja." jawab Shella sambil sedikit tertawa malu-malu.

"Kamu sih Shel bisa aja, aku suka sama kamu karena kamu cantik, eh kamunya nggak peka, malah kamu cuekin aku, ya udah aku nya pergi." jawab Fajar sambil menggaruk-garuk kepala malu.

"Yeaaah, akhirnya ketahuan deh kalau Fajar sama Shella dulu nya saling kenal terus deket, kebongkar deh sekarang di gunung." Siswanto sambil tertawa mendengar perkataan Fajar Dan Shella yang mengakui mereka pernah saling suka dan pernah dekat.

"Habis gimana sih, aku nya juga sedikit malu dan kaget kalau Fajar itu suka sama aku, dari dia berani deket sama aku padahal aku nggak ada perasaan sama sekali sama dia, aku akui mental dan sikap kamu itu memang seperti laki-laki sejati, berani mengungkapkan perasaan sama aku terlebih dahulu, memang sebelum-sebelumnya banyak laki-laki yang mencoba mendekatiku dan juga karena mereka kurang gentleman mendekati aku." jawab Shella sembari sedikit membanggakan sikap Fajar.

"Ya kan itu udah dulu Shel jadi sekarang kan udah sekarang kita bisa jadi teman yang baik." ucap Fajar.

"Ya sudah yang penting kalian sekarang sudah menjadi teman yang baik dan yang paling penting disini, kami semua dan serta seluruh penghuni di Gunung ini, menjadi saksi kalau si fajar dan Sheila saling menyukai." ungkap Mas Simon sambil tertawa.

"Wkwkwkwk, untung aja aku dulu nggak bersama kamu Jar, hampir aja aku jadi korban kamu nggak tahu jadi urutan yang ke berapa." jawab Shella.

Risma sambil memasak mie pun menyahut mendengar obrolan kami "Ada apa sih ini, kok rame-rame kayaknya asik."

"Ini nih temen-temen pada tertawa karena denger cerita Fajar, kalau pernah ungkapin perasaannya sama aku." jawab Shella dengan percaya diri.

"Wah, wah ternyata kalian berdua Fajar dan Shella enggak nyangka lo aku." jawab Risma.

"Sudah, sudah ayo ini kita masak mie aja sama minum kopi sebentar lagi ini sudah mau matang." jawab Putri.

"Asik waktunya makan sama minum kopi." ucapku sambil tertawa.

"Sebelum makan dan minum kopinya, ambil dulu itu piring sama gelas nya ranselku." jawab Siswanto.

"Berapa piring dan gelas yang dikeluarkan ini." ucapku pada Risma.

"Secukupnya aja 3 atau 5 piring dan gelasnya udah cukup." jawab Risma sambil mengangkat alat masak yang berisikan air mendidih untuk kopi.

"Oke siap ini airnya sudah, itu ambil kopinya kamu tuangkan ke gelas." ucap Risma.

"Ini ditambah gula putih lagi apa nggak." tanyaku pada Risma.

"Tergantung selera masing-masing sih karena itu udah rasa kopi cappuccino." tandas Risma.

"Mas Ryan sama Mas Simon ini ditambah gula lagi atau enggak." tanyaku pada mereka berdua.

"Itu tambahi sedikit saja satu sendok gula biar sedikit manis buat menambah tenaga." jawab Mas Simon.

"Oke mas, laksanakan." sambil aku menuangkan satu sendok gula kepada kopi mereka berdua.

Sambil aku mengaduk kopi yang cukup panas yang mereka berdua pegang, ternyata Putri sedang memasak mie yang sudah hampir matang juga untuk kami semua yang sudah menunggu cukup lama.

"Mana ini tempat piringnya." ucap Putri sambil membuang air bekas merebus mie instan.

"Sebentar, sebentar aku carikan dulu piringnya sekalian sama sendok nya nggak?." tanyaku sambil aku membuka tas ranselku, untuk mencari beberapa piring dan sendok perlengkapan yang kami akan gunakan.

Next chapter