Mery kemudian duduk di dekat Jeni di atas tempat tidur. Wajah Jeni masih mematung sementara mulutnya masih membisu penuh tanda tanya. Terlihat frustasi itulah yang ditampakan wajah Jeni saat ini.
Mery yang melihatnya semakin cemas padahal dia masih merasa ngantuk karena masih jam tidur dan belum waktunya untuk bangun.
"Nona, bicaralah. Non Jeni kenapa?" Mery bertanya lagi karena rasa khawatirnya kepada Jeni sangat berlebih.
"Bagaimana dengan, Tuan Wili?" sambung Mery kembali bertanya lagi.
"Mas Wili harus ditebus, Mery. Saya tak punya uang sebanyak itu," jawab Jeni dengan nada suara yang lesu tak bertenaga. Tak ada daya dan kekuatan lagi bagi Jeni saat ini.
Mery mendengus sendu. Dia semakin meresa kasihan melihat keadaan Jeni. Baginya, Jeni bukan hanya sekedar majikan namun sudah dianggap sebagai saudara sendiri.
"Kalau saja saya bisa membantu, tentu saja saya ingin membantu meringankan beban, Non Jeni," kata Mery menyesali keadaan.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com