"Aaaa!!!!" semua orang mulai berteriak ketika ada kejadian gigitan itu.
Zahra yang melihat itu menjadi terkejut, dan Praba yang ada di samping nya langsung menarik nya. "Cepat lari..." dia menarik Zahra untuk pergi dari sana.
Semuanya menggila di kafe itu, mereka menyerang akan menggigit, untung nya mereka berdua berhasil kabur dan keluar dari kafe.
Tapi apa yang mereka lihat di luar adalah mimpi buruk yang paling besar, semuanya menggila bahkan lebih buruk dari di dalam kafe.
"Apa yang terjadi!" Zahra panik dengan ketakutan nya.
Sementara Praba menoleh ke sekitar dengan waspada, dia langsung menggenggam erat tangan Zahra. "Lewat sini," kemudian berjalan menuntun membuat Zahra tertarik tangan nya untuk mengikutinya.
Mereka berlari ke jalan dan mencoba mencari tempat sepi untuk aman berlari.
Zahra terus melihat banyak nya orang itu yang terbaring dan ketika terbangun, mencoba menyeret tubuhnya dan akan menggapai kaki mereka yang berjalan lewat.
"Akh!!! Jijik!!" Zahra berteriak melepas tangan Praba.
"Zahra, cepatlah!" Praba mengulur tangan.
"Tapi, apa yang sebenarnya terjadi!!?"
"Aku tak tahu!! Kita harus melarikan diri!! Apapun itu, kita dalam bahaya!" Praba mencoba memberitahu dengan teriakan nya.
"Kamu.... Kamu baru saja membentak ku!" Zahra menatap diam, seketika Praba terkejut dan terdiam. "Maafkan aku-
"Jadi itu alasan nya kenapa wanita tak mau bersama mu!! Kau kurang lembut pada wanita!! Hanya lembut di awal saja!!"
"Aku bersikap begini karena situasi yang bahaya, kemarilah sekarang! Aku akan melindungi mu!!"
"Kenapa?! Jika kau berhasil melindungi ku memang nya mau apa?! Kau mau memanfaatkan ku, kemudian meninggalkan ku!! Aku mengerti sekarang, kau pasti hanya memanfaatkan wanita, meninggalkan mereka bukan!!" Zahra masih keras kepala.
"Kau.... Kau benar benar menjengkelkan," Praba kesal, dia lalu berlari mendekat membuat Zahra terkejut menutup mata ketakutan.
Tapi siapa sangka, dia di gendong Praba di dadanya membuat nya terkejut apalagi Praba langsung melesat berlari jauh dari kerumunan gila yang bahkan ada beberapa orang gila itu yang mencoba mengejar nya.
"Apa yang kamu lakukan?! Turunkan aku!!" Zahra menatap.
Tapi Praba melihat sekitar dengan wajah waspada hingga menemukan pintu belakang sebuah gedung yang semoga saja terbuka, dia langsung mendekat ke sana dan membukanya yang rupanya bisa di buka.
Tapi beberapa makhluk itu mengejarnya dan untung nya dia langsung menutup pintu setelah menurunkan Zahra tadi. Pintu itu susah di tutup karena zombie yang banyak mendorong.
"Zahra, tolong aku!" Praba menatap membuat Zahra terdiam ragu, tapi ia takut pada Praba.
"Hiz.... Akh!!" dia berteriak dan langsung mendorong Praba membuat Praba terkejut tertekan di pintu, dan siapa sangka, dorongan itu sangat kuat sekali membuat pintu langsung tertutup dan Praba segera mengganjal pintu itu agar tak terbuka.
Kemudian keduanya menghela napas panjang. "Ha... Ha... Itu tadi keren sekali," Praba menatap.
Tapi ia terdiam karena melihat Zahra yang membuang wajah dengan wajah kecewa. Hingga kemudian Zahra berlutut putus asa. "Semua sudah berakhir.... Ini kiamat, aku tahu itu...."
Praba menjadi terdiam menatapnya, dia tak tahu apa yang harus dia lakukan, tapi dia menyadari sesuatu bahwa gedung yang mereka masuki itu adalah sebuah rumah sakit.
"Zahra," dia berlutut menatap tapi Zahra tak mau menatapnya.
Lalu dia juga menatap menyesal. "Maafkan aku... Aku telah membentak mu.... Tapi, ini demi kebaikan kita... Demi keselamatan kita, jika kau bersikap keras kepala, orang lain pasti akan meninggalkan mu sama seperti tadi aku meninggalkan mu saja dari pada harus mengahadapi ego mu... Tapi aku membawamu," kata Praba.
"Kenapa?"
". . . Kenapa yah.... Mungkin karena aku suka padamu," tatap Praba dengan senyum lembut. Seketika Zahra terkejut mendengar itu, tapi ia tak percaya begitu saja, dia bahkan langsung membuang wajah. "Aku yakin kata kata itu sudah sangat banyak di dengar wanita yang putus dengan mu."
". . . Sebenarnya, aku tak pernah menyukai wanita," kata Praba seketika Zahra terkejut kembali.
Lalu Praba menambah perkataan nya. "Hanya wanita yang suka padaku... Aku tak pernah menyukai mereka karena aku bisa mengukur Indeks keserakahan dan kesukaan, tapi saat melihat mu, aku bisa berpikir bahwa kau memiliki Indeks kesukaan yang sangat banyak, karena itulah mungkin aku suka padamu..." kata Praba.
Tapi Zahra masih ragu. "(Itu karena aku selalu menggoda banyak pria membuat ku harus memberikan banyak cinta.... Tapi aku berpikir mungkin ini salah....)" dia bahkan berdiri membuat Praba menatap nya dengan diam.
"Jangan berharap banyak...." Zahra tak menerima perasaan Praba membuat Praba menjadi kecewa. "(Aku bukan tipe orang yang bisa dengan mudah jatuh cinta, sekali suka, aku bahkan tak akan bisa jatuh cinta....)" ia kecewa.
Tapi ia mendengar Zahra memanggil. "Hei, kamu bilang ingin melindungi ku, cepatlah," dia menatap agak tidak nyaman.
Lalu Praba berjalan dan melewatinya untuk berjalan duluan memastikan di depan tak ada apa apa, mereka akan melihat lihat di gedung rumah sakit itu untuk bertahan dan berlindung dari kiamat di luar.
Ketika mereka sampai di sebuah tangga. Mereka berhenti sambil menatap atas.
"Mungkin kita harus naik," kata Praba.
"Tunggu, tapi aku beranggapan, di atas sana tidak baik, mungkin mereka ada di atas...." Zahra menatap ragu sekaligus takut.
"Di sini pun juga tidak baik, siapa tahu ada yang datang dan merupakan jenis mereka."
"Dari mana kamu tahu!! Kau hanya seorang lelaki salah... Aku tak mempercayai mu," Zahra masih kesal sekaligus marah membuat Praba terdiam tak tahu harus apa.
Tapi mendadak saja, ada yang menyerang dari kegelapan di bawah tangga.
Seekor zombie itu datang akan menyerang Zahra yang terkejut. "Ahhh!!!"
"Awas..." tapi Praba langsung melindungi Zahra sehingga dia tergigit di bagian tangan nya.
"Akh!" Praba terkejut kesakitan tapi dia masih sempat sempat nya mengambil pipa yang ada di bawah dan memukulkan nya pada zombie itu hingga zombie itu langsung jatuh dengan banyak nya cairan menjijikan keluar dari lukanya.
Praba membuang pipa itu dan langsung berlutut memegang tangan nya.
Zahra baru saja melihat bahwa dia sedang dilindungi. Ia benar benar terkejut tak percaya dan langsung ikut berlutut. "Kenapa.... Kenapa kamu melakukan itu?" dia menatap tak percaya.
Dengan wajah agak kesakitan, Praba membalas. "Tetaplah hidup, wanita seperti mu bukanlah cabe cabean, tapi, kau hanya ingin dicintai," tatap Praba membuat Zahra menjadi menangis.
"Kau benar benar buruk... Buruk sekali...." dia memukul lemas bahu Praba yang hanya tertawa.
Tapi dia berdiri membuat Zahra menatap. "Mari ke atas, di sini tidak baik, aku tadi sudah bilang," kata Praba.
"Tapi, kondisimu, apakah itu baik baik saja?" Zahra menatap khawatir.
"Yah, aku baik baik saja.... Hanya gigitan kecil... Ayo," Praba berjalan duluan menaiki tangga dan Zahra mengikutinya, tapi Zahra juga masih menyesal. "(Kenapa aku bisa bersikap begini....)"
Setelah sampai di atas, rupanya adalah ruangan rumah sakit yang sepi.
Zahra yang melihat tak ada apapun di sana menjadi menyesal. "(Dia benar, tak ada apapun di sini.... Kenapa aku tidak mempercayainya saja....?)" dia menyesal sekali.
Tapi tiba tiba ia mendengar bahwa Praba terbatuk. "Cough!"
"Ah, apa kamu baik baik saja?!" Zahra langsung menatap, dia melihat wajah Praba yang terpucat.
"Sepertinya.... Mereka menggila karena sebuah virus.... Dan aku telah terkena virus itu... Apa karena gigitan itu..." tatap Praba.
Zahra terdiam, dia lalu melihat tangan Praba yang terluka gigitan itu.
"(Sepertinya memang benar....) Tunggu sebentar," dia mengambil sesuatu yakni perban.
Tapi Praba seperti tak kuat untuk berdiri, dia hampir oleng dan memutuskan duduk di samping ranjang rumah sakit hingga Zahra mendekat dan membalut luka Praba.
"Kamu baik baik saja kan?! Katakan padaku," tatap Zahra.
"Iya, aku baik baik saja, terima kasih.... Aku mungkin harus memperingati mu jangan sampai di gigit oleh mereka juga, atau... Jangan sampai di gigit oleh ku," tatap Praba.
Tapi Praba terdiam karena Zahra mengalirkan air mata membuat nya benar benar terdiam tak percaya.
"Hiks.... Maafkan aku.... Maafkan aku.... Ini semua salah ku...." Zahra menangis.
"Oh ayolah, jangan khawatir.... Aku sudah bilang padamu untuk melindungi mu... Aku mengatakan itu agar kamu percaya padaku, dan sekarang, apakah kamu percaya padaku?" Praba menatap.
Lalu Zahra memangis sambil mengangguk. "Aku benar benar percaya... Sangat percaya... Hanya kamu yang mengerti aku..." dia langsung memeluk Praba membuat Praba terdiam, tapi dia terus memberikan senyuman lembut itu.
Zahra menemukan cinta nya tapi, itu hanya sebentar untuk perempuan sepertinya.
"Jika kau menemukan seseorang, tak apa jika kau mau bersikap seperti dirimu..... Hanya pastikan, tak ada yang boleh tahu cerita kita.... Aku senang kau menerima ku," kata Praba.
"(Kenapa harus begini.... Kenapa?! Aku ingin waktu terulang.....)" Zahra terus menyesal.
Tapi mendadak Praba merasakan sesuatu yang tidak enak. "(Sepertinya aku harus menjauhkan nya dari ku,)" dia mendorong Zahra, tapi dia juga berdiri membuat Zahra menatapnya.
Dia menarik Zahra ke pintu keluar ruangan itu dan mendorong Zahra keluar, kemudian mengunci pintu.
"Apa?! Apa yang kau lakukan?!" Zahra terkejut tak percaya. Dia bahkan mencoba membuka pintu tapi tak bisa.
Di antara kaca pintu itu, dia bisa melihat wajah Praba yang masih bisa tersenyum lembut padanya.
Tapi Zahra menangis menatap itu, di antara kedalam suara dan telinga Praba yang tuli, dia bisa melihat apa yang dikatakan bibir Zahra dari kaca pintu.
"Aku juga suka padamu.... Jangan pergi," tatap nya membuat Praba terkejut tapi mau bagaimana lagi, dia hanya bisa mengatakan. "Waktuku tak lama.... Pergilah menyelamatkan diri...." kemudian dia berlutut tak terlihat di kaca pintu membuat Zahra berteriak.
"Tidak!! Tidak.... Huhu.... Hiks.... Kenapa?!!!" dia juga berlutut putus asa. Benar benar mengeluarkan tangis nya, seumur hidup nya, dia bertemu pria yang baik, tapi malah pergi dengan cepat hanya karena egoisme Zahra sendiri.
Hingga saat itu juga, Zahra pergi dan memutuskan ke sebuah pusat perbelanjaan dan bertemu dengan Line dan Roland.
Sikap nya kembali menjadi gadis cabe cabean tapi meskipun dia mencari perhatian pada lelaki, di hatinya, tetap membawa nama Praba.
[END FLASHBACK ZAHRA]