" Agus ..." Teriak dari arah belakang dan menarik tangan Jian.
" Juli.." Teriak balik Jian. Juli adalah sahabat Jian ketika di SMA. Mereka saling berpelukan melepas kerinduan mereka belum pernah bertemu kembali semenjak lulus SMA mereka hanya berkomunikasi lewat surel dan media sosiallainya.
Juli bukan nama sebenarnya nama Juli ia berikan karena nama aslinya adalah Jupita lidya dan disingkat Jian denga Juli. Sedangkan Juli memanggil nama Jian dengan Agus atau Agustus nama panjang Jian. Mereka menamakan squad mereka dengan sebutan 2 bulan yaitu Juli dan Agustus.
" Seneng banget ketemu kamu Jul." Pangil Jian yang sangat senang bertemu Juli.
" Kamu makin cantik aja say." puji Juli pada Jian.
" Kamu mirip banget sama orang Korea di sini." Balas memuji Jian.
" Bisa aja kamu, nih pake jaket tebal, di sini lagi musim dingin." Ucap Juli yang memakaikan mantel pada Jian.
Jian menoleh kebelakang untuk memastikan Jian kecil dan Jian ingin bertemu dengan ayahnya Jian kecil. Namun ketika membalikan badanya Jian kecil sudah berlalu hanya punggung sosok ayah Jian kecil yang terlihat.
Ketika Jian menoleh kembali ke arah Juli Ayah Jian kecil menoleh kebelakang dan ingin melihat sosok yang diceritakan Jian kecil namun saat itu juga Juli dan Jian sudah berlalu.
" Nanti aku kenalin sama tante Jian yah." Ucap Jian kecil.
" Ia." Jawab singkat ayah Jian yang juga penasaran dengan wanita yang di sebutkan anaknya itu.
# Apartemen.
" Kamu istirahat ya Ji." Ucap Juli yang mengantarkan Jian kekamarnya. Untuk sementara Jian tinggal bersama Juli.
" Ia santai aku belum bisa istirahat karna dari tadi orang ini telpon terus." Tunjuk Jian pada telepon genggamnya yang terus berbunyi.
" Ji..?" Panggil orang tersebut. Suara yang tidak asing untuk Jian. Siapa lagi kalau bukan Papa Joni.
" Ya pap..?" Jawab Lemah Jian yang sedikit kelelahan.
" Sudah sampai dari tadi tapi baru angkat telpon." Gerutu Papa Joni.
" Maaf pap kan ngobrol dulu sama Juli. Jian kan kangen." Balas Jian.
" Ya tapi kan papap khawatir Ji." Ucap papa Joni
" Ya om tenang, Agus udah sampai disini dia udah makan juga om." Sahut Juli dari belakang Jian.
" Makasih ya Jul. Om minta maaf nih sebelumnya kamu pasti direpotin terus sama Agus mu itu!" Sahut balik Papa Joni.
" Enggak om Juli senang ada temen disini." Balas Juli.
" Seneng tuh sehari Jul, coba seminggu kayanya kamu pengen lempar dia dari apartemen." Ucap seenak nya papa Joni.
" Enggak lah Om. Juli sama Agus pasti akur malahan kita kayanya gak mau pisah om." Jelas Juli.
" Ya syukur deh, kalo ada apa-apa hubungi om ya jul?" Pinta Papa Joni.
" Ia om siap." Semangat nya Juli, setelah itu Juli pergi kedapur untuk membuatkan teh hangat untuk Jian.
" Ji kamu jangan ngerepotin Juli yah?" Nasihat Papa Joni.
" Ia tenang pap." Jawab Jian.
" Kenapa gak pisah apartemen aja Ji?" Tanya papa Joni.
" Tadinya aku disiapin tempat sama kedubes di sini tapi kan aku pengen sama Juli pap. Dia yang minta juga kok. Tiga bulanmah gak lama pap aku janji gak ngerepotin." Jelas Jian.
" Ia papap tuh antara lega kamu ada temannya, tapi kasian juga Juli nantinya di repotin kamu. " jelas alasan papa Joni pada Jian.
" Gak lah pap. " Ucap kesal Jian.
" Syukur deh." Ucap lega Papa Joni.
" Pap apartemennya enak loh pap, luas banget. Juli sekarang jadi orang kaya pap keren banget disini. View kamar aku juga enak banget pap." Jelas Jian mendeskripsikan Apartemennya.
" Ia ia kan tadi kamu juga dah kirim poto-poto nya." Jawab papa Joni.
" Beli in satu pap?" Pinta Jian merengek.
" Kaya beli sepatu aja! Gak ah." Jawab papa Joni.
" Katanya papap bisa beli apartemen ini 10!" Ledek Jian pada papanya.
" Enggak ah. Kalo Papap beliin kamu Apartemen di sana nanti kamu betah di sana dan gak mau pulang ke Indonesia. Papap gak mau jauh dari kamu." Jelas papa Joni.
" Cie yang kangen aku, yang gak mau jauh sama aku, alamat tiap menit di telpon ini mah." Bahas Jian.
" Ia lah baru beberapa jam gak ada kamu papap sudah kangen." Ucap Papa Joni.
" Ih bucin banget nih sama aku. Pap aku nitip Rania yah?" Ucap Jian mengingatkan papanya.
" Ia tenang dia mah papap yang jagain." Ucap papa meyakinkan Jian. Jian meski terlihat cuek dia sangat perhatian pada siapapun yang dekat dengannya.
" Pap aku tadi ketemu anak kecil yang lucu dia juga bernama Jian. dan dia juga tidak punya ibu. Masa dia minta Jian jadi ibu nya pap!" Cerita Jian pada papa Joni.
" Oh yah ! terus kamu mau? Papanya ganteng gak? kaya gak? " Tanya beruntun papa Joni penasaran.
" Kata jian kecil ayahnya ganteng tapi tidak kaya. Lucu deh anaknya pap, polos dan cadel gitu. kayanya umurnya masih tiga tahunan deh." Jelas Jian yang masih mengingat kegemasan anak itu.
" Kamu ketemu gak sama ayahnya.?" Tanya lagi papa Joni.
" Ketemu." Jawab tak yakin Jian.
" Terus gimana?" Masih bertanya.
" Gak gimana-gimana karna Jian cuma liat punggungnya kita tidak sempat bertemu dan berkenalan karna saking banyak nya orang ditambah Jain keburu ditarik sama Juli. Tapi Jian penasaran deh pap dan pengen ketemu lagi Jian kecil." Jelas Jian antusias.
" Pengen ketemu anak nya apa papah nya? Kalo sesuai kriteria dan kamu suka kamu jadi ibu tiri dong? gak kebayang nasib anak nya punya ibu tiri kaya kamu." Ledek papa Joni.
" Ih enggak gitu pap. Gak tau kenapa Jian emang oenasaran aja." Ucap Jian dan Jian menyadari sesuatu dalam hatinya kenapa dia ingin bertemu Jian kecil, kenapa Jian keci.
" Ya sudah, Kamu hubungi Dika mungkin dia menunggu telepon dari kamu." Suruh Papa Joni. Panggilan vidio itupun berakhir Juli datang membawa teh hangat dan Jian sedang mengobrol dengan Dika di telpon.
" Musim dingin yah Jul?" Tanya Jian yang baru saja mengakhiri teleponnya dengan Dika.
" Ia pokonya kamu kalau keluar jangan lupa pake baju tebal." Suruh Juli.
" Ia. Tapi salju belum turun? " Tanya lagi Jian penasaran.
" Belum tapi dinginnya sudah mulai terasa." Bahas Juli. mereka menghabiskan waktu bersama di Apartemen karena besok Jian sudah mulai beraktifitas begitupun Juli. Juli bekerja di Kedutaan Indonesia dia juga jadi tour gaet untuk orang indonesia yang berlibur di Korea. Selain itu Juli juga berkuliah di korea. Orang tua Juli memang bukan orang sembarangan keluarga besar Juli juga banyak yang tinggal di Korea. Juli berniat melanjutkan kuliah S2 nya di Amerika serikat. Juli orang yang sangat ambisius tentang pendidikan dan karirnya namun untuk urusan percintaan Juli tak semulus Jian. Juli sering kali di manfaatkan laki-laki karena dia terlahir kaya banyak laki-laki yang hanya mencintai dan mengincar hartanya Juli. Sampai saat ini Juli belum membuka hatinya kembali untuk laki-laki lain.