webnovel

Seiring Dan Sejalan

"Iya sayang, aku mau banget! Ayo kita sama-sama cari informasi tentang keberadaan panti asuhan yang ada di sekitar sini!"

Monika menyambut baik saran dari Ridho tersebut, bahkan tidak mau sampai ditunda. Selesai makan dia langsung serching lewat gougle alamat panti asuhan paling dekat di seputar hotel tempat mereka menginap.

"Sayang, itu ada Ibu-ibu jualan tisu dan air minum! kita beli ya!" ajak Ridho.

Keluar dari area restoran, selain ingin mencari alamat panti asuhan. Ridho dan Monika ingin jalan-jalan melihat pemandangan seputar pantai Lombok.

Tak sengaja Ridho melihat ada Ibu-ibu menjajakan tisu dan air minum, kalau dilihat secara jenis barangnya stok tisu dan air minum masih cukup namun bagi Ridho membeli itu bagian dari memberi juga.

"Beli semuanya saja sayang! Kasian kan dia berat bawa beberapa botol minuman dengan untung dari perbijinya tidak seberapa,"

Ridho bersyukur sekali, dalam hal seperti itu Monika seirama dengan dia. Salah satu poin yang menjadi alasan jika jodoh dadakannya itu bukanlah seorang yang membuatnya kecewa.

"Terimakasih sayang, aku ini yatim piatu sejak SMP. Ibuku bekerja keras supaya bisa menyekolahkan aku, jadi aku selalu iba setiap kali ada Ibu-ibu yang bekerja keras dalam bidang apapun. Aku juga selalu ingin membantu anak yatim piatu karna aku merasakan apa yang mereka rasakan!" tutur Ridho.

Monika terharu dan semakin kagum pada Ridho, dia semangat sekali mendukung prinsip yang dipegang olehnya.

"Kita carinya sambil melihat pemandangan di pantai yuk!" ajak Monika.

Setelah cukup jauh mereka berjalan menyusuri pantai, Monika dan Ridho tiba-tiba melihat sekumpulan anak-anak seumuran SD yang tengah makan bersama di pinggir pantai yang didampingi seorang perempuan berhijab panjang seumuran Monika.

Samar-samar Ridho dan Monika mendengar bagaimana perempuan dewasa itu bicara pada anak-anak yang ada tengah duduk menyimak sambil menikmati bekal makan masing-masing.

Ketika si perempuan itu selesai bicara, dia berdiri dan berjalan menuju motor butut yang ada di samping anak-anak berkumpul.

"Assalamualaikum Mba, kenalkan saya Monika dan ini Ridho suami saya! Boleh nggak kami memberi anak-anak di sini jajan es krim? Kebetulan di sana ada penjual es krim," tawar Monika.

Sang permpuan berhijb itu langsung menyambut gembira, apalagi anak-anak yang langsung bersorak sorai menyambutnya padahal belum dipersilakan oleh Perempuan berhijab tersebut.

"Saya Marni, dengan senang hati silakan Mba! Semoga niat baik mba dan suami dibalas dengan kebaikan yang melimpah ruah!"

Tak hanya memberi jajan es krim namun Monika pun memberi uang jajan yang dititipkan pada Marni.

Marni pun memberi alamat tempat tinggal dia supaya Monika dan Ridho berkenan silaturrahmi.

"Ini alamat yang Mba dan Mas minta, sekali lagi saya do'akan semoga rumah tangganya langgeng dan segera diberi momongan ! Ayahnya Mba Monika pun semoga dilapangkan di alam kuburnya!" tutur Marni.

Beberapa saat kemudian mereka pun membubarkan diri dan pamit pada Monika dan Ridho.

"Kita tidak akan pernah tahu dari do'a siapa keinginnan kita terwujud, semoga benihku bisa segera memberi signal di rahim kamu ya sayang!" ungkap Ridho.

Monika dan Ridho pun kembali ke hotel, mereka sangat bahagia sekali karena tanpa susah payah mereka bisa menemukan anak yatim piatu yang mereka cari.

"Sudah hampir malam, sebaiknya aku tambahkan benih itu supaya dipupuk indah menjadi subur!"

Ridho kembali menggoda Monika, rasa itu kembali menggelora padahal mereka masih di tepi pantai, dan menikmati pemandangan saat senja tiba .

"Oh ya ngomong-ngomong apa kamu tidak merasa menbuang uang dengan bersedekah tadi?" tanya Ridho pada Monika.

Monika menarik tangan Ridho, dia mengajak Ridho untuk duduk terlebih dahulu di antara pasir pantai.

"Di sini aku buka ya samuanya biar kamu paham!" ujar Monika.

Ridho mengernyitkan dahi, dia hanya mencium pipi Monika lalu membelainya dengan sengat lembut.

"Meski ke dua kakak aku bersikeras untuk menguasai rumah dan beberapa perusahaan, namun faktanya pengacara yang diberi surat wasiat pada anak-anaknya tidak akan memberikan sepeser pun materi yang Ayah tinggalkan! Sebab sebelum Ayah meninggal sudah kedua kakak aku sudah di beri perusahaan namun bangkrut akibat selalu main judi dan ke dua istrinya itu sangat boros sekali, jadi mereka pasti terus mencari ide supaya harta Ayah yang tersisa akan tetap mereka nikmati," papar Monika.

Akhirnya Ridho pun paham kenapa Monika tidak ambil pusing sekalipun untuk sementara perusahaan dan rumah dikuasai ke dua kakaknya.

"Tanpa ke dua Kakak aku tahu, aku memiliki satu anak perusahaan yang berada di luar Jakarta. Jadi kamu nggak usah khawatir untuk masa depan kita ya!"

Hari pun beranjak gelap, penjelasan Monika sudah cukup dipahami oleh Ridho. Mereka pun kembali ke hotel dan langsung membersihkan badan mereka karena penuh dengan pasir yang menempel hampir di seluruh pakaianya.

"Sayang, kamu mau kemana?" tanya Ridho.

Monika tepuk jidat, sebab dari ujung rambut sampai ke kaki dia sangat kotor dengan pasir.

"Kok kamu nanya sih? ya mandi lah sama mau tidur di kamar mandi,"

"Oke, karena kamar mandinya cuma satu jadi kita mandi bareng!" cetus Ridho.

Tak bisa membantah, karena memang mereka sama-sama berniat ingin mandi sebelumnya. Namun saat sama-sama tubuh mereka diguyur di bawah shower tangan Ridho menarik tangan Monika keluar dari kamar mandi.

"Kamu ini mau ajak aku ke mana? tubuh kita masih belum bersih dan basah sekali sayang," protes Monika

Ridho tidak mendengar keluhan Monika, dia tetap terus menarik tangan Monika lalu sama-sama menjatuhkan tubuh mereka ke atas ranjang.

"Kamu ini konyol sekali sayang, badan kita basah begini bagaimana nanti kita bisa tidur jika spraynya ikut basah?"

Jari telunjuk ditempelkan ke mulut Monika, Ridho tidak mau Monika banyak protes.

"Aku justru mau mencoba sensasi seperti ini, urusan spray kan kita bisa hubungi pihak hotel untuk menggantinya sayang!"

Meski dirasa kurang nyaman namun tubuh Ridho sudah menyatu dengannya, tidak ada kata-kata lagi yang membuat dia merubah situasi seperti yang dia inginkan.

"Ini persembahan dari suamimu karena ada beberapa hal yang sangat aku suka dari diri kamu yang cukup langka aku temukan dari perempuan sukses seperti kamu," ungkap Ridho.

Monika membalasnya dengan senyuman manis, namun lanjut dia mengigit bahu Ridho sebab menahan rasa yang saat itu Ridho berikan terlampau nikmat.

"Kehormatan kamu pun dijaga meski kamu hidup ditengah kejahatan Ibu kota, aku sangat kagum sekali sayang!" puji Ridho kemudian.

Hal lucu ditengah desahan asmara kian membara di awal malam mereka di Lombok adalah bunyi keroncongan yang berasal dari perut Monika.

"Ya ampun ini sejarah paling memalukan seumur hidup aku," gumam batin Monika .

.

Next chapter