webnovel

Penderitaan Selir Orchidia

" Aku merasa kagum dengan sikapmu yang selalu sesuai dengan semua orang yang kamu hadapi, Arabella " ujar Orchidia tiba-tiba.

Arabella menatap lurus pada Orchidia, meneliti maksud ucapan wanita di depannya.

" Dalam artian positif atau negatif, Selir Orchidia?" tanya Arabella blak-blakan.

Orchidia tertawa pelan sambil menutup mulutnya dengan kipas, " positif, tentunya sayang. Sejak tadi aku selalu dibuat terkejut dengan semua tindakanmu yang di luar dugaan. Membuatku cukup penasaran, bagaimana bisa gadis muda berumur 17 tahun sepertimu sepintar itu " terang Orchidia.

" Saya akan menjelaskan beberapa hal pada Anda, tapi saya mohon cukup simpan hal ini untuk kita berdua saja. Saya memutuskan untuk mempercayai Anda, dan saya menganggap Anda seperti pengganti ibu saya " tutur Arabella.

" Baiklah. Aku berjanji untuk menjaga semua pembicaraan kita, Arabella. Perlukah kita ke kuil Dewi Fitikhe untuk mengucapkan ikrar hidup dan mati? " tawar Orchidia.

Arabella menggeleng sebagai jawaban. Ikrar hidup dan mati dilakukan untuk membuat dua orang mempercayai satu sama lain. Biasanya, ada hal yang mereka saling janjikan, dan bayaran jika melanggar adalah nyawa.

" Saya percaya Anda, Selir Orchidia. Tapi, jika Anda tidak percaya dengan penjelasan saya, tidak apa-apa. Yang penting Anda mengikuti rencana saya, karena saya tidak berniat untuk bebas sendiria. Saya, Arabella Fay Falzen juga akan membawa Anda, Orchidia Brown untuk bebas bersama dan meraih kebahagiaan kita masing-masing " ucap Arabella tulus.

Kening mulus Orchidia berkerut, " aku tidak paham kenapa kamu sebaik itu dan melakukan banyak hal untukku, Arabella. "

" Anggap saja.. Anda adalah penolong saya di kehidupan yang lalu " canda Arabella. Candaannya itu merupakan hal yang sebenarnya. Memang Orchidia yang sering menolongnya dulu.

Orchidia tertawa lagi, " lucu juga candaanmu, sayangku " kekehnya.

Bersama Arabella selama seharian ini membuat Orchidia banyak tertawa dan merasa terhibur, ia menemukan banyak hal mengagumkan dari Arabella.

"Jadi.. mulai sekarang jangan pernah minum teh yang diberikan Rose lagi. Saya akan mengajak Anda minum teh setiap hari untuk menghindarkan Anda dari ajakan Rose, jika dia marah maka saya akan mengadu pada Ayah. Itu hal pertama, " terang Arabella.

" Baik. Aku juga setuju. Tapi, apakah aku masih berkemungkinan memiliki anak? Kalaupun aku sudah tidak meminum obat yang diberikan Rose, tetap saja.. Marquess Falzen tidak pernah mmm.. " Orchidia tampak ragu untuk mengatakan bahwa Vivaldi tidak pernah menidurinya.

" Saya paham, Selir Orchidia. Sejak menikah, Ayah saya hanya melakukan hubungan itu dengan Anda sekali kan? Sisanya, Ayah saya hanya datang satu bulan sekali sebagai kewajiban, itupun hanya tertidur " sambung Arabella.

Mata hijau Orchidia melebar, " benar, bagaimana kamu bisa tau?" tanya Orchidia terkejut.

" Banyak yang saya ketahui, dan akan saya beritahu pada Anda juga. Intinya, saya harap Anda percaya pada saya " jawab Arabella.

Ancel muncul dengan nampan berisi teko dan dua gelas kosong, " permisi, Nyonya dan Nona. Ini adalah teh lemon, meski Anda berdua tidak memesannya, anggap saja bonus. Tehnya sangat menyegarkan " jelas Ancel sambil meletakkan bawaannya di meja.

" Terima kasih, Ancel " ucap Arabella.

" Sebuah kehormatan bagi kami bisa menjamu Anda berdua, Nona " sahut seorang pria berumur 20 an awal yang tampak tampan untuk ukuran rakyat biasa.

' Amato, si pemilik kafe sekaligus Kakak Ancel ' pikir Arabella.

Pria itu menyajikan beberapa macam Dessert ke meja Arabella dengan senyum hangat, " adik saya sangat senang karena untuk pertama kalinya ada yang tau arti namanya, Nona. Terima kasih. "

' Apakah nama Ancel segitu langkanya sampai tidak ada yang tau arti nama itu?' gumam Arabella dalam hati.

" Saya juga senang melihat Ancel senang, " balas Arabella lembut di iringi senyum manis.

Untuk sejenak, Amato terpaku melihat senyum yang Arabella ukir di wajah cantiknya. Orchidia mengamati Amato sambil menyesap teh lemonnya, ia akui Arabella memang sangat cantik. Orchidia juga yakin, Arabella pasti akan menjadi bunga pergaulan kelas atas jika sudah melakukan debut.

' Wajar jika orang-orang terpesona pada Arabella, semua tentang dirinya itu sempurna. Senyum, wajah, kecantikan, tubuh indahnya, sopan santunnya, tutur katanya, tidak bercelah ' pikir Orchidia.

Amato berdeham pelan, " selamat menikmati, Nyonya dan Nona. Saya akan menyajikan yang lainnya sebentar lagi " ujar Amato dengan sedikit gugup. Senyum Arabella terus menari di pelupuk matanya.

Kepergian Amato dan Ancel membuat Arabella kembali terfokus pada Orchidia.

" Tehnya enak?" celetuk Arabella sambil menuangkan teh ke gelas kosongnya.

" Enak, sangat segar. Seperti yang anak kecil bernama Ancel itu bilang. "

" Soal Ayah yang tidak pernah melakukan hal itu pada Anda, jangan dipikirkan. Ada orang yang jauh lebih pantas untuk menjadi ayah dari anak Anda nanti, Selir Orchidia " terang Arabella yang mengejutkan Orchidia.

" Astaga, Arabella!" seru Orchidia dengan nada panik sambil mengamati sekitar mereka. Takut kalau ada orang yang mendengar ucapan Arabella. Untungnya, suasana kafe itu sangat sepi, hanya ada mereka berdua di sana.

" Bagaimana bisa kamu berkata seperti itu, hal itu tidak mungkin Arabella. Aku sudah menjadi selir ayahmu, " ucap Orchidia dengan nada sendu. Ekspresinya pun tampak sedih.

Arabella mengangkat bahunya, " meskipun begitu, Anda dan ayah kan tidak saling mencintai. Dan.. ada orang lain yang sangat mencintai Anda. Percayalah pada saya, " pinta Arabella.

Di kehidupan yang lalu, setelah Arabella menikah terjadi suatu keributan di kediaman Marquess Falzen. Orang yang menjadi teman Orchidia sejak kecil, seorang pria bernama Oskar Southampton yang merupakan seorang Duke dari wilayah selatan berniat merebut Orchidia dari tangan Vivaldi. Pria itu mencintai Orchidia sejak kecil, dan sayangnya saat Oskar pergi berperang keluarga Orchidia dijebak oleh Vivaldi hingga mereka terpaksa menikahkan Orchidia pada Vivaldi. Akhirnya Orchidia bunuh diri karena disiksa oleh Vivaldi yang tak rela jika Orchidia bersama pria lain.

" Siapa pria itu, Arabella?" tanya Orchidia yang merasakan secercah harapan untuknya bebas dari jeratan Vivaldi.

Arabella menggenggam tangan Orchidia yang gemetar di atas meja, " sesuai seperti apa yang Anda pikirkan, Selir Orchidia. Teman kecil Anda, Duke Southampton dari wilayah selatan " jawab Arabella.

" Be-benarkah begitu, Arabella? Berarti aku memiliki kesempatan untuk terlepas dari Vivaldi? Apakah benar Oskar mencintaiku?" Air mata Orchidia meluncur bebas. Sejak dulu, Orchidia juga mencintai Oskar bahkan masih hingga sampai detik ini.

" Ya. Anda memiliki banyak kesempatan untuk terlepas dari ayah saya, Oskar juga sangat mencintai Anda. Kalian berdua saling mencintai. Tenang saja, selir Orchidia. Saya akan membantu Anda untuk terlepas dari ayah dan bersatu dengan Duke Southampton " terang Arabella menenangkan.

Orchidia menangis deras, Arabella pun berpindah duduk ke sebelah Orchidia dan memeluk wanita itu. Semua cerita tentang penderitaan Orchidia selama menjadi istri Vivaldi meluap, wanita itu mengeluarkan keluh kesahnya pada Arabella tanpa sungkan. Karena, Orchidia sudah sangat yakin bahwa Arabella tulus padanya. Hanya Arabella yang mengerti dirinya.

Next chapter